Saya penggemar kaligrafi Arab. Saya juga praktisi kaligrafi Arab, tetapi hanya untuk hobi saja. Salah satu guru yang mengajari saya khat Arab adalah alm. Ust. Zikri dari Kajen, Pati.
Saya masih ingat benar bagaimana beliau, saat saya masih duduk di madrasah ibtidaiyah di kampung dulu, mengajari saya dan teman-teman lain cara menulis kaligrafi Arab. Tangannya meliuk-liuk indah (mirip Lionel Messi) di papan tulis, menggoreskan khat indah dengan kapur putih yang ujungnya dipotong agak miring.
Bukan hanya itu. Ust. Zikri juga mengajari kami kaligrafi Latin. Kami diajari menulis huruf kursif, miring, bersambung, seperti langgam tulisan lama gaya generasi Bung Karno dulu.
Di era digital sekarang ini, kecakapan menulis indah menghilang pelan-pelan. Jari-jari kita sudah jarang menggerakkan pulpen. Kita lebih akrab dengan tombol di layar smartphone. Jari-jari kita tak terbiasa lagi menggores dengan dawat, tetapi “nutul-nutul” tombol, mirip seperti paruh ayam yang “notholi” biji-bijian.
Khat atau tulisan aksara Arab yang indah, bagi saya, adalah salah satu faset penting dalam perkembangan peradaban Islam. Puncak-puncak peradaban Islam ditandai, antara lain, oleh karya-karya indah yang agung — puisi, arsitektur, meditasi mistik, kaligrafi, nyanyian indah, madah untuk Nabi (misalnya: burdah), dll.
Di mata saya, keindahan kaligrafi adalah cermin dari keindahan Tuhan. Kaligrafi yang indah adalah –memakai bahasa kaum sufi– “majla”, wahana di mana Tuhan menampakkan sifat-sifat jamal/keindahanNya. Kaligrafi adalah bentuk “tajalli” Tuhan di alam materi.
Dengan kata lain, menulis kaligrafi yang indah adalah merealisasikan keindahan Tuhan. Contoh kaligrafi Fatihah di bawah ini bisa menjadi ilustrasi yang bagus.
Tetapi, keindahan kaligrafi sudah semestinya tidak berhenti di kaligrafi saja. Keindahan kaligrafi juga sudah semestinya “nembus” ke akhlak yang indah juga dalam kehidupan sehari-hari.
Kita bisa saja tak mampu membuat kaligrafi indah. Tetapi kita bisa berusaha menjadi Muslim kaligrafis. Yaitu Muslim yang berakhlak indah.
Siapakah Muslim kaligrafis itu? Jawabannya ada dalam hadis Nabi yang terkenal: “al-Muslimu man salima al-muslimuna min lisanihi wa yadih”. Orang Islam ialah mereka yg tak menyakiti orang lain. Orang lain tak terganggu oleh ucapan dan tindakannya.
Akhlak yang indah dan prilaku sosial yang beradab. Itulah kaligrafi yang sesungguhnya!