Akhlak menjadi perhatian utama dalam Islam. Ada banyak dalil dalam al-Qur’an dan hadis yang menegaskan keharuasan berakhlak mulia. Bahkan Nabi Muhammad sendiri langsung mencontohkannya. Sebagian besar orang kafir masuk Islam lantaran baiknya akhlak Nabi Muhammad. Beliau mengatakan, “Aku diutus untuk memperbaiki akhlak manusia”.
Karenanya, beriman pada Allah dan Rasul tidak cukup dengan meyakini keesaan Tuhan dan keberadaan Rasulullah, tapi juga harus disempurnakan dengan berakhlak baik pada manusia. Substansi dari keimanan itu pada hakikatnya adalah terwujudnya akhlak mulia. Semakin tinggi keimanan seseorang mestinya akhlaknya juga semakin baik.
Rasulullah menegaskan, “Orang beriman adalah orang yang mampu memberi kenyamanan pada orang lain”. Itu artinya, pembuktian keimanan tidak cukup dengan kata-kata atau ibadah semata. Keimanan harus ditegaskan melalui berbuat baik kepada sesama manusia dan tidak menyakiti orang lain.
Sebab itu, sangat ironis bila ada yang mengaku mukmin dan muslim, tetapi keimanan dan keberislamannya itu membuat orang lain takut dan terganggu. Misalnya, suka mengafirkan orang lain, berkata kasar dan suka mencaci, memusuhi orang yang berbeda pendapat dan keyakinan dengannya, bahkan sampai membunuh orang yang tidak bersalah. Keseluruhan perbuatan ini tentu bertentangan dengan semangat keislaman yang dibawa Nabi Muhammad.
Rasulullah berkata, “Muslim adalah orang yang mampu membuat orang lain selamat dari lisan dan tangannya” (HR: Bukhari). Maksudnya, muslim ialah orang yang bisa menahan dirinya untuk tidak berkata kasar dan menganggu kenyamanan orang lain. Kalau ada orang yang mengaku Islam, tapi hobinya merusak dan menganggu kenyamanan orang lain berati ada yang salah dengan pemahaman Islamnya.
Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa seluruh amalan dapat rusak akibat tidak bisa menjaga lisan. Mengapa amalan bisa rusak karena lisan? Hampir seluruh masalah dimulai dari kata-kata. Orang bisa bertengkar lantaran hatinya disakiti oleh kata-kata. Manusia bisa menangis dan marah karena kata-kata. Sebab itu, Islam menekankan pentingnya menjaga kata-kata. Menjaga lidah itu juga termasuk dari bagian akhlak baik.
Rasulullah menegaskan, “Aku diutus bukan sebagai tukang laknat, tapi diutus untuk kerahmatan” (HR: Muslim). Kalau semua orang senang melaknat tentu dunia akan hancur. Kehidupan aman tidak akan pernah terwujud. Yang ada hanyalah perperangan dan pertengkaran.
Karenanya, Nabi diutus untuk memperbaiki karakter masyarakat Arab yang identik dengan perperangan. Perang bisa hilang dengan sendirinya bila semua manusia saling menyayangi dan mengasihi, saling mengerti dan menghormati, serta tidak menganggu kenyaman orang lain. Itulah misi Islam yang sesungguhnya.