Menjaga Bau Badan Demi Kemanusiaan

Menjaga Bau Badan Demi Kemanusiaan

Menjaga bau badan, bukan dalam rangka meraih perhatian lawan jenis, tetapi demi “kemanusiaan”; bau badan itu mengganggu dan menyakiti orang lain.

Menjaga Bau Badan Demi Kemanusiaan
Ilustrasi: seorang mencium bau badan (Freepik)

Beberapa waktu yang lalu, sempat viral seorang dosen yang membubarkan kelas karena tercium bau ketiak tidak sedap di kelasnya. Universitas Syah Kuala juga membuat peraturan agar para mahasiswa menghilangkan bau badan dan memberikan beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menghilangkan bau tersebut. Jangankan berkumpul untuk beberapa lama, berpapasan sejenak pun kita terganggu dengan bau tidak sedap.

Jika ada yang bertanya apa wangi itu penting, maka jawabannya adalah penting, penting sekali. Bukan dalam rangka meraih perhatian lawan jenis, tetapi demi “kemanusiaan”; bau badan itu mengganggu dan menyakiti orang lain. Bau badan bisa menghambat aktivitas orang lain karena bau badan yang tidak sedap membuat kegiatan yang dilakukan bersama seperti belajar dan bekerja menjadi tidak nyaman.

Menjaga bau badan sangat berkaitan dengan menjaga kebersihan. Sayangnya, sebagaimana terdapat gap dalam berbagai bidang, terdapat gap yang besar dalam hal menjaga kebersihan. Secara global, perempuan menghabiskan lebih banyak waktu untuk menjaga kebersihan (Jennifer et al, 2022), dan dituntut lebih keras untuk rapi dan wangi.

Pada dasarnya, Laki-laki dan perempuan sama, mereka sama-sama bisa mengenali kebersihan dan tempat yang kotor, sama juga, memiliki kemampuan untuk bersih-bersih, sama juga, mereka sama-sama suka tempat yang bersih dan rapi, bahkan jika individunya malas menjaga kebersihan. Hanya karena tekanan sosial yang lebih tinggi pada perempuan, perempuan mendapat konsekuensi yang lebih berat jika tidak memenuhi ekspektasi sosial tersebut.  Sedari kecil, anak perempuan pada umumnya didik untuk menjaga kebersihan, menjadi rapi, dan wangi. Anak laki-laki pada umumnya tidak diharapkan dan tidak dilibatkan untuk melakukan hal-hal tersebut.

Kebersihan dan kerapihan itu nilai yang semestinya ditanamkan bagi setiap orang tanpa memandang jenis kelaminnya. Diajarkan bukan untuk melayani orang lain, tetapi untuk kebaikan diri sendiri yang dampaknya juga dapat dirasakan orang lain. Ini adalah kemampuan dasar hidup yang jika terpenuhi bukan hanya hidup kita menjadi lebih sehat dan nyaman, tetapi juga tidak menyakiti dan mengganggu orang lain.

Islam adalah agama yang sangat menekankan kebersihan, dalam QS al-Mudatsir:4, Rasulullah SAW diperintahkan untuk membersihkan pakaiannya.

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ

Pakaianmu, bersihkanlah!

Menurut Quraish Shihab dalam al-Mishbah, sebagian ulama memahami ayat tersebut dalam makna hakiki yakni membersihkan pakaian dari segala macam kotoran dan majazi yakni membersihkan jiwa dari segala macam pelanggaran. Menurut beliau makna hakiki lebih tepat, bukan hanya karena berdasarkan kaidah yang mengatakan bahwa “suatu kata tidak dialihkan kepada pengertian kiasan (majazi) kecuali bila arti hakiki tidak tepat atau terdapat petunjuk kuat untuk mengalihkan kepada makna majaz” (Shihab, 2005, Juz 14, hal. 554), tetapi juga memperhatikan konteks ketika ayat tersebut diturunkan, yakni ketika turunnya ayat ini Nabi terjatuh karena ketakutan melihat Jibril yang mengakibatkan kotornya pakaian beliau. Meski demikian, menurut mantan rektor UIN Jakarta ini, hal ini tidak berarti membersihkan jiwa bukan hal yang penting, karena Islam menganjurkan kebersihan jiwa. Kebersihan fisik, menurut beliau adalah hal yang hendaknya lebih dahulu dilakukan sebelum bersegera pada kebersihan jiwa.

Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah Saw menggambarkan orang yang beriman sebagai orang yang  tidak mengganggu orang lain dengan lidah (ucapan) dan tangannya (perbuatan). Jangan sampai keberadaan kita, hanya kehadiran kita saja (tanpa berucap atau berbuat sesuatu) menyakiti orang lain karena bau tidak sedap kita.

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang Muslim adalah orang yang menyelamatkan Muslim lainnya dari kejahatan lidah dan tangannya”.

Dalam hadis lain, Rasul melarang seseorang yang memakan bawang pergi ke masjid: “Barang siapa yang memakan (bawang) hendaknya ia tidak mendekati masjid kami” (HR. Bukhori). Hal ini menunjukan pentingnya kita menjaga kebersihan dan  memperhatikan bau yang kita timbulkan agar tidak mengganggu orang lain.

Kebersihan semestinya penting bagi setiap individu tanpa membedakan jenis kelaminnya. Para perempuan pun belajar kebersihan dari seorang laki-laki, Rasulullah SAW.  Rasul adalah pribadi yang bersih, rapi, dan wangi. Disebutkan dalam suatu hadis bahwa wewangian adalah salah satu hal yang beliau senangi dan wangi beliau akan tertinggal di tempat yang beliau lewati. Beliau pun melakukan hal-hal yang dianggap saat ini sebagai hal yang harus dilakukan wanita seperti menjahit, mencuci, menjaga dan merawat barang-barangnya. Wangi dan menjaga kebersihan dan kerapihan adalah salah satu sunnah Rasul yang sering diabaikan.

Sebagian dari kita mungkin sudah berusaha untuk menghilangkan bau badannya tapi mungkin masih kesulitan, hendaknya kita dukung dan bantu, jangan dikucilkan. Juga mungkin sebagian belum menyadari hal ini karena belum ada yang memberitahunya, hendaknya kita sampaikan baik-baik tanpa menyakiti.

Wallahu alam bishhowab. 

(AN)