Di era media sosial saat ini, kita seringkali menyaksikan fenomena di mana orang-orang berbicara tanpa mempertimbangkan dampak dari ucapan mereka. Media sosial telah menjadi platform di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapat dan berbagi informasi secara instan.
Sayangnya, kebebasan ini sering disalahgunakan dengan pernyataan yang tidak dipikirkan secara matang, yang dapat menimbulkan konflik, menyebarkan informasi yang salah, atau bahkan merugikan pihak lain. Dalam konteks ini, nasihat berharga dari Imam as-Syafii mengenai pentingnya berpikir sebelum berbicara menjadi sangat relevan dan patut untuk direnungkan.
Sebagaimana dikutip Imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkar an-Nawawi, Imam as-Syafii memberikan panduan yang sangat berharga tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku saat ingin berbicara. Pendiri salah satu Mazhab terbesar ini menekankan pentingnya menjaga lisan dan hanya berbicara jika ada manfaat yang jelas dari ucapan tersebut. Prinsip ini tidak hanya berlaku untuk komunikasi tatap muka tetapi juga sangat penting dalam interaksi di media sosial.
Imam as-Syafii menjelaskan bahwa setiap individu harus berhati-hati dalam berbicara. Ucapan harus diperhatikan dengan seksama, terutama jika ada keraguan mengenai manfaatnya. Jika manfaat dari sebuah ucapan belum jelas, maka lebih baik untuk menahan diri dari berbicara. Ini adalah prinsip yang mencegah ucapan yang tidak perlu atau bahkan berbahaya, yang sering kali dapat terjadi di platform digital.
قال الإِمام الشافعي : إذا أراد الكلام فعليه أن يفكر قبل كلامه، فإن ظهرت المصلحة تكلَّم، وإن شكَّ لم يتكلم حتى تظهر.
Imam as-Syafii berkata: Jika kamu ingin berbicara, maka wajib dipertimbangkan sebelum disampaikan. Jika terdapat kemaslahatan, katakan. Tapi jika kamu ragu (ada kemaslahatan), sebaiknya jangan diungkapkan sampai kemasalahatan itu nampak.
Imam as-Syafii menyarankan agar sebelum kita berbicara, kita harus merenungkan terlebih dahulu apakah ucapan kita benar-benar bermanfaat. Jika manfaatnya tampak jelas, maka berbicaralah. Namun, jika ada keraguan, menahan diri untuk tidak berbicara adalah pilihan yang lebih bijak. Dalam konteks media sosial, pendekatan ini dapat membantu mengurangi penyebaran informasi yang merugikan dan meningkatkan kualitas diskusi yang lebih sehat.
Dalam Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Huraira ra., yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, juga menegaskan,
من كان يؤمن باللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.”
Hadis ini memberikan petunjuk yang sangat jelas bahwa setiap ucapan yang keluar dari mulut kita seharusnya memberikan kebaikan. Jika ada keraguan mengenai manfaat dari ucapan tersebut, lebih baik memilih untuk diam.
Semoga kita bisa mengikuti nasihat ini. Manfaatnya sangat jelas, kita tidak hanya menjaga diri dari kesalahan verbal, tetapi juga mempromosikan komunikasi yang lebih bermakna dan harmonis di era digital ini. (AN)