Ketika mengulas al-Khatt wal Kitabah yang berkembang di kalangan masyarakat Arab, Ibnu Khaldun banyak mengkritisi pandangan ulama yang mengglorifikasi ortografi para sahabat Nabi terutama ketika mereka menuliskan rasam uthmani. Tentu nalar kritisnya ini lahir dari kerangka pandang kebudayaannya yang amat luas dan menyeluruh, yang tidak melulu melihat sesuatu dalam kerangka keagamaan.
Berangkat dari kerangka realismenya ini, Ibnu Khaldun kemudian seolah tidak ingin terjebak pada sikap mensakralkan semua yang berasal dari sahabat Nabi, terutama soal ortografi. Banyak ulama yang mengikuti model penulisan para sahabat Nabi ini dengan tujuan untuk mengalap berkah atau karena pertimbangan keagamaan, yakni alasan karena mereka adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad SAW. Ibnu Khaldun dengan kerangka realismenya ini mengkritisi pandangan seperti ini.
Karena itu, dengan jujur Ibnu Khaldun menegaskan bahwa rasam al-Quran yang ditulis oleh para sahabat Nabi banyak yang menyalahi aturan-aturan kelaziman menulis dalam bahasa Arab. Sayangnya kesalahan seperti ini bukannya dikoreksi tapi malah diikuti oleh generasi pasca sahabat. Bahkan tulisan yang salah ini dianggap sebagai ekspresi kesempurnaan dan mengikutinya bagi sebagian kalangan merupakan keberkahan tersendiri. Ibnu Khaldun dalam kitab al-Muqaddimah dengan tegas menolak pandangan ini, pandangan yang serba mensakralkan sesuatu yang tidak semestinya disakralkan:
وحسبوا أن الخط كمال فنزهوهم عن نقصه، ونسبوا إليهم الكمال بإجادته، وطلبوا تعليل ما خالف الإجادة من رسمه. وذلك ليس بصحيح
“Mereka berkeyakinan bahwa ortografi adalah simbol kesempurnaan sehingga mereka mensucikan para sahabat dari kemungkinan mengidap kekurangan dan kelemahan. Lebih jauh dari itu, mereka bahkan menisbahkan kesempurnaan terhadap ortografi para sahabat Nabi serta mencari-cari alasan dan justifikasi ketika menemukan ketidaksesuaian tulisan mereka ini dengan tulisan Arab oleh para pakarnya. Jelas pandangan ini tidaklah benar.”
Kutipan di atas mengetengahkan pandangan Ibnu Khaldun tentang bagaimana sikap glorifkasi terhadap semua yang datang dari para sahabat telah menjangkiti kaum intelegensia Islam di masa Ibnu Khaldun atau di masa-masa sebelumnya. Mereka ini dinilai Ibnu Khaldun sebagai orang-orang yang kurang cermat dalam melihat fenomena, bahkan kerangka yang digunakan menutup cara pandang mereka.
Ibnu Khaldun menyebut mereka yang kurang cermat dan kurang kritis sebagai al-mughfilin dalam kitab al-Muqaddimahnya ini. Meski demikian, Ibnu Khaldun menegaskan bahwa ortografi tidak melulu simbol kesempurnaan. Bagus atau tidaknya tradisi tulis menulis atau ortografi itu tergantung kepada sesuatu yang sifatnya budaya, terutama budaya kosmopolitan. Sementara itu, para sahabat Nabi kebanyakan lahir dari kebudayaan yang terbelakang, kebudayaan yang sangat mengandalkan kepada tradisi lisan dan kurang dalam tulisan. Jadi amat wajar jika mereka banyak yang menyalahi kaidah penulisan pada umumnya.
واعلم أن الخط ليس بكمال في حقهم. إذ الخط من جملة الصنائع المدنية المعاشية كما رأيته فيما مر. والكمال في الصنائع إضافي وليس بكمال مطلق
“Karena itu, kita perlu tahu bahwa tulisan bukanlah simbol kesempurnaan jika dikaitkan dengan generasi sahabat. Hal demikian karena tradisi tulis hanya termasuk kepada keterampilan yang dimiliki oleh peradaban kota sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Kesempurnaan dalam keterampilan tulis hanyalah kesempurnaan yang relatif dan bukan kesempurnaan mutlak.”
Setelah itu, Ibnu Khaldun menegaskan kembali pandangan bahwa keterampilan tulis atau keterampilan ortogafis semuanya tergantung kepada tingkat kebudayaan dan tingkat peradaban. Jadi kata Ibnu Khaldun amat diwajari jika generasi sahabat belum bagus dalam bidang ini karena mereka baru melek peradaban setelah mereka sebelumnya berada dalam keprimitifan dalam semua aspek kehidupan.
Ibnu Khaldun mengatakan demikian dalam kitab al-Muqaddimah-nya:
إذ لا يعود نقصه على الذات في الدين ولا في الخلال. وإنما يعود على أسباب المعاش، وبحسب العمران والتعاون عليه لأجل دلالته على ما في النفوس
“Kelemahan sahabat Nabi soal keterampilan ortografis tidak dapat dikatakan sebagai mengganggu aspek agama dan akhlak. Semua keterampilan itu tergantung kepada sistem matapencaharian, peradaban dan corak relasi sosial yang menjadi basisnya. Aspek-aspek inilah yang tentunya sangat berpengaruh bagi semua individu dalam masyarakat.”
Yang disampaikan Ibnu Khaldun ini seolah mengingatkan kita pada kata-kata Karl Marx yang mengatakan bahwa wujud sosial kita akan sangat menentukan kesadaran kita. Wujud sosial generasi sahabat Nabi yang saat itu masih sangat sederhana menentukan corak kesadaran mereka, terutama soal ortografi. Namun yang perlu ditekankan lebih jauh ialah bahwa kelemahan sahabat Nabi dalam soal tulis menulis tak mesti mereka kurang dalam agama dan akhlak. Justru merekalah yang menjadi panutan dalam menjalankan aturan-aturan agama dan akhlak.