Bagaimana seekor ular besar bisa berada dalam sebuah kuburan? Padahal, para penggali kubur sudah berkali-kali berpindah tempat penguburan, tetap saja ada ular besar di dalam liang lahadnya.
Kisah ini dinukil dari kitab ‘uyun al-Hikayat min Qashash Ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin (500 Kisah Orang Sholeh Penuh Hikmah) karya Imam Ibnul Jauzi , seorang ulama masyhur abad ke-6. Suatu ketika, Abdul Hamid bin Mahmud mengisahkan pengalamannya ketika bersama Ibnu Abbas.
Waktu itu, mereka berdua ditemui oleh seseorang. Orang itu penasaran dengan peristiwa yang menimpa dirinya ketika menunaikan ibadah haji dan salah seorang temannya meninggal di bukit Shafa.
Orang itu pun hendak memakamkan temannya itu dan meminta bantuan para penggali kubur. Dari sinilah keanehan itu bermula.
Setelah tanah digali, di liang lahad temannya tadi muncul ular besar berwarna hitam. Mereka berpir, mungkin itu biasa aja. Bisa jadi itu memang tempat si ular. Mereka pun berpindah, menggali ke tempat lain lagi.
Anehnya, ketika berada di tempat baru itu, usai dilakukan pengggalian dan dan siap dikuburkan, muncul ular besar lagi dan berada di liang lahad itu. Mereka pun saling berpandangan, apa ini kebetulan?
Para penggali pun penasaran. Mereka akhirnya membuat galian baru di tempat yang lebih jauh. Mereka berpikir, tempat baru ini pasti tidak ada ular maupun binatang lain.
Ketika galian sudah dalam, ular besar berwarna hitam yang serupa juga ada di sana. Janggal sekali ini, pikir para penggali kubur.
Mereka pun pindah lagi dan berkali-kali terulang hal sama: tanah sudah digali, sudah siap dikubur dan selalu saja ada ular besar berwarna hitam di sana. Para penggali kubur menyerah, orang itu pun menemui Ibnu Abbas untuk bertanya, apa yang harusnya dilakukan?
“Itu amal perbuatan kawanmu itu,” tutur Ibnu Abbas.
Mereka saling berpandangan. Ibnu Abbas meneruskan perkataannya,”Pergi dan kuburkan saja kawanmu itu di salah satu kuburan yang sudah ada. Demi Allah, sungguh di manapun bumi ini dan kalian menggalinya, hal serupa akan terus terjadi.”
Singkat cerita, mereka pun menguburkannya sesuai perintah Ibnu Abbas. Lalu, orang itu pun menemui istri sahabatnya itu dan bertanya tentang sesuatu yang mungkin belum diketahui mereka.
“Dia penjual makanan,” kata Istri. “Setiap hari dia mengambil jatah makanan untuk keluarganya. Kemudian, mengambil bubuk gandum lalu dia mencampurkan ke dalam makanan keluarganya. Sedangkan dia sendiri memakan makanan untuk keluarga yang diambil,” tutupnya. Wallahu a’lam