Dikisahkan dalam kitab Al-Bidayah wan Nihayah karya Imam Ibnu Katsir (w. 774 H), tatkala Nabi Muhammad SAW berkumpul dengan para sahabatnya yang kala itu berjumlah 38 orang, Sayyidina Abu Bakar Ash Shidiq RA memberikan usulan kepada Rasulullah SAW agar berdakwah secara terang-terangan di kota Mekah, hal ini karena pada periode awal Nabi Muhammad SAW berdakwah di kota Mekah secara sembunyi-sembunyi.
Nabi Muhammad SAW menjawab usulan Abu Bakar Ash Shidiq RA “Wahai Abu Bakar, jumlah kita masih sedikit.” Akan tetapi, Abu Bakar terus menerus membujuk Nabi Muhammad SAW agar berdakwah secara terang-terangan. Walhasil, Nabi Muhammad SAW pun menerima usulannya tuk berdakwah secara terang-terangan.
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya menuju Masjidil Haram tuk berdakwah. Sesampainya di sana, para sahabat pun mulai menyebar ke kabilah mereka masing-masing untuk berdakwah.
Sementara itu, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar berada di titik strategis untuk berpidato. Abu Bakar pun memulai pidatonya dan Nabi Muhammad SAW duduk di sampingnya. Ini adalah pidato pertama Abu Bakar untuk mengajak kaum Quraisy beriman kepada Allah dan rasul-Nya.
Melihat tindakan para sahabat Nabi dan mendengar pidato yang disampaikan oleh Abu Bakar para pemuka Quraisy pun merasa geram. Mereka pun mengambil tindakan dengan memukuli para sahabat Nabi. Kala itu, Abu Bakar dipukuli habis-habisan oleh Utbah bin Rabi’ah, sampai-sampai tak jelas lagi wajahnya Abu Bakar akibat hantaman yang terus dilayangkan ke wajahnya.
Beruntung, kabilah Bani Tamim (Kabilahnya Abu Bakar Ash Shidiq Ra.) lewat disekitaran Masjidil Haram. Mereka pun segera menyelamatkan Abu Bakar dari amukan kaum musyirikin.
Dalam keadaan yang tidak sadar Abu Bakar dibawa oleh kabilahnya menuju rumahnya. Di antara kabilah Bani Tamim ada yang menyangka bahwa keadaan Abu Bakar sudah sangat kritis dan akan segera meninggal.
Sesampainya di rumah, ayahnya berusaha untuk menyadarkannya. Sampai akhirnya di waktu petang Abu Bakar pun tersadar. Ia menanyakan keadaan Rasulullah Muhammad SAW. M
ucapan yang pertama kali muncul di lisannya, kabilah Bani Tamim mencerca dan meninggalkanya. Sementara itu Abu Quhafah memerintahkan istrinya Ummul Khair untuk memberikan makanan dan minuman kepada Abu Bakar Ash Shidiq Ra.
Ummul Khair pun membujuknya agar segera makan dan minum supaya kondisinya lekas membaik, namun Abu Bakar hanya terus-menerus menanyakan bagaimana kondisi Nabi Muhammad SAW. Mendengar jawaban ibunya yang tidak mengetahui kondisi Nabi SAW Abu Bakar pun meminta tolong kepada ibunya untuk menanyakan kabar Nabi SAW kepada Ummu Jamil.
Ummu Jamil memberitahukan bahwa kondisi Nabi baik-baik saja, Mendengar jawaban dari Ummu Jamil, Abu Bakar merasa lega namun kegelisahan dan kegundahan hatinya belum terobati.
Dia meminta agar ia diantar untuk menemui Nabi Muhammad SAW di rumah Al Arqam bin Abi Al Arqam. Bahkan Abu Bakar bersumpah tidak akan makan dan minum sebelum berjumpa dengan Nabi SAW. Ummul Khair dan Ummu Jamil pun mengatarnya bertemu dengan Nabi Muhammad SAW.
Sesampainya di rumah Al Arqam, Nabi Muhammad SAW menyambut Abu Bakar dan memeluk serta menciumnya seraya mendoakan kebaikan untuknya.
Nabi Muhammad SAW sangat iba melihat kondisinya kala itu. Namun, Abu Bakar berkata, “Demi ayah dan ibuku sebagai tebusan atas dirimu, duhai Rasulullah SAW aku baik-baik saja. Aku hanya mendapat sedikit pukulan dari Utbah bin Rabi’ah. Duhai Rasul, ini (sembari menunjukkan Ummul Khair) adalah ibuku, yang sangat baik kepada putranya. Serulah kepadanya untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya.”
Rasulullah SAW pun mendoakan dan mengajak Ummul Khair untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Ummul Khair pun bersyahadat di hadapan Rasulullah SAW.
Kecintaan Abu Bakar kepada Rasulullah SAW merupakan teladan bagi kita semua untuk lebih mencintai dan mengagungkan Rasulullah SAW.
Abu Bakar di kala itu yang dalam kepayahan dan kesusahannya, namun yang ada dalam benaknya hanyalah kondisi dan keadaan kekasihnya, Rasulullah SAW.
Semoga kita dapat meneladi Abu Bakar dalam mencintai Rasulullah Saw. aamiin…
Wallahu a’lam…