Kebersihan menjadi salah satu aspek yang mendapatkan perhatian besar dalam ajaran Islam. Berikut adalah khutbah tentang keutamaan menjaga kebersihan yang ditinjau dari perspektif ajaran Islam.
Khutbah Pertama
اَلْحَمْدُ لِلّهِ ذِيْ الْقُدْرَةِ الْقَاهِرَةِ, حَمْدًا يُؤْذَنُ بِمَزِيْدِ نِعَمِهِ, وَيَكُوْنُ حَصْنًا مَانِعًا مِنْ نَقَمِهِ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ خَيْرِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ, مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ, ذِيْ الشَّرْفِ الْعَلِيِّ, وَالْكَرَمِ الْمَرْضِيِّ, وَعَلىَ آلِهِ الْكِرَامِ, وَأَتْبَاعِهِ سُرُجِ الظَّلَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلَّا اللّه وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ, أُوْصِيْكُمْ وَنَفَسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ. قَالَ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللَّه حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah,
Kesehatan adalah harta berharga yang didambakan oleh setiap orang, termasuk kita yang ada di sini. Dengan kesehatan, segala aktivitas seperti ibadah, bekerja, menuntut ilmu, bersilaturrahmi, dan lain sebagainya, menjadi lancar dan mudah. Sebaliknya, tanpa kesehatan, semua aktivitas tersebut menjadi terhambat atau bahkan tidak bisa dikerjakan sama sekali.
Untuk bisa memiliki tubuh yang sehat, kita juga harus menerapkan pola hidup sehat, antara lain dengan rajin berolahraga, menjaga pola tidur, serta memerhatikan makanan yang dikonsumsi. Di samping itu, ada satu hal yang tidak kalah penting dari hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu menjaga kebersihan.
Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bersih salah satunya adalah bermakna suci, yaitu bebas dari kotoran atau najis. Kata bersih lebih bersifat umum, sedangkan kata suci biasanya merujuk pada ajaran agama. Dengan kata lain, menjaga kebersihan sama dengan menjaga kesucian.
Di dalam Al-Qur`an, disebutkan bahwa orang-orang yang gemar menjaga kesucian atau kebersihan adalah termasuk golongan yang dicintai oleh Allah Swt. Dalam surah Al-Baqarah ayat 222, Allah Swt. Berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
Artinya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”
Menurut pakar tafsir asal Indonesia, Prof. M. Quraish Shihab, taubat adalah membersihkan diri dari kotoran batin yang berupa dosa, dan bersuci adalah membersihkan diri dari kotoran lahir, baik itu dengan mandi maupun berwudhu. Dengan disandingkannya kecintaan Allah Swt. kepada orang-orang yang bertaubat dengan kecintaan-Nya kepada orang-orang yang bersuci, hal itu mengisyaratkan bahwa menjaga kebersihan jasmani juga sama pentingnya dengan menjaga kebersihan rohani.
Perilaku menjaga kebersihan juga banyak dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Banyak hadis yang menjelaskan tentang perhatian besar Rasulullah pada aspek kebersihan. Misalnya, dalam sebuah hadis dari sahabat Abu Hurairah RA., Rasulullah Saw. bersabda:
اتَّقُوْا الْمَلَاعِنَ الثَّلَاثَ, الْبَرَّازُ فِيْ الْمَوَارِدِ وَقَارِعَةِ الطَّرِيْقِ وَالظِّلِّ
Artinya, “Takutlah tiga perkara yang mendatangkan laknat: membuang hajat di sumber air, di tengah jalan, dan di tempat teduh.”
Berdasarkan hadis tersebut, dapat dipahami bahwa Rasulullah Saw. menaruh perhatian pada aspek kebersihan, yakni melalui larangan buang air di tempat-tempat yang biasanya dimanfaatkan untuk kepentingan umum, seperti sumber air, jalan umum, dan tempat berteduh.
Jika dipahami lebih jauh, maka hadis tersebut dapat mencakup larangan membuang sampah sembarangan. Sebagaimana kotoran, sampah yang dibuang sembarangan juga membuat lingkungan tercemar dan bisa menjadi sumber penyakit. Sampah yang dibuang sembarangan juga dapat menimbulkan bencana banjir.
Dalam hadis lain yang juga dari sahabat Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
الْإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ شُعْبَةٌ, أَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ, وَأَرْفَعُهَا قَوْلُ لَآإِلَهَ إِلاَّ اللَّه
Artinya, “Iman itu memiliki 77 cabang. Yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan yang paling tinggi adalah kalimat La Ilaha illa Allah.”
Menurut ulama kontemporer asal Mesir bernama Yusuf al-Qardlawi, yang dimaksud gangguan dalam hadis itu adalah segala sesuatu yang mengganggu atau membahayakan orang-orang yang melintas. Misalnya batu yang bisa membuat sepeda motor tergelincir, atau kulit pisang yang bisa membuat orang yang tidak sengaja menginjaknya terpeleset.
Dan menjaga kebersihan jalan umum dengan menyingkirkannya merupakan salah satu cabang iman. Bahkan, dalam hadis lainnya dikisahkan bahwa ada seseorang yang masuk surga lantaran telah menyingkirkan gangguan dari jalan yang dapat membahayakan orang-orang yang melintas.
Di dalam literatur fikih, anjuran menjaga kebersihan tersirat dalam syariat shalat. Salah satu syarat sah shalat adalah telah bersuci dari hadas kecil maupun hadas besar. Sementara itu, untuk bersuci ada syarat sahnya, yaitu air yang digunakan haruslah yang suci dan mensucikan. Dan air yang suci dan mensucikan akan sulit didapatkan, atau bahkan tidak bisa didapatkan, tanpa kita menjaga kebersihan. Di samping bersuci, syarat sah shalat yang lainnya adalah badan, pakaian yang dikenakan, dan tempat shalat harus bersih dan suci.
Jamaah yang dirahmati oleh Allah,
Dari uraian-uraian tersebut, dapat dipahami bahwa Islam memandang aspek kebersihan tidak hanya berkaitan dengan aspek duniawi, melainkan juga aspek ukhrawi. ibadah-ibadah pokok dalam Islam tidak bisa dilepaskan dari aspek kebersihan. Tidak hanya dalam shalat seperti yang telah disinggung sebelumnya, melainkan juga dalam ibadah pokok lainnya seperti zakat, puasa, hingga haji.
Oleh karena itu, menjaga kebersihan sudah seharusnya menjadi budaya yang kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. menjaga kebersihan sudah seharusnya menjadi bagian dari kehidupan seorang muslim. Karena an-nadlofatu min al-iman, kebersihan itu sebagian dari iman. Kita sendirilah yang akan merasakan manfaat darinya, baik itu manfaat duniawi yang berupa kesehatan, maupun manfaat ukhrawi yang berupa pahala beramal saleh.
Allah Swt. Berfirman dalam surah An-Nahl: 97,
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Artinya, “Siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia seorang mukmin, sungguh, Kami pasti akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang selalu mereka kerjakan.”
Mari bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan sebagai bentuk menjalankan amanah menjadi khalifah di muka bumi. Mari bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan sebagai bentuk mengikuti teladan yang telah dicontohkan oleh Nabi. Mari bersama-sama menjaga lingkungan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat lingkungan yang indah dan asri.
بارَكَ اللّه لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ, إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ, وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّحِمِيْنَ
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رُسُلِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى, وَعَلىَ خَاتِمِهِمْ مُحَمَّدٍ الْمُجْتَبَى, وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَئِمَّةِ الْهُدَى, وَمَنْ بِهِمْ اقْتَدَى فَاهْتَدَى. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلَّا اللّه وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَآ أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ, أُصِيْكُمْ وَإِيّايَ بِتَقْوَى اللّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللّه تَعَالى فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشّيْطَانِ الرّجِيْمِ, بِسْمِ اللّهِ الرّحْمنِ الرّحِيْمِ, ٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا, يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
أَعُوْذُ بِاللّه مِنَ الشّيْطَانِ الرّجِيْمِ. بِسْمِ اللّه الرّحمن الرّحِيْمِ. إِنَّ اللّه وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ آمَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا. اللّـهُمَّ صَلّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كمَا صَلّيْتَ عَلَى سَيِّدِناَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سيّدِنا إبراهيم وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِنا محمَّدٍ وَعَلىَ آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ كمَا بَارَكْتَ عَلىَ سَيِّدِناَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ سيّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ إنّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيم. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. رَبَنَا آتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. سُبْحَانَ رَبّكَ رَبّ العِزّةِ عَمّا يَصِفُوْنَ, وَسَلَامٌ عَلىَ المُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للّه رَبّ العَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللّه، إِنّ اللّه يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ القُرْبىَ وَيَنْهَي عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ, يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ تَذَكّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللّهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ, وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ, وَلَذِكْرُ اللّهِ أَكْبَرْ. أَقِمِ الصَّلَاةَ