Saat ini, bumi sedang dalam ambang kritis menuju kehancuran akibat perubahan iklim yang ekstrem atau kita kenal sebagai pemanasan global. Akibat panasnya suhu bumi berujung pada berbagai macam bencana, salah satunya banjir rob. Simak khutbah Jumat berikut terkait penjelasan pemanasan global dan banjir rob menurut pandangan al-Qur’an beserta solusinya.
Khutbah Pertama: Pemanasan Global dan Banjir Rob
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ وَقَالَ اَيْضًا وَاِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْۖ وَاِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْۖ وَاِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْۖ
Hadirin Yang Dimuliakan Allah
Puja puji serta syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. sebab dengan kemurahan, hidayah dan taufik-Nya kita masih diberi kesempatan melaksanakan ibadah shalat jumat berjamaah. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW juga kepada keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya.
Hadirin rahimakumullah
Sebagian dari kita semua, atau bahkan kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa planet bumi, tempat yang kita tinggali bersama, tempat kita berbaring, beribadah, bersujud kepada Allah berada dalam kondisi kritis. Perubahan iklim yang ekstrem, atau kita kenal sebagai pemanasan global, akibat ulah manusia yang tak terkendali, dampaknya semakin nyata terasa. Banyak penelitian mengemukakan bahwa bumi, 30 tahun dari sekarang, sudah tidak ramah, tidak layak huni.
Pada tahun 2050 diperkirakan suhu panas yang tidak tertahankan akan menerjang sebagian besar wilayah bumi. Wilayah-wilayah pesisir akan tenggelam karena es kutub mencair. Bahkan kota-kota besar dunia tidak bisa menghindar dari bencana ini, termasuk kota Jakarta. Di saat bersamaan, kekeringan terjadi di mana-mana, sungai-sungai besar di wilayah Asia sudah tidak mengalirkan air.
Akibatnya, manusia akan kekurangan pangan. Diprediksi sebanyak 1 milyar dari total 9 milyar manusia terlantar. Skenario menyeramkan ini bukan berasal dari naskah film kiamat, melainkan berdasarkan fakta ilmiah para ilmuwan, bahkan para pemimpin dunia sudah berdiskusi membahasnya agar skenario buruk ini tidak terjadi.
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah
Jauh-jauh hari, sekitar 14 abad lalu, kitab al-Quran, pedoman hidup kita, sudah memperingatkan manusia tentang skenario di atas, bahkan sangat persis. Dalam surat at-Takwir ayat 4-6, Allah berfirman :
وَاِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْۖ ٤ وَاِذَا الْوُحُوْشُ حُشِرَتْۖ ٥ وَاِذَا الْبِحَارُ سُجِّرَتْۖ ٦
“Apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak terurus), apabila binatang-binatang liar dikumpulkan, apabila lautan dipanaskan,” (At-Takwīr [81]: 4-6)
Memang, bila mengacu pada al-Quran terjemahan edisi terbaru Kementerian Agama, terjemahan ayat di atas seperti demikian. Namun, bila kita membuka kitab tafsir at-Tahrir wat-Tanwir karya Ibnu ‘Asyur, ahli tafsir terkemuka asal Tunisia, kita akan mendapati makna lain. Menurut Ibnu ‘Asyur, Unta-unta bunting yang ditinggalkan pada ayat di atas adalah metafor, perumpamaan dari gumpalan awan. Orang Arab biasa mengumpamakan gumpalan awan mendung seolah unta gemuk yang sedang bunting.
Kemudian, alasan gumpalan awan ditinggalkan, alias sudah tidak dihiraukan lagi sebab gumpalan awan sudah tidak lagi meneteskan air hujan, sudah tidak lagi membawa harapan. Ayat ini, menurut Ibnu ‘Asyur menggambarkan kekeringan luar biasa yang membinasakan makhluk hidup. Ayat ini berhubungan dengan ayat berikutnya, apabila hewan liar dikumpulkan, maksudnya, sudah menjadi tabiat ketika datangnya bencana, hewan liar akan merasakannya dan mereka berhamburan berkumpul di suatu tempat. Ini, sebagai gambaran bumi sudah amat kacau, bencana alam datang silih berganti.
Terakhir, ayat apabila lautan dipanaskan, ayat ini masih berhubungan dengan dua ayat sebelumnya, maksud dipanaskan, masih menurut Ibnu ‘Asyur adalah apa yang kita sebut hari ini sebagai pemanasan global, karena iklim bumi menjadi sangat panas menyebabkan es di bagian kutub bumi mencair, ini menyebabkan banjir rob, menenggelamkan wilayah pesisir di seluruh penjuru dunia. Sebab ini, Ibnu ‘Asyur menyebut, ayat ini berhubungan dengan ayat ketiga pada surat al-Infithar :
وَاِذَا الْبِحَارُ فُجِّرَتْۙ
“Apabila lautan diluapkan.” (Al-Infiṭār [82])
Ketika berbagai kekacauan telah terjadi, Allah berfirman sebagai jawab dari ayat-ayat di atas :
عَلِمَتْ نَفْسٌ مَّآ اَحْضَرَتْۗ
“Setiap jiwa akan mengetahui apa yang telah dikerjakannya.” (At-Takwīr [81]:14)
Ayat yang baru saja khatib bacakan seolah berkata, “setelah semua bencana dan kekacauan terjadi, manusia baru menyadari, terlambat sudah, apa yang telah manusia perbuat selama ini, akibat kerakusan, ketamakan, membawa pada kehancurannya sendiri.”
Hadirin pendengar khutbah Jumat
Lalu apa yang dapat manusia lakukan? Apakah kita hanya akan pasrah dan menghiraukan peringatan Allah di atas? Kemudian, bukankah bencana itu datang hanya dari Allah, manusia tidak dapat berbuat apa-apa? Sekali-kali tidak! Allah berfirman :
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرٰى بِظُلْمٍ وَّاَهْلُهَا مُصْلِحُوْنَ
“Karena, Pemeliharamu tidak akan pernah membinasakan suatu masyarakat karena [kepercayaan] zalim [semata], selama penduduknya berbuat kebajikan [satu sama lain]”. (Hud [11] : 117)
Menurut al-Razi, seorang ahli tafsir klasik yang menjadi banyak dijadikan rujukan, ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan menurunkan bencana selama penduduk bumi berbuat baik dalam mu’amalah yakni selama manusia bergaul dengan baik satu sama lain dan alam. Al-Razi berkata :
أنَّهُ تَعالى لا يُهْلِكُ أهْلَ القُرى…… إِذَا كَانُوا مُصْلِحِينَ في المُعَامَلاتِ فِيمَا بَيْنَهُم…….. بَلْ إنَّما يَنْزِلُ ذَلِكَ العَذابُ إذَا أَسَاءُوا في المُعامَلاتِ
“Ayat tadi bermakna bahwa Allah tidak akan menghancurkan masyarakat…… bila mereka berbuat baik terhadap sesama (manusia dan alam). Malah, Allah menurunkan adzab tadi disebabkan jika suatu masyarakat berbuat buruk dalam mu’amalat; bergaul terhadap manusia lain dan alam.”
Hadirin yang berbahagia
Di antara solusi yang dapat kita usahakan sebagai individu, demi memperhatikan peringatan Allah berupa skenario buruk di atas, dan bentuk tanggung jawab kita manusia sebagai khalifah di muka bumi, adalah kita dapat melakukan hal sederhana berupa kurangi menggunakan kendaraan berbahan bakar minyak fosil.
Selalu habiskan makanan, karena selain mubazir, makanan yang kita buang bila sudah menumpuk dengan sampah non-organik lain akan menghasilkan gas metana yang mempercepat pemasanan iklim bumi. Hemat energi di rumah, perbanyak jalan kaki atau naik transportasi umum, kurangi penggunaan barang yang tidak ramah lingkungan, gunakan kembali, dan sering daur ulang. Lalu pilih produk ramah lingkungan dan terakhir, mari saling mengingatkan untuk menjaga bumi kita tercinta. Sebab Allah menyatakan dalam surat al-‘Ashr bahwa manusia dalam kerugian kecuali bagi mereka yang beriman, saling mengingatkan amal kebajikan, dan saling mengingatkan dalam kesabaran.
Hadirin yang mulia
Demikian khutbah singkat kali ini. Semoga bermanfaat, khususnya bagi khatib pribadi, dan umumnya bagi jama’ah sekalian.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Teks Khutbah Jumat Kedua
ٱلْحَمْدُ لِلَّٰهِ رَبِّ ٱلْعَالَمِينَ َأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ رَبَّنَا اغْفِر وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ
(Download pdf)
Baca juga teks khutbah Jumat yang lain di sini.
Download teks khutbah Jumat yang lain di sini.