Sebagaimana diketahui, puasa tidak hanya berupa praktek menahan diri untuk tidak makan dan minum mulai dari waktu subuh hingga maghrib. Lebih dari itu, puasa juga merupakan sarana untuk berlatih mengendalikan diri agar tidak selalu menuruti keinginannya. Dengan kata lain, lewat puasa, seorang muslim sedang berlatih mengendalikan hawa nafsunya.
Sayangnya, pengendalian diri itu biasanya akan berakhir seiring dengan tibanya waktu berbuka puasa. Setelah berbuka, banyak orang seakan melupakan esensi puasa yang berupa pengendalian diri itu. Hawa nafsunya yang selama waktu berpuasa telah dikendalikan, setelah waktu berbuka justru kembali dimanjakan.
Agar puasa benar-benar bisa menjadi sarana bagi kita untuk mengendalikan diri, serta menumbuhkan kesalehan pribadi dan kesalehan sosial, ada beberapa kebiasaan buruk saat berbuka puasa yang sebaiknya kita hindari. Setidaknya, ada tiga kebiasaan buruk saat berbuka puasa yang kami rangkum di bawah ini.
Makan dengan Berlebih-lebihan
Berbuka puasa sejatinya cukup dilakukan dengan seteguk air dan beberapa butir kurma, sebagaimana yang dipraktekkan oleh Rasulullah. Karena tujuannya adalah untuk membatalkan puasa dengan segera saat tiba waktunya. Sayangnya, sebagian dari kita, karena merasa telah menahan rasa haus dan lapar lebih dari 12 jam, akhirnya memutuskan untuk menikmati hidangan yang seenak mungkin saat berbuka.
Berbagai hidangan disiapkan di atas meja, mulai dari yang manis hingga yang asin, dari yang masakan kering hingga masakan berkuah, dan sebagainya. Akhirnya, secara tidak sadar, sebagian dari kita telah berlebih-lebihan dalam makanan dan minuman. Padahal, perbuatan berlebih-lebihan, termasuk berlebih-lebihan dalam makanan dan minuman saat berbuka puasa, itu tidak diperbolehkan.
Selain karena berlebih-lebihan, berbuka puasa dengan banyak makanan dan minuman yang lezat juga membuat hawa nafsu, dalam hal ini nafsu perut, kembali dimanjakan. Padahal, seperti yang telah disinggung di atas, esensi berpuasa adalah untuk mengendalikan hawa nafsu. Sehingga, jangan sampai setelah mengendalikannya, justru kembali memanjakannya saat berbuka puasa.
Tidak Menghabiskan Makanan
Kebiasaan buruk saat berbuka puasa yang satu ini masih berkaitan dengan kebiasaan buruk sebelumnya. Jumlah makanan dan minuman yang terlampau banyak belum tentu bisa ditampung semua oleh perut. Akhirnya, yang terjadi adalah seseorang telah merasa kenyang sebelum makanan dan minuman selesai dihabiskan.
Ketika berbuka puasa di rumah, makanan dan minuman yang tersisa mungkin masih bisa disimpan untuk dinikmati di waktu selanjutnya, seperti setelah sholat Tarawih. Namun, hal tersebut menjadi berbeda ketika berbuka puasa di restoran atau warung, yang tentunya sisa makanan akan langsung dibuang.
Selain buruk bagi diri sendiri karena bertolak belakang dengan ajaran agama yang melarang perbuatan menghambur-hamburkan (mubadzir), perilaku tidak menghabiskan makanan juga buruk secara sosial. Sebagaimana diketahui sisa-sisa makanan yang menjadi sampah berdampak buruk bagi lingkungan. Tidak hanya akan menebarkan bau busuk yang menyengat dan menjadi sumber penyakit, sampah sisa makanan juga bisa menghasilkan Gas Metana yang akan berdampak pada pemanasan global.
Menggunakan Wadah Sekali Pakai
Aktivitas di bulan Ramadhan tidak sepadat di hari-hari biasa. Seharusnya, makin sedikit aktivitas yang dilakukan, makin sedikit pula potensi sampah yang dihasilkan. Akan tetapi, fakta yang terjadi justru sebaliknya: produksi sampah saat bulan Ramadhan mengalami peningkatan, baik sampah plastik maupun sampah makanan.
Harus diakui, salah satu kebiasaan buruk yang masih dilakukan oleh sebagian dari kita adalah menggunakan wadah sekali pakai untuk hidangan buka puasa. Beragam makanan dan minuman yang dijual tampak masih menggunakan plastik atau daun pisang yang hanya sekali pakai. Itu semua tentu berpotensi menjadi sampah, karena sangat kecil kemungkinan akan bisa dimanfaatkan ulang.
Oleh karena itu, di samping menumbuhkan kesalehan pribadi melalui berpuasa, momen bulan Ramadhan ini juga menjadi momen yang tepat untuk menumbuhkan kesalehan lingkungan. Salah satunya dengan berlatih mengurangi penggunaan wadah sekali pakai. Jika memungkinkan, maka hal itu bisa disiasati dengan memasak makanan sendiri atau membuat minuman sendiri. Jika terpaksa membeli, maka bisa juga disiasati dengan membawa wadah sendiri dari rumah.
Hal ini selaras dengan esensi berpuasa yang berupa mengendalikan diri. Bentuk pengendalian diri di sini berupa mengendalikan diri untuk tidak menggunakan wadah sekali pakai.
Itulah tiga kebiasaan buruk yang masih sering dilakukan oleh sebagian dari kita saat berbuka puasa. Ketiga kebiasaan yang disebutkan di atas dikatakan buruk karena, selain bisa ‘menggagalkan’ upaya kita untuk mengendalikan diri dan hawa nafsu, juga bisa membawa dampak buruk bagi orang lain maupun lingkungan.