Dalam kitab Hilyatul Auliya’ wa Thabaqat al-Asfiya’ karya Abu Nu’aim al-Asfahani, tertulis sebuah kisah Dzun Nun al-Mishri menyaksikan karomah seorang pemuda yang dituduh mencuri.
Alkisah, suatu ketika Dzun Nun al-Mishri pernah naik kapal laut menuju Jeddah. Bersamanya ada seorang pemuda yang berumur sekitar 20an tahun. Pemuda tersebut mengenakan busana yang amat berwibawa. Dzun Nun penasaran, kemudian ingin berbicara dengan pemuda itu, namun dia tak mampu dan memilih untuk mengamati.
Selama di atas kapal tersebut, kadang Dzun Nun melihat pemuda itu membaca Al-Quran, kadang juga melihatnya berpuasa. Dan kadang juga melihatnya bertasbih. Sampai suatu saat Dzun Nun melihat dia tertidur pulas.
Tak lama perhatiannya buyar. Tiba-tiba saja terjadi keributan, saling tuduh antara sesama penumpang kapal, terkait kasus kehilangan atau pencopetan dompet. Sehingga mereka saling menggeledah satu sama lainnya.
SIngkat cerita, mereka saling menggeledah sampai kepada pemuda yang sedang tidur lelap itu. Sang pemilik dompet yang hilang berkata, “Tidak ada seorangpun yang pernah begitu dekat denganku kecuali pemuda yang sedang tidur itu!”
Ketika Dzun Nun mendengar perkataan tersebut, dia langsung membangunkan pemuda tersebut. Setelah terbangun, pemuda tersebut langsung saja bergegas mengambil air wudhu untuk shalat, kemudian melakukan shalat empat rakaat.
Setelah itu pemuda berkata kepada Dzun Nun dengan kalem, “Apa yang engkau inginkan sampai membangunkanku?”
Dzun Nun, “Di geladak kapal ini ada tuduhan pencurian. Dan orang-orang sudah saling menggeledah satu sama lainnya. Hingga mereka mengarahkan tuduhan kepadamu.”
Sang pemuda lalu menuju ke kerumunan orang tadi, dan bertanya kepada orang yang dompetnya hilang seraya berkata, “Benarkah yang dikatakannya?”
Sang pemilik dompet berkata, “Benar. Itu karena tidak ada seorang pun yang pernah begitu dekat denganku kecuali engkau.”
Pemuda tersebut lalu menengadahkan kedua tangannya ke atas sambil berdoa. Melihat si pemuda tersebut, Dzun Nun lebih mengkhawatirkan si penumpang kapal dari doa si pemuda, sambil memperhitungkan pemuda itu memiliki karomah. Setelah ini akan ada kejadian luar biasa.
Benar saja. Tak lama, Dzun Nun menyaksikan karamah pemuda itu. Sebuah peristiwa yang aneh terjadi. Dzun Nun melihat sekumpulan ikan melompat-lompat dari laut dan di mulut masing-masing ikan terdapat mutiara yang berkilau.
Pemuda tersebut lalu mendekatkan dirinya ke bibir kapal, lalu meraih salah satu mutiara yang ada di mulut ikan. Mutiara itu diberikannya kepada pemilik dompet yang hilang tadi sambil berkata, “Ini untuk ganti dompetmu yang sudah hilang, dan engkau bebas!”
Salah tuduhan sejak dahulu kala pun sudah ada, namun dalam kisah di atas orang yang dituduh mencuri justru memberikan tauladan yang baik yaitu dengan menggantinya. Di sisi lain, kisah di atas juga menunjukkan bahwa di keadaan apapun, kita harus selalu berdoa dan memohon lindungan atau ampunan kepada Allah SWT dari berbagai fitnah yang datangnya tidak bisa kita prediksi dari mana saja.
Memohon ampunan kepada Allah SWT sendiri sangatlah penting, karena setiap tuduhan atau celaan yang kita terima bisa jadi benar, bisa jadi salah. Namun cara penyampaiannya saja yang kadang buruk dan tidak tepat, sehingga bisa membuat marah dan tersinggung seseorang. Karena sisi kemanusiaan manusia antara kemungkinan salah tidak lebih kecil dari kemungkinan benarnya.
Kisah karomah pemuda di atas adalah sebuah pelajaran. Yang dilakukannya adalah bentuk kasih sayang, karena dia tidak mau ada orang yang menanggung dosa karena tuduhannya. Ia ingin setiap kesalahan orang kepadanya diampuni Tuhan, sehingga dia mau menggantinya. Ia juga tidak ingin melihat orang kesusahan di akhirat nanti.
Kisah di atas sedang mengajarkan akhlak yang baik, ia tidak menampakkan kemarahan dan juga tidak melakukan pembelaan diri. Justru ia malah berdoa, memohon kepada Allah SWT. Hingga akhirnya, Allah SWT pun mengabulkan doanya sehingga dia bisa mengganti barang orang yang hilang walaupun dirinya tidak mengambil barang tersebut. Sebuah perbuatan dan akhlak mulia yang sulit dilakukan oleh banyak manusia, kecuali mereka yang mempunyai hati ikhlas dan bersih.