Secara umum, amal ibadah di dalam Islam ada dua macam: ada yang wajib dan ada yang sunnah. Amal wajib harus dilakukan, dan kalau ditinggalkan mendapatkan dosa. Sementara amalan sunnah merupakan amalan yang dapat pahala bila dilakukan, dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Amalan yang wajib mesti dijadikan prioritas dalam beragama, sementara amalan sunnah biasanya dilakukan setelah yang wajib dilakukan.
Meskipun bersifat anjuran, bukan berati amalan sunnah boleh diabaikan begitu saja. Kita juga tidak bisa mencukupkan diri hanya untuk melakukan amalan yang wajib saja. Para ulama mengingatkan agar umat Islam tidak mengabaikan amalan sunnah. Lakukan amalan sunnah semampunya, minimal sekali seumur hidup.
Imam al-Nawawi dalam Al-Adzkar menjelaskan
اعلم انه ينبغي لمن بلغه شيء في فضائل الأعمال أن يعمل به ولو مرة واحدة ليكون من أهله، ولا ينبغي أن يتركه مطلقا بل يأتي بما يتسر به منه، لقول النبي صلى الله عليه وسلم في الحديث المتفق على صحته، إذا أمرتكم بشيء فأتوا منه ما استطعتم
“Bagi orang yang mengetahui tentang amalan sunnah, atau fadhail a’mal, alangkah baiknya untuk mengerjakannya, walaupun satu kali, agar masuk dalam kategori orang yang mengerjakannya. Tidak pantas untuk meninggalkannya secara mutlak. Lakukan sebisa mungkin atau semampunya. Karena Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kalian diperintahkan untuk mengerjakan sesuatu, lakukanlah semampunya.”
Islam itu memudahkan, tapi jangan sampai kita mengabaikannya. Ada banyak amalan sunnah yang dapat dilakukan, baik dalam bentuk ibadah ataupun muamalah. Imam al-Nawawi mengingatkan agar kita melakukan amalan sunnah semampunya. Jangan sampai mengabaikannya. Supaya kita termasuk orang yang mengerjakan amalan sunnah.
Jadi, lakukan amalan sunnah itu semampu kita. Yang penting jangan sampai memprioritaskan yang sunnah dibanding yang wajib. Misalnya, shalat tahajud itu sunnah, dan shalat shubuh wajib. Jangan sampai kita memprioritaskan shalat tahajud, tapi malah melupakan shalat shubuh.