“Allah SWT tidak akan mengasihi seseorang yang tidak punya belas kasih terhadap orang lain.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas secara tersurat menyatakan bahwa orang yang tidak memiliki sifat belas kasih terhadap orang lain tidak akan mendapatkan belas kasih dari Allah SWT. Sebaliknya, makna tersirat dari hadis ini adalah bahwa orang yang memiliki belas kasih terhadap orang lain maka Allah SWT akan memberikan belas kasih kepadanya.
Dalam hidup bermasyarakat kita dituntut untuk saling menghormati, menghargai, menoleransi sesama manusia. Hal ini sebagaimana hadits Nabi Saw, “Menghargai manusia adalah sedekah”. Rasul Saw dalam berbagai kesempatan sering mengajak dan menganjurkan kepada umatnya agar senantiasa memberikan kemanfaatan dan hal yang terbaik kepada kaum muslimin. Di antara sabda beliau, “Dua hal yang tidak dapat menandingi keutamaan sebuah amal adalah iman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi orang-orang muslim”.
Hadis lain sebagaimana dikutip dalam kitab Nasha`ihul ‘ibad menyebutkan bahwa bagi siapapun yang memulai kehidupannya dengan tidak ada niat atau tujuan melakukan panganiyaan terhadap orang lain, maka akan diampuni dosa yang telah ia lakukan. Dan bagi siapapun yang memulai paginya dengan niat atau tujuan menolong orang yang teraniaya dan memenuhi hajat orang banyak maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala haji mabrur.
Hubungan yang kita bina tidaklah terbatas pada orang-orang tertentu saja. Namun harus tanpa pandang bulu. Kepada seluruh orang dengan status sosial apapun. Baik orang miskin, kaya, orang tua, anak-anak, bahkan juga makhluk lain di sekitar kita. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis, “Bagi siapapun yang tidak mengasihi orang yang di bumi maka tidak akan dikasihi orang (makhluk) yang berada di langit. Bagi siapapun yang tidak memberi maaf maka tidak dimaafkan. Allah Swt hanya akan memberikan Rahmat kepada hamba-Nya yang memiliki sifat kasih dan sayang. Bukanlah termasuk dari golongan umatku orang yang tak mengasihi anak-anak dan tak memberikan hak orang dewasa.”
Menurut para ulama, konteks munculnya hadis di atas adalah, bahwa suatu hari Rasulullah Saw sedang bermain dengan cucu tercintanya; Sayyidina Hasan Ra. Di kala Nabi sedang mencium cucunya, seorang sahabat yang mempunyai watak keras merasa heran, kemudian bertanya kepada Rasullah: “Wahai Rasulullah, saya mempunyai sepuluh orang anak dan saya belum pernah mencium anak-anakku.” Kemudian Rasulullah berkata, “Seseorang yang tidak mempunyai rasa belas kasih kepada anak kecil, maka ia tidak termasuk golonganku.”
Islam mengajarkan pada kita untuk menjaga agar supaya hidup harmonis di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. Bahkan hal demikian tidak sebatas sesama manusia, tapi juga harus memperhatikan benda dan makhluk lain di sekitar kita. Karena hal ini semua harus kita pertanggungjawabkan besok di hadapan Allah Swt. sebagai balasan atas perbuatan selama hidup di dunia.
Cukuplah kiranya sebuah cerita yang dikisahkan dalam kitab Nasha`ihul ‘Ibad tentang seorang wali besar, as-Sibly namanya sebagai renungan bagi kita bersama. al-Kisah, ketika beliau telah meninggal dunia, beliau ditanya tentang keadaan alam kubur (dalam sebuah mimpi seseorang). Beliau menjawab demikian, “Ketika Allah Swt. bertanya kepadaku, hai Abu Bakar (nama lain wali Syibly), tahukah kamu penyebab Aku mengampunimu?” Wali Syibly berkata, “Karena amal kebaikanku.” Allah swt. menjawab, “Tidak.” Wali Syibli berkata: “Karena ibadahku yang ikhlas.” Allah Swt. menjawab lagi, “tidak.” Wali Syibli berkata lagi, “Karena haji, puasa, dan shalat yang aku lakukan.” Allah Swt, menjawab, “Tidak.” Wali Syibly berkata, “Karena kesukaanku pada orang saleh dan mencari ilmu.” Allah Swt menjawab, “Tidak.” Wali Syibly berkata, “Ya Allah, lalu sebab apa Engkau mengampuniku?” Allah Swt menjawab: “Ingatkah kau ketika sedang berjalan di gang-gang jalan Baghdad, saat itu kamu menemukan kucing kecil yang sangat lemah kedinginan sampai menggigil, kemudian kamu ambil dengan penuh kasih sayang, kamu masukkan ke dalam jubah agar terhindar dari hawa dingin.” Wali Syibly langsung menyahut: “O.. iya!” Allah Swt, berkata: “Karena kejadian itulah kamu Ku ampuni.”
Demikianlah Islam mengajarkan pada kita untuk saling menyayangi, berbelas kasih baik kepada manusia maupun kepada makhluk hidup lainnya. Ambillah teladan dari cerita di atas! Hanya dengan berbuat baik pada seekor kucing di jalanan, ternyata Allah Swt. memberi anugerah yang sedemikian besar. Bagaimana jika kita berbuat baik pada seseorang yang sedang kelaparan, kehausan, bodoh, miskin, dan keadaan lemah lainnya? Akhir kata, mudah-mudahan kita diberikan kemampuan dan kekuatan yang memadai oleh Allah Swt. Sehingga kita dapat memandang orang lain dengan penuh kasih, yang tanpa membedakan satu sama lain.
*) Penulis adalah Pegiat Komunitas Literasi Pesantren, tinggal di Kediri