Buya Husein Muhammad sesekali menyeka matanya, puisi yang ia baca sepertinya mengingatkannya dengan sosok yang sedang didoakan oleh ratusan jamaah yang duduk di depannya, serta ribuan jamaah yang menyaksikannya melalui layar mengembang di halaman, masjid, dan tempat parkir sekitar SDI Tebuireng Ciganjur.
Saat malam Haul Gus Dur 2019, Buya Husein Muhammad memang ditunjuk untuk membaca puisi sekaligus doa oleh keluarga. Berikut ini adalah teks puisi yang dibaca Buya Husein Muhammad:
فِى يَومِ رحلة غُوسْ دُورْ قُلْتُ لَاحباءه
كَيْفَ لَا يَطِيرُ البُلْبُلْ
وَيُمَزِّقُ اَلْفَ حِجَابٍ
عِنْدَمَا نَادَاهُ الْحَبِيْبُ : إِرْجِعِى
Pada hari Gus Dur pulang, aku katakan kepada mereka :
“Mana mungkin Bulbul tak terbang pulang,
Merobek seribu tirai penghalang
Ketika diseru sang Kekasih: “Irji’i”.
Pulanglah ke dalam dekapan-Ku
يَا مَنْ أَنْتَ فِى سَاعَةِ الْاَلَمِ رَاحَةٌ فِى نَفْسِى
يَا مَنْ أَنْتَ فِى مَرَارَةِ الْفَقْرِ كَنْزٌ لِرُوحِى
يَا مَنْ أَنْتَ فِى ظُلْمَةِ الْجَهْلِ نُورٌ فِى قلبى
Duhai dikau, yang ketika aku dirundung duka-nestapa
Adalah Pelipur jiwaku
Duhai, dikau, yang ketika aku dihimpit pahitnya kepapaan
Adalah perbendaharaan ruhku
Duhai dikau, yang ketika aku ditelikung kegelapan
Adalah Cahaya hatiku
مَا مَضَى فَاتَ وَالْمُؤَمَّلُ غَيْبٌ
وَلَكَ السَّاعَةُ الَّتِى أَنْتَ فِيهَا
وَلَنْ نَسْمَع الْبُلْبُل تُغَرِّدُ حُلْواً
يَحْكِى سِيرَتَهُ وَغَرَابَتَهُ
Kemarin telah lewat
Dan masa depan adalah kegaiban
Engkau kini sudah di sana
Istirah di taman bunga warna warni yang indah
Dan aku di sini tak kan lagi mendengar
Kicau merdu Bulbul
Bercerita pengembaraan dan keasingannya
هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ هيهات
لَا يَأْتِى الزَّمَانُ بِمِثْلِهِ
إِنَّ الزَّمَانَ بِمِثْلِهِ لَبَخِيلُ
Alangkah jauhnya,
O, alangkah jauhnya
Hari ini tak lagi seperti kemarin
Betapa pelitnya zaman
Memberi hari ini seperti hari kemarin
مَضَى الزَّمَانُ فَكُلُّ فَانٍ ذَاهِبٌ
إِلَّا جَمِيلَ الذِّكْرِ فَهُو الْبَاقِى
Hari-hari telah pergi satu satu
Segala yang tak kekal hilang lenyap
Hanya sebutan yang indahlah
yang terus mengalir abadi
طُوبَى للغرباء الْمُخْلِصِيْنَ
الَّذِيْنَ إِذَا حَضَرُوا لَمْ يُعْرَفُوا
وَإذَا غَابُوا لَمْ يُفْتَقَدُوا
أُولَئِكَ مَصَابِيْحُ الْهُدَى
تَنْجَلِى بِهِمْ كُلُّ فِتْنَةٍ ظَلْمَآء
وانت يا سيدى يا حبيبى يا فؤادى
الشيخ عبد الرحمن بن عبد الواحد
ابن هاشم (غوس دور) من هؤلاء
Aduhai, betapa damai jiwa-jiwa yang tulus dan yang asing
ketika hadir tak dikenal, tak dipahami
ketika pergi dicari-cari
merekalah kandil-kandil yang bersinar cemerlang
berkat mereka
wajah-wajah buram-kusam-masam
tampak benderang
Dan engkau, O. Kekasihku, hatiku,
Gus Dur,
Adalah mereka
يَا حَبِيبَ الرُّوح
قُلُوبُ وِدَادِكُمْ تَشْتَاُق
وَاِلَى لَذِيذِ لِقَآءِكُمْ تَرْتَاحُ
يُبَلَّغُونَ السَّلَامَ عَلَيكُمُ
وَيَرْجُونَ رَحْمَةَ رَبِّكُمُ لكم
Duhai kekasih ruhku
Para pencintamu merinduimu
Kelezatan berjumpamu
Menitipkan rasa damai
Mereka menyampaikan salam untukmu
Dan mengharap rengkuhan Kasih Tuhan bagimu
Di manakah engkau?
Gus Dur menjawab :
يَا مَنْ تَبْحَثُ عَنْ مَرْقَدِنَا
قَبْرُنَا هَذَا فِى صُدُورِ العَارِفِينَ
وَقُلُوبِ الْمَجْرُوحِين والمُسْتَضْعَفِينَ
فاحبوهم يحبكم الله ويحبوكم
Duhai kalian yang mencari tempat istirahku
O, lihatlah, aku di dalam palung jiwa para bijakbestari
Dan mereka yang hatinya terluka
dan yang disingkirkan
Cintailah mereka
Tuhan kan mencintaimu
Dan mereka pun mencintaimu