Tadabbur berasal dari kosa kata bahasa Arab تَدَبَّرَ – يَتَدَبَّرُ – تَدَبُّرًا yang memiliki arti memikirkan tentang sesuatu. Abu Hilal al-Askari dalam al-Furuq al-Lughawiyah menyatakan bahwa perbedaan antara tafakkur dan tadabbur adalah objek yang diangankan atau difikirkan. Tadabbur lebih kepada akibat dari sesuatu, sedang tafakkur lebih kepada petunjuk-petunjuk sesuatu. Sedang dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), tadabbur diartikan “merenung” dan dikaitkan dengan makna ayat-ayat al-Qur’an.
Imam Al-Alusi menyatakan bahwa kataتَدَبُّر pada asal mulanya digunakan untuk makna meng-angan – angankan atau memikirkan akibat dari sesuatu. Lalu pemaknaan berkembang pada segala bagian dari sesuatu tersebut, seperti hakikat, bagian-bagian, awal mula, sebab, kaitan serta akibat. Dengan demikian, tadabbur telah mengalami peluasan makna sehingga sampai mencakup makna tafakkur secara bahasa.
Kata tadabbur, oleh para ulama’ dikaitkan salah satunya dengan ayat al-Qur’an surat Shad ayat 29:
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya:
Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
Dalam ayat ini Allah menerangkan al-Qur’an adalah sebuah kitab yang diturunkan agar difahami atau dipikirkan ayat-ayatnya oleh umat Nabi Muhammad. Allah menyatakan bahwa tujuan diturunkannya al-Qur’an adalah agar tiap ayat-ayatnya dapat didalami.
Dalam surat an-Nisa’ ayat 82 juga diungkapkan:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Artinya:
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep Tadabbur al-Qur’an memiliki arti usaha mendalami segala sesuatu yang berkaitan dengan ayat al-Qur’an. Tidak hanya soal akibat buruk yang dialami suatu kaum yang durhaka kepada Allah, tapi hakikat, bagian-bagian, permulaaan, sebab musabbab, akibat serta kaitan-kaitan yang muncul pada ayat-ayat al-Qur’an.
Prosedur Tadabbur
Tadabbur sebagai usaha untuk mempelajari banyak aspek dari ayat al-Qur’an tentunya memiliki prosedur dalam menjalankannya. Prosedur tersebut tidak sekedar mencari tafsir, tapi mengembangkannya atau mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Prosedur tadabbur dapat dipilah-pilah mulai dari tingkatan mudah yang dapat dilakukan oleh orang awam sampai tingkat lanjut yang memerlukan berbagai disiplin ilmu untuk melaksanakannya. Penulis mencoba melakukan pemilahan lewat kategori:
Kategori mudah; memilih ayat dengan tema atau perintah tertentu kemudian mencari tahu artinya. Bisa lewat terjemah atau menerjemahkan sendiri bila tahu makna masing-masing lafadnya. Kemudian membawa kandungan ayat tersebut ke dalam prilaku sehari, serta memikirkan sabab-musabab, akibat serta kaitan-kaitan kandungan ayat tersebut.
Kategori sedang; yaitu memilih ayat dengan tema atau perintah tertentu. Kemudian dengan bekal penguasaan terhadap disiplin ilmu-ilmu al-Qur’an mencakup ilmu gramatikal bahasa Arab, asbabun nuzul serta disiplin-disiplin ilmu lainnya, mencoba mengungkapkan kandungan ayat tersebut sebelum kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kategori sulit; menjalankan langkah di kategori sedang disertai langkah mengamalkan kesimpulan yang didapat serta melakukan perenungan-perenungan tentang rahasia-rahasia Allah di balik ayat-ayatnya.
Implementasi Tadabbur
Penulis akan mengambil salah satu ayat untuk kemudian mengimplementasikan praktek taddabbur dalam ayat tersebut. Allah berfirman dalam surat al-Ankabut ayat 45:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Artinya:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.”
Tadabbur mengenai ayat ini dapat dilakukan dengan memahami arti dari ayat di atas kemudian membawanya dalam kehidupan sehari-hari. Tadabbur bisa dimulai dengan bertanya kepada diri sendiri, bila Allah telah menyatakan bahwa salat dapat mencegah prilaku keji dan munkar, lalu kenapa diri kita yang solat setiap hari masih sering melakukan hal-hal keji dan munkar? Dimana sumber masalahnya sehingga kenyataan yang dialami tidak sesuai dengan pernyataan Allah? Adakah ketidak beresan dalam salat kita sehingga fungsi solat dalam ayat di atas tidak bisa berjalan? Ini bisa disebut tadabbur kategori mudah.
Bila kita memiliki bekal yang cukup dengan berbagai disiplin ilmu di sekitar al-Qur’an, sebelum sampai ke pertanyaan di tadabbur kategori mudah, penting untuk mengetahui asbabun nuzul tentang ayat tersebut. Kemudian mengupas konsep-konsep yang terkandung dalam ayat di atas. Seperti apakah salat itu? Apa pengertian dari fahsya’ dan munkar serta apa perbedaan antara keduanya? Ini bisa disebut tadabbur kategori sedang.
Sedang tadabbur kategori sulit adalah bagaimana kesimpulan-kesimpulan dalam kategori mudah dan sedang tersebut kemudian diamalkan tidak dalam prilaku dzahir saja, tapi juga bathin. Sembari menggali rahasia-rahasia Allah yang tersimpan dalam ayat tersebut lewat mensucikan hati.