Abdullah bin Abi Quhafah atau yang lebih dikenal dengan Abu Bakar AS. merupakan salah satu sahabat Rasulullah SAW yang memiliki kontribusi besar dalam perkembangan awal dakwah islam. Beliau yang merupakan khalifah pertama pasca wafatnya Rasulullah SAW lahir dua tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW.
Abu Bakar AS mendapat gelar kehormatan dengan sebutan as-Shiddiq setelah terjadi peritiwa Isra Mi’raj. Ketika banyak orang Mekah yang ragu akan kebenaran peristiwa tersebut, Abu Bakar AS. merupakan orang yang langsung percaya dengan apa yang terjadi pada peristiwa Isra Mi’raj, seperti yang diceritakan dalam kitab Nurul Yaqin karangan Syaikh Muhammad Al Khudori Bik,
فصاروا بين مصفق وواضع يده على رأسه تعجباً وإنكاراً، وارتد ناس ممّن كان آمن به من ضعاف القلوب، وسعى رجال إلى أبي بكر فقال: إن كان قال ذلك لقد صدق، قالوا أتصدقه على ذلك؟ قال: إني لأصدقه على أبعد من ذلك، فسُمِّي من ذلك اليوم صدِّيقاً
“Orang kafir Quraisy bertepuk tangan dan meletakkan tangannya di atas kepala karena merasa heran dan mengingkari (isra mi’raj), sebagian orang yang awalnya mukmin menjadi keluar islam karena lemahnya hati mereka. Beberapa orang pergi kepada Abu Bakar, kemudian Abu Bakar berkata: Jika Dia (Rasulullah SAW) berkata begitu, tentulah dia pasti benar. Orang-orang kafir bertanya kepada Abu Bakar: Apakah engkau mempercayai (isra mi’raj) itu. Abu Bakar menjawab: Sesungguhnya Aku akan membenarkannya lebih jauh dari peristiwa tersebut. Sejak saat itu Abu Bakar diberi gelar dengan sebutan as-Shiddiq”.
Kemudian timbul sebuah pertanyaan, mengapa Abu Bakar AS sangat percaya dengan terjadinya Isra Mi’raj?. Padahal banyak orang-orang Mekah yang meragukan kebenaran peristiwa tersebut. Sebelum Rasulullah SAW mendapatkan wahyu, Abu Bakar AS. sudah mengetahui akan kenabian beliau. Kisah tentang kejadian yang menyebabkan Abu Bakar AS. mengetahui akan kenabian dan kerasulan Rasulullah SAW terdapat dalam kitab Hasyiyah ash-Showi ‘Ala Tafsiril Jalalain karangan Ahmad bin Muhammad as-Shawi (w.1241 H) dalam penjelasan surat Al Ahqaf ayat 15.
Dalam suatu perjalanan menuju negara Syam, Abu Bakar yang lebih muda dua tahun dari Rasulullah SAW menemani Rasulullah SAW dalam kegiatan berdagang. Kemudian rombongan mereka berhenti pada suatu pohon untuk berteduh dan Rasulullah SAW berteduh di bawah bayangan pohon. Kebetulan di dekat tempat mereka berhenti ada seorang rahib (pendeta), kemudian Abu Bakar AS menuju pendeta tadi untuk bertanya mengenai permasalahan dalam agama (samawi).
“Siapa pemuda yang berteduh di bawah pohon itu?” tanya rahib.
“Dia adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib,” jawab Abu Bakar AS.
“Demi tuhan, Dia adalah nabi. Sungguh tidak ada seorang pun yang berteduh seperti itu setelah Nabi Isa, kecuali orang ini, Dia adaah nabi akhir zaman,” jelas rahib kepada Abu Bakar AS.
Mengetahui penjelasan dari rahib tadi, Abu Bakar AS menjadi yakin dan membenarkan akan hal tersebut. Sejak itu, kemudian Abu Bakar AS tidak pernah berselisih atau berbeda dengan apa saja yang dilakukan atau diucapakan oleh Rasulullah SAW di mana pun berada. Ketika Rasulullah SAW menginjak usia empat puluh tahun serta mendapat kenabian dan risalah dari Allah SWT, Abu Bakar AS memercayai dan membenarkan hal tersebut.
Keimanan Abu Bakar AS juga diikuti oleh keluarga beliau yaitu, Ayah, Ibu dan Anaknya. Bahkan dalam Hasyiyah ash-Showi ‘Ala Tafsiril Jalalain disebutkan bahwa satu-satunya seluruh anggota keluarga dari para sahabat yang iman kepada Rasulullah SAW hanyalah keluarga Abu Bakar AS.
Tidak mengherankan jika Rasulullah SAW pernah bersabda,
لو وزن إيمان أبي بكر بإيمان أهل الأرض لرجحت كفة أبي بكر
“Seandainya keimanan Abu Bakar AS ditimbang dengan keimanan penduduk bumi, maka sungguh keimanan Abu Bakar AS lebih berat dibandingkan keimanan penduduk bumi.” (HR. al-Baihaqi).