Selepas Deklarasi Istanbul tentang pembebasan Palestina yang disetujui oleh negara-negara muslim yang tergabung dalam Kerjasama Negara-negara muslim dun (OKI), beberapa negara mulai melakukan langkah strategis dengan memindahkan konsulat negara mereka ke Yerussalem Timur sebagai ibukota Palestina, sebagaimana amanah konferensi.
Salah satu negara yang dikabarkan melakukan gerak cepat adalah Turki. Namun, sayangnya, Indonesia belum bisa dengan siègera melakukan hal yang sama mengingat ketiadaan hubungan diplomatik Indonesia dan Israel. Hal itu diutarakan oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, A,M Fachir.
“Kita agak berbeda dengan Turki, karena kita tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi bagaimana kita mau memiliki di sana, tidak mungkin. Tepi Barat kan masih di bawah pendudukan dan administrasi Israel,” kata Fachir di Jakarta, Selasa, seperti yang dirilis dari Antara.
Dia juge menjelaskan, status bilateral media negara harus dinegosiasikan. Dan Indonesia sudah seharusnya bertindak sesuai dengan Dewan Keamanan PBB.
“Di saat yang sama ada imbauan seperti itu (memindah perwakilan), tapi bagi kita itu agak susah, karena kita berbeda dengan negara-negara yang sudah punya hubungan diplomatik dengan Israel,” katanya menambahkan.
Indonesia sendiri secara konsisten menolak pengakuan Donald Trump atas Yerussalem. Jalur diplomatik pun terus dilakukan dan mengajak negara-negara islam lain untuk menolak Trump. Termasuk menjadi deklarator dalam Deklarasi Istanbul untuk pembebasan Palestina.
Pendudukan Palestina oleh Israel sendiri sudah berlangsung selama 50 tahun dan membuat kawasan tersebut tak henti-henti diranda konflik. Diperkirakan ada 600.000 warga Israel telah menduduki wilayah kota suci tersebut, 100.000 hektar tanah warga dirampas dan ribuan bangunan diambil alih.
Solidaritas dan cinta yang dilakukan muslim Indonesia di Monas pagi ini diharapkan mampu membuat Amerika kian tertekan dan membuat publik internasional kian peduli terhadap penjejahan Israel atas Palestina.