Sejarah ilmu kedokteran adalah kisah yang panjang. Berbagai cara pengobatan dan proses manusia mengenali penyakit tak lepas dari budaya tiap-tiap negeri. Jika setiap masa memiliki orang yang berpengaruh untuk zaman dan kaumnya, begitupun pula hal itu terjadi di bidang kedokteran. Inilah yang mendasari biografi para dokter terkemuka dicatat.
Bagi pengkaji adat ketimuran, untuk menelusuri runtutan dan silsilah keilmuan para tokoh kedokteran yang berpengaruh dalam konteks budaya Timur Tengah dan sekitarnya, sosok Ibnu Abi Usaibiah patut diperhatikan.
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Al Qasim bin Khalifah bin Yunus, dengan kunyah Abul ‘Abbas. Sosok yang dikenal sebagai Ibnu Abi Usaibiah berdasarkan nama datuknya ini dilahirkan di Damaskus pada 596 H, atau kurun akhir abad ke-12 Masehi. Setelah mempelajari ilmu kedokteran di daerahnya, Ibnu Abi Usaibiah mengembara ke Mesir.
Perlu dicermati bahwa semasa Ibnu Abi Usaibiah hidup, Dinasti Abbasiyah yang pernah menjadi tolok ukur kejayaan Islam telah mengalami keruntuhan, atau bisa dikatakan, terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan yang sifatnya lebih lokal.
Ibnu Abi Usaibiah beraktivitas di Mesir pada masa kekuasaan Dinasti Ayyubiah yang dipimpin oleh Salahuddin al Ayyubi. Disebutkan bahwa Ibnu Abi Usaibiah termasuk salah satu orang yang turut mengelola rumah sakit baru yang didirikan oleh Sultan.
Sosok yang berasal dari Bani Khazraj ini lahir dari keluarga yang berkecimpung di dunia medis. Pamannya yang bernama Ali, sebagaimana dicatat oleh Al Dzahabi dalam Tarikhul Islam, adalah dokter ternama pada masanya. Begitupun ayahnya juga dicatat Ibnu Khallikan berprofesi sebagai dokter. Hal ini membuat Ibnu Abi Usabi’ah berikut keluarganya, memiliki status sosial terpandang kala itu.
Himpunan biografi para dokter dan ahli medis karya Ibnu Abi Usaibiah berjudul ‘Uyunul Anba’ fi Thabaqatil Athibba’. Karya ini lahir tak lepas dari peran penerjemahan naskah-naskah keilmuan ke bahasa Arab, utamanya dari Yunani, yang berlangsung pada masa Dinasti Abbasiyah. Ibnu Abi Usaibiah banyak merujuk hasil terjemahan dan telaah Hunain bin Ishaq, salah satu dokter di masa Abbasiyah yang terkenal sebagai ahli kedokteran mata yang banyak menerjemahkan dan mengomentari karya-karya kedokteran Yunani.
Pencatatan biografi kaum dokter ini dibaginya ke dalam 15 bab. Setelah membahas tentang asal usul pondasi ilmu kedokteran, ia menyebutkan para penyusun dasar ilmu kedokteran dari Yunani, seperti Aesculapius, Hippocrates dan Galen. Dalam bab-bab selanjutnya, Ibnu Abi Usaibiah menghimpun biografi dokter-dokter peradaban Mesir kuno, dokter di kalangan Arab-Islam, serta dokter dari negeri terdekat seperti Syria, Persia dan India.
Ibnu Abi Usaibiah menyebut dalam pengantar karyanya bahwa buku tersebut disusun sebagai penghargaan kepada gurunya, Abul Hasan bin Ghazal bin Abi Said. Untuk mendapatkan gambaran yang baik tentang perkembangan ilmu kedokteran masa awal, ia merujuk pada karya-karya kedokteran terkuno yang bisa diakses, seperti yang disusun Aesculapius, Hippocrates dan yang paling kesohor, Galen.
Menarik dicermati bahwa selain mencatat biografi para dokter, Ibnu Abi Usaibiah juga menyertakan kisah-kisah terkait masing-masing dokter tersebut. Semisal al Harits bin Kaladah, dokter yang disebut hidup semasa dengan Nabi Muhammad, dikisahkannya perjumpaan al Harits dengan salah seorang Raja Persia.
Karena menghimpun biografi, peran dan karya para dokter, tentu saja dokter-dokter non-muslim yang berpengaruh juga dicatat. Seperti contoh klan Bakhtisyu’ penganut Kristiani di masa Abbasiyah. Mulai dari Jirjis, anaknya yang bernama Bakhtisyu’, serta cucunya yang bernama Jibril, merentang enam sampai tujuh generasi sebagai dokter yang diakui pemerintah waktu itu.
Tentu saja nama-nama penting seperrti Hunain bin Ishaq, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd atau Al Razi, yang lebih familiar bagi kita tidak luput tercatat. Sebagai karya yang berisi data para ilmuwan, tak lupa dihimpun karya dan temuan penting ilmu-ilmu yang berhubungan dengan kedokteran seperti botani dan farmasi, lalu berbagai metode pengobatan, serta tips-tips sehat populer masa itu.
Ibnu Abi Usaibiah menyelesaikan ‘Uyunul Anba’ fi Thabaqatil Athibba’ sekitar tahun 640 H. Meski disebutkan memiliki banyak karya, sayang lainnya tidak terlacak saat ini. Dokter yang mencatat sejarah para pendahulunya ini pindah ke Damaskus mengikuti salah satu pejabat Ayyubiah bernama Aidamur bin Abdullah sebagai dokter ahli, dan wafat pada 668 H di kota Sarkhad, di daerah Damaskus.
“Kepada mereka, meskipun mereka hidup pada masa yang jauh berbeda, kita masih bisa melakukan suatu penghormatan orang kepada para “gurunya”, atau sebagai penerima atas sikap murah hati mereka akan ilmu, sebagai bentuk syukur dan terimakasih atas ilmu yang telah mereka catat dan kembangkan.” Demikian bentuk penghargaan Ibnu Abi Usaibiah pada para dokter pendahulu, dalam pengantar bukunya.