Gus Baha: Teruslah Berjalan Menuju Allah, Walaupun Kita Tidak Bisa Sempurna

Gus Baha: Teruslah Berjalan Menuju Allah, Walaupun Kita Tidak Bisa Sempurna

Gus Baha: Teruslah Berjalan Menuju Allah, Walaupun Kita Tidak Bisa Sempurna

Manusia pasti pernah melakukan kesalahan dan dosa. Sekalipun kita rajin ibadah, hal itu tidak menjamin kalau kita tidak pernah melakukan dosa sama sekali. Walaupun kita bergelimang dosa, kita usahakan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jangan sampai dosa yang dilakukan membuat kita putus asa dan menjauh dari rahmat Allah SWT.

Gus Baha dalam salah satu pengajiannya mengatakan, “Teruslah menuju jalan Allah, walaupun kita tidak bisa sempurna atau ideal.” Jangan tunggu sempurna dulu, baru mendekatkan diri kepada Allah. Intinya, jangan tunda untuk berbuat baik dan beribadah, sekalipun yang kita lakukan itu terlihat sederhana. Kita juga tidak boleh merasa putus asa, seakan-akan punya banyak dosa dan merasa sungkan untuk beribadah dan melakukan kegiatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Gus Baha menjelaskan lebih lanjut dengan mengelobarasi konsep madzhab Syadzili dalam melihat relasi manusia dengan Tuhan. Dalam pandangan madzhab ini, seorang tidak boleh merasa bersalah. Maksudnya, kita boleh saja merasa bersalah, punya banyak dosa, tetapi jangan sampai semua itu membuat kita putus asa dan menjauh dari Allah SWT.

Imam Syadzili seorang ulama besar, ia punya murid bernama Ibnu Abbas al-Mursi. Kealimannya tak diragukan lagi, al-Mursi memiliki murid Ibnu Athaillah, penulis kitab al-Hikam. Karyanya hampir dibaca dan dipelajari di banyak pesantren Indonesia. Menurut Gus Baha, apa yang terdapat dalam kitab al-Hikam adalah cerminan dari madzhab Syadzili.

Dalam madzhab Syadzili diajarkan kalau manusia mesti optimis dalam membangun relasi dengan Tuhan. Bagaimanapun juga, kata Gus Baha, kalau kita sudah berhasil membuat setan kesal, itu sudah keren. Kalau kita mau sujud kepada Allah, setan pasti kesal. Kalau kita sudah agungkan Allah, setan pasti kesal. Sekalipun ketika beribadah, doa yang kita panjatkan terkait banyak rezeki, naik pangkat, dan urusan dunia lainnya, itu sudah keren. “Setan pasti kesal,” Ungkap Gus Baha.

“Asem. Di zaman akhir ternyata masih ada orang sujud.”

Gus Baha menambahkan, ketika kita ditakdirkan masih bisa untuk sujud kepada Allah, itu adalah pemberian Allah yang patut disyukuri. Beramal sedikit tapi yakin itu anugerah dari Allah, maka itu lebih baik daripada beramal banyak, tapi merasa salah.

“Jadi, kita tidak pernah sempurna. Tapi gimana juga, kita di zaman akhir, sudah sukses membuat kesal setan. Sebab di zaman begiini ada yang sujud, sedekah, dan membaca al-Qur’an. Maka kalau begitu setan sudah kalah,” Ungkap Gus Baha.

Mensyukuri anugerah yang sudah diberikan Allah kepada kita itu lebih baik dibanding kita memaksakan ibadah dengan sempurna. Sebab kamu memaksakan sempurna, maka setelah shalat, kamu akan mengeluh. Tidak sempat bilang, berterima kasih kepada Allah karena sudah diberi petunjuk. Kalau kita memaksakan sempurna, akhirnya kita menganggap ibadah adalah suatu masalah dan musykilah. Sesuatu yang menjengkelkan dan tidak mengenakan. Akhirnya kita mensifati ibadah adalah suatu masalah, dan itu merupakan cita-cita setan.

Makanya Imam Syafi’i berkata, kalau ada orang yang ibadah memaksa agar ikhlas, maka tidak usah memaksa agar ikhlas. Sebab gimana juga, kalau kita memaksa ikhlas, maka akhirnya tidak bisa melakukan ibadahnya. Maka kalau kita ngak bisa melakukan, berati kita akan meninggalkan beramal, dan kalau kita meninggalkan amalan itu merupakan cita-cita setan.

“Makanya kalau kata ulama dulu, datanglah kamu ke jalan allah, walaupun dengan pincang atau miring. Namun kamu sudah benar, sebab sudah menuju ke jalan allah,” Tegas Gus Baha.