Dunia islam kali masih dihiasai tentang Palestina. Situasi terkini di bumi Al Quds memang tidak kunjung membaik. Beberapa perlawanan pun terletus. Tidak hanya di Palestina maupun Israel sendiri, tapi di hampir seluruh dunia untuk menolak arogansi Donald Trump dan Israel ini. Bahkan, di Amerika Serikat sendiri, banyak sekali demo penolakan ini dan meminta pemerintah untuk tidak membuat kegaduhan di dunia internasional.
Hal ini diperparah dengan rencana Israel yang akan membuat 300.000 unit pemukiman baru di Yerussalem timur. Tentu kita bisa melihat dengan gamblang, janji perdamaian antara Israel-Palestina dengan pemindahan ibukota ini hanyalah isapan jempol belaka. Publik internasional pun kian menekan negara adidaya tersebut untuk menghentikan kebijakan yang begitu menyengsarakan warga Palestina itu.
Lalu, apakah hal ini akan membuat Amerika Serikat menghentikan kebijakan luar negeri mereka tersebut? Tentu tidak. Bahkan, mereka mengancam negara-negara yang turut membantu Palestina terkait penolakan Yerussalem sebagai ibukota Israel ini.
Secara resmi PBB memang menolak Yerussalem sebagai ibukota baru Israel, meskipun begitu, tetap saja ada beberapa negara yang mengikuti jejak Amerika Serikat dengan memindahkan konsul mereka dari Tel Aviv ke Yerussalem. Salah satunya Guatemala. Dan publik di negara tersebut pun dengan lantang menolak.
Untuk mengatasi hal tersebut, negara-negara organasi kerja sama negara islam OKI yang membidangi lahirnya ‘Deklarasi Istanbul’ demi pembebasan Palestina menyerukan untuk segera bertindak strategis, salah satunya dengan memindahkan konsul mereka dari Ramallah menuju Yerussalem Timur, seusai amanah konferensi.
Turki menjadi salah satu negara yang gerak cepat dengan memimdahkan konsul mereka. Namun, sayang, Indonesia yang sejak awal sebagai inisiator pembebasan Palestina ini belum bisa melakukan hal sama. Indonesia belum bisa dengan seegera melakukan hal yang sama mengingat ketiadaan hubungan diplomatik Indonesia dan Israel. Hal itu diutarakan oleh Wakil Menteri Luar Negeri RI, A,M Fachir.
“Kita agak berbeda dengan Turki, karena kita tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel. Jadi bagaimana kita mau memiliki di sana, tidak mungkin. Tepi Barat kan masih di bawah pendudukan dan administrasi Israel,” kata Fachir di Jakarta,
Pendudukan Palestina oleh Israel sendiri sudah berlangsung selama 50 tahun dan membuat kawasan tersebut tak henti-henti diranda konflik. Diperkirakan ada 600.000 warga Israel telah menduduki wilayah kota suci tersebut, 100.000 hektar tanah warga dirampas dan ribuan bangunan diambil alih.
Selain itu, pekan ini juga dimeriahkan oleh Haul Sewindu Gus Dur. Puncaknya, terjadi di kediaman beliau di Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan.
Satu hal yang penting dalam momen ini adalah, begitu banyaknya mereka yang merindukan Gus Dur karena kondisi keberagaman kita belakangan ini. Memangnya apa sih yang dirindukan dari almarhum Gus Dur?
Jika kita tanya kepada jenderal Gatot Nurmantyo, maka yang beliau rindukan adalah sosoknya yang tegas dalam menjaga keberagaman Indonesia dan menunjukkan bahwa Islam Indonesia itu rahmat bagi seluruh dunia.
Amankan gereja-gereja, mari tunjukkan pada dunia bahwa mereka patut mencontoh Islam di Indonesia. Islam yang diajarkan Gus Dur mencintai kedamaian,” tuturnya Gatot.
Tentu saja, hal ini menjadi relevan mengingat begitu terpolarisasinya umat islam di Indonesia terkait politik praktis. Sesuatu yang membuat banyak muslim menjadi cepat marah dan dengan gampang menuduh orang di luar kelompoknya menjadi pesakitan.
Berbeda halnya dengan Gus Mus yang pada momen sewindu Haul Gus Dur tersebut didapuk menjadikan tausiyah dan mengenang sosok yang menjadi Presiden Keempat Indonesia tersebut.
Menurut Gus Mus, Gus Dur telah sampai pada tingkatan ukhuwah insaniyah. Karena Gus Dur tidak lagi bersaudara dengan kelompok tertentu, Gus Dur telah bersaudara dengan semua manusia tanpa melihat agama, suku, negara dan bentuk-bentuk zahir yang lain.
“Orang zaman sekarang seharusnya mulai belajar dari Gus Dur agar mampu mencapai tingkatan ukhuwah insaniyah seperti Gus Dur,” tuturnya.
Begitulah, Gus Dur senantiasa menjadi jembatan bagi muslim di Indonesia untuk senantiasa mengingat islam itu rahmatan lil alamin. Bukan hanya bagi umat islam semata, tapi kesejukan dan kedamaiannya juga bisa dirasakan oleh orang lain, apa pun suku dan agamanya.
Begitulah beberapa peristiwa menarik dunia islam yang terpilih. Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2018 dan konon akan menjadi tahun politik. Semoga Allah melindungi kita semua. Amin….