Tuduhan Syiah kerapkali dialamatkan kepada Prof. Quraish Shihab. Tuduhan ini bermula dari salah paham terhadap pandangan dan beberapa karya beliau, misalnya buku Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan, Mungkinkah? Dan tafsir al-Misbah. Di dalam kitab tafsir tersebut memang beliau mengutip beberapa pandangan ahli tafsir dari Syiah. Tapi bukan berati orang yang mengutip pandangan Syiah, lantas dituduh Syiah.
Buya Arrazy Hasyim dalam video pengajiannya pernah ditanya terkait Prof. Quraish Shihab, apakah Syiah atau bukan? Beliau menegaskan ahli tafsir itu bukan Syiah. Alasannya, Syiah itu ada tiga macam: pertama, kelompok Syiah yang menuhankan Ali; kedua, Syiah yang memuja Ali, sembari menghujat sahabat lain; ketiga, Syiah yang hanya memuji Ali dibanding sahabat lainnya, tetapi tidak membenci dan menghujat sahabat Nabi selain Sayyidina Ali. Yang sering dibicarakan di Indonesia adalah kelompok Syiah yang kedua, yaitu mereka yang memuliakan Ali sembari menghujat sahabat lainnya. Inilah yang disebut dengan Syiah Rafidhah.
Terkait Prof. Quraish, kalau dibaca di dalam tafsirnya, beliau tidak pernah menghujat sahabat Nabi. Bahkan, beliau juga menampilkan pandangan ulama ahlus-sunnah. Memang ketika menafsirkan sebagian ayat, penulis tafsir al-Misbah itu mengutip pandangan ulama Syiah, tetapi itu konteksnya sebagai komparasi, bukan untuk kampanye ideologi Syiah. Seperti dikatakan sebelumnya, tidak bisa dikatakan orang yang mengutip pandangan Syiah menjadi Syiah.
Buya Arrazy mengenang gurunya, KH. Ali Mustafa Yaqub. Kendati beliau berbeda dengan Pak Quraish Shihab dalam beberapa hal. KH. Ali tidak pernah melontarkan tuduhan Syiah kepada Pak Quraish. Akhlak kedua ulama ini dalam berbeda pendapat perlu diteladani. Jangan asal tuduh dan melontarkan stigma negatif kepada orang.
“Pak Quraish Shihab bukan syiah. Cuma memang berapa tafsirnya diperdebatkan. Kok bisa? Itulah warisan al-Azhar,” Ungkap Buya Arrazy Hasyim.
Di antara tradisi pengetahuan Islam yang berkembang di al-Azhar adalah komparasi pendapat. Perbedaan pendapat di dalam Islam sangat lazim. Karenanya, dalam menjelaskan sebuah masalah perlu menghadirkan keragaman pendapat untuk pengayaan perspektif dan tidak mudah menghakimi dan menyalahkan pendapat lainnya.