Kepala Rasul mendongak ke atas, menunggu wahyu Allah SWT, perintah Allah untuk pindah arah kiblat dari Baitul Maqdis di Palestina menuju Kakbah di Mekah. Salah satu alasan yang disebutkan oleh para mufassir, salah satunya adalah Rasulullah SAW kurang sreg jika harus berkiblat dengan kiblat yang sama dengan umat Yahudi. Rasul menunggu perubahan arah kiblat.
Rasulullah SAW pun mengadu kepada Jibril terkait hal ini. Namun jibril tidak bisa berbuat apa-apa. “Maafkan aku, wahai Muhammad. Aku adalah hamba Allah sepertimu. Mintalah langsung kepada-Nya,” jawab Jibril. Pembicaraan Jibril ini ‘dipotret’ oleh al-Razi dalam tafsirnya:
وددت أن الله تعالى صرفني عن قبلة اليهود إلى غيرها – وكان يريد الكعبة لأنها قبلة إبراهيم – فقال له جبريل : إنما أنا عبد مثلك لا أملك شيئا ، فسل ربك أن يحولك عنها إلى قبلة إبراهيم . ثم ارتفع جبريل وجعل رسول الله – صلى الله عليه وسلم – يديم النظر إلى السماء رجاء أن يأتيه جبريل بما سأله
Bukan hanya karena sekedar berbeda agama, ada beberapa alasan yang membuat Muhammad SAW tidak enak jika menghadap atau berkiblat ke Baitul Maqdis. Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menyebutkan empat pendapat.
Pertama, Rasul mendengar orang-orang Yahudi bergosip terkait Islam. Mereka bilang kalau Islam berbeda dengan Yahudi, tapi, kok, kiblatnya sama.
Kedua, Masjidil Haram adalah kiblatnya Nabi Ibrahim.
Ketiga, kiblat ke arah Masjidil Haram dapat membuat orang-orang Arab tertarik dan masuk Islam.
Keempat, Nabi Muhammad SAW ingin kiblat ke arah Ka’bah karena tempat tersebut adalah tanah airnya.
Dalam kitabnya Madza fi Sya’ban, Sayyid Muhammad bin Alawi al Maliki menyebutkan bahwa peristiwa penting ini berimbas besar pada kehidupan beragama seorang muslim. Perpindahan arah kiblat tersebut terjadi di bulan Sya’ban, salah satunya adalah perubahan arah kiblat dari masjidil Aqsha ke Masjidil Haram.
Perubahan arah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya’ban. Menurut al-Qurthubi ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah ayat 144 dalam kitab al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an denga mengutip pendapat Abu Hatim al-Basti yang mengatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk memindah kiblat pada malam selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam Nisfu Sya’ban.
Perpindahan kiblat dari Masjid al-Aqsha menuju Masjid al-Haram merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Nabi Muhammad SAW.
Bahkan diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW berdiri menghadap langit setiap hari menunggu wahyu perpindahan kiblat itu turun.
Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 144:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.
Masjid yang digunakan untuk dua kiblat ini disebut dengan masjid Qiblatain, yaitu masjid dengan dua kiblat.
Imam an-Nawawi dalam Nihayatuz Zein menyebut bahwa bulan Sya’ban adalah bulan paling mulia setelah bulan-bulan Haram (Asyhurul hurum), salah satunya adalah bisa jadi karena perubahan arah kiblat ini. (AN)
Wallahu a’lam.