Hari senin, 12 Rabi’ul Awal, Ibunda Aminah menebar senyum haru saat Rasulullah SAW lahir, walau tanpa ditemani seorang suami untuk melihat bersama bahwa putra satu-satunya telah lahir. Kakek Nabi SAW, Abdul Muthalib tak kalah bahagia saat cucunya yang nantinya akan menjadi utusan Allah SWT, pembawa risalah Islam itu telah lahir. Kemudian pada kalender Islam, mayoritas umat Islam di belahan dunia memperingati tanggal tersebut sebagai hari Rasulullah SAW lahir, Maulid Nabi SAW. tak terkecuali di London, Ibukota Inggris.
Dari catatan sejarah, abad ke-19 Islam menapaki kaki di London, dibawa oleh rombongan pelaut bernama Laskar, suku Bengali di Yaman. Kemudian pasca perang dunia kedua, berdatangan para imigran muslim yang mayoritas berasal dari Asia Selatan seperti India, Bangladesh, Pakistan, dan dalam populasi kecil dari Malaysia, Turki dan Somalia. Jumlah muslim di London meningkat pada abad ke-21, mencakup para muallaf, sehingga menduduki rangking teratas muslim terbanyak di Inggris, setelah agama Kristen. Hingga 5% dari penduduk Inggris adalah muslim yang kebanyakan bermukim di London.
Beberapa masjid dan Islamic Centre dibangun guna mendukung segala aktivitas beribadah dan kehidupan muslim di London. Masjid Fazl adalah masjid pertama di London yang diresmikan pada tahun 1926. Kemudian, London juga memiliki masjid terbesar bernama Baitul Futuh yang resmi berdiri pada tahun 2003, bertepatan dengan dibentuknya Indonesian Islamic Centre (IIC) di London. Selain itu, pada tahun 2005, London, kota yang 34% penduduknya adalah Atheis juga pernah dipimpin oleh walikota muslim, Sadiq Khan, yang juga merupakan keturunan pertama Asia dan serhasil menduduki kursi kabinet pemerintahan Inggris di era Gordon Brown, tahun 2009 silam.
London hampir sama dengan Indonesia, kultur yang beragam namun tetap meninggikan perdamaian, serta tinggi toleransi. Walaupun pada bulan Maret, Mei dan Juni 2018 ini, London diguncahkan dengan aksi teror. Pelaku radikalisme yang mengaku dari ISIS. Namun, hal tersebut tidak membuat warga London sampai pada anti Islam. Kegiatan beribadah dan segala aktivitas keislaman masih seperti berjalan seperti biasanya. Termasuk event memperingati hari lahir Nabi SAW. Kembali pada pembicaraan awal, lalu bagaimana cara London merayakan maulid Nabi SAW?
Ada beberapa Islamic Centre di London. Islamic Centre tersebut dipenuhi dengan beberapa aktivitas jamaah dengan aliran sekte tertentu. Misalnya saja Islamic Centre of England yang mayoritas jamaahnya adalah syiah, didirikan pada tahun 1995. Begitu juga halnya dengan peringatan Maulid Nabi SAW. Umat Sunni memperingatinya pada tanggal 12 Rabi’ul Awal sedangkan umat Syiah pada tanggal 17 Rabi’ul Awal. Tidak semua umat muslim London memperingati Maulid Nabi SAW. Umat sunni dan syi’ah memperingati hari besar tersebut, sedangkan umat ahmadiyah, wahabi, mereka tidak melakukannya. Adapun untuk kalender libur, London tidak menetapkan tanggal Maulid Nabi SAW sebagai libur nasional, hanya saja beberapa tanggal islam dan libur jatuh bertepatan dengan tanggal libur nasional London.
Kegiatan dalam peringatan Maulid Nabi SAW juga beragam. Walaupun esensinya hampir sama seperti di Indonesia. Beberapa masjid dan Islamic Center mengundang tokoh agama untuk memberikan wejangan. Seperti acara Maulid Nabi pada tanggal 25 November 2018 nanti di Jamia Masjid Islamic Centre London mengundang Syeikh Noor ul Arfeen, keturunan dari Syeikh Alauddin Siddiqui. Masyarakat London dalam memperingati Maulid Nabi SAW juga mengadakan pawai berjamaah di jalanan kota London sembari bersalawat dan bertakbir. Jamaah yang ikut pun tidak sedikit. Dengan cara tersebut masyarakat muslim London akan lebih tersemangati berjuang dakwah dengan mengingat juang dakwah Nabi SAW melalui hari Maulid Nabi SAW.
Sedangkan dalam peringatan Maulid Nabi SAW pada tanggal 2 Mei 1939 di London, kegiatan Maulid Nabi SAW lebih resmi seperti agenda kongres. Beberapa tokoh diundang dengan mendengarkan ceramah dengan tema The Prophet’s Services to the cause of human morality dari Syeikh Abdullah Yusuf Ali, Penerjemah al-Qur’an ke dalam bahasa Inggris. Tamu undangan dalam acara Maulid Nabi SAW yang diselenggarakan di Grand Hall, Portman Rooms ini mengenakan jas rapi dan duduk anggun di atas kursi dengan meja bundar yang sudah disiapkan. Dalam satu meja terdiri dari sekitar 4-5 kursi tamu undangan. Kaum hawa juga mengenakan pakaian rapi tanpa kerudung kepala atau beberapa menggunakan penutup kepala seperti selendang. Peringatan Maulid Nabi SAW dengan suasana seperti itu bukanlah kali pertama, karena pada bulan september 1930 juga diselenggarakan Maulid Nabi SAW di Hotel Metropole, Northumberland Avenue, London.
Kemudian, peringatan Maulid Nabi SAW yang diselenggarakan oleh Central for Spirituality and Cultural Advancement (CSCA) pada tanggal 19 November 2018 di Feltham London terkesan lebih khidmat dan hening dalam rindu. Acara Maulid Nabi SAW tersebut diimami oleh Syeikh Hisham Kabbani beraliran sufi Naqsabandi. Para jamaah mengenakan jubah dan beberapa baju rapi sembari berdzikir bersama, melatunkan bait-bait barzanji, bersalawat kepada junjungan Nabi SAW, sesaat juga mengiringkan syair nasyid dalam bahasa Inggris. Selain itu juga berziarah dan suhbah.
Kegiatan lain yang dilakukan muslim London dalam memperingati Maulid Nabi SAW yaitu pembacaan puisi, lomba syair sebagaimana yang di lakukan pada era Salahudin al-Ayyubi serta pemberian infaq dan sadaqah kepada kaum kurang mampu. Serta penanaman nilai-nilai semangat juang dengan mengingat semangat juang dakwah Nabi SAW. Selain itu, para ibu di London dapat menceritakan kepada anak-anaknya sejarah lahir Nabi SAW, kecintaan umat Islam kepada Nabi SAW dan semangat juang dakwah Nabi SAW.