Abu Ali-Hasan bin Hani Al-Hakami atau yang familiar dikenal dengan nama Abu Nawas adalah seorang Ulama besar. Namanya tertulis dalam Kisah 1001 Malam dan beberapa kisah-kisah menarik yang sering dikutip ulama-ulama terkemuka.
Suatu hari, ada yang bertanya kepada Abu Nawas: “Wahai guru! Bisakah manusia menipu Tuhan?”
“Gampang saja,” jawabnya, santai.
“Bagaimana caranya?” tanyanya
Pertanyaan yang sepele tapi bisa membikin kepala pusing tujuh keliling ditujukan kepada manusia licin dan cerdik sekaliber Abu Nawas dengan tanpa diduga-duga sebelumya.
Dengan mimik muka datar dan seolah tanpa persiapan yang matang untuk menjawab, Abu Nawas bersiap diri untuk berbicara.
“Mendekatlah kepadaku dan simak baik-baik syair ini,” kata abu nawas kepada santri yang beringsut mendekatinya.
Begini caranya menipu Tuhan!, Abu Nawas kemudian membacakan sebuah syair:
“Wahai Tuhanku! aku bukanlah ahli surga – tapi aku tidak kuat menjadi ahli neraka”
“Maka berilah aku taubat dan ampunilah segala dosa-dosaku – sesungguhnya Engkau maha pengampun dosa-dosa besar”
“Dosa-dosaku bagaikan pasir di pantai – maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan”
“Umurku ini berkurang setiap waktu – sedangkan dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya?”
“Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah yang berhak mengampuni – maka jika Engkau menolak, kepada siapa aku harus meminta ampun selain kepada Engkau?”
Setelah membacakan bait-bait syair, Ia berkata kepada murdinya itu: “masih bingung dengan cara menipu tuhan?” Orang itu tidak segera menjawab, ia hanya tersenyum dan sedikit kikuk mau ngomong apa.
Kisah ini disampaikan pada saat ngaji kitab Ihya’ Ulumuddin di pondok pesantren Langitan, Widang-Tuban-Jawa timur tahun 2015. Kiai Qohwanul Adib Munawwir menerangkan kelihaian Abu Nawas dalam ilmu satra arab klasik dan mengarang Syair.