Kisah Abu Nawas Memberi Pelajaran Agar Tidak Menilai Seseorang Hanya dari Pakaian

Kisah Abu Nawas Memberi Pelajaran Agar Tidak Menilai Seseorang Hanya dari Pakaian

Abu Nawas memberi pelajaran bahwa tidak sepatutnya menilai seseorang hanya dari pakaian yang melekat di badannya.

Kisah Abu Nawas Memberi Pelajaran Agar Tidak Menilai Seseorang Hanya dari Pakaian
Ilustrasi Abu Nawas

Pakaian memiliki beragam fungsi, antara lain untuk menutup aurat, melindungi badan, atau memperindah penampilan. Pakaian juga digunakan untuk menampilkan identitas tertentu, baik agama, adat, maupun budaya. Bahkan, terkadang identitas seseorang dapat dikenali melalui pakaian yang ia kenakan. Yang menjadi masalah adalah ketika seseorang menilai orang lain hanya dari pakaian yang dikenakan. Karena hal itu bisa memunculkan stigma tertentu, baik positif maupun negatif.

Abu Nawas pernah mengalami kejadian yang cukup merepotkannya akibat pakaian yang ia kenakan. Suatu hari, sosok yang dikenal cerdik itu berjalan di sebuah pasar yang berada di pusat kota Baghdad. Ia tampil beda dengan mengenakan jubah hitam serta surban yang melilit di kepalanya. Padahal, biasanya ia mengenakan pakaian compang-camping, namun kali ini ia tampil rapi dan berwibawa. Sontak ia menyita perhatian para pengunjung pasar.

Tiba-tiba, seseorang yang tak dikenal mendekat kepadanya. Tanpa bertele-tele, orang tersebut bertanya perihal beberapa hukum Islam kepada Abu Nawas. Karena tidak memiliki wawasan keislaman yang memumpuni, Abu Nawas tanpa ragu menjawab, “Aku tidak tahu.” Jawaban yang nampaknya membuat si penanya kecewa. Ternyata, kekecewaan tersebut membuatnya kesal, ia sekali lagi bertanya kepada Abu Nawas.

“Lalu, mengapa engkau memakai surban dan jubah hitam itu,” tanya orang tersebut dengan nada tinggi.

Abu Nawas tidak memberi jawaban lisan. Ia melepas jubah hitam beserta surban yang melekat di badannya, lalu memerintahkan si penanya untuk memakainya. Setelah si penanya telah memakainya, Abu Nawas mengembalikan pertanyaan yang sebelumnya dilontarkan kepadanya.

Si penanya pun menjawab, “Aku tidak tahu, karena itulah aku bertanya kepadamu. Karena aku melihatmu memakai pakaian (yang biasa dipakai) ulama, dengan surban dan jubah hitam.”

Abu Nawas langsung menanggapi jawaban itu. “Begitu pula diriku. Aku hanya memakai jubah hitam dan surban ini. Tapi, itu bukan berarti aku seorang ulama yang alim. Karena kealiman dan keulamaan seseorang bukan dilihat dari pakaiannya. Jubah hitam dan surban itu hanyalah simbol yang tak berarti apa-apa.”

Demikianlah pelajaran yang diberikan oleh Abu Nawas kepada si penanya, dan juga kepada kita semua, bahwa jangan sampai menilai seseorang hanya dari pakaian. Karena, orang yang berpakaian “jelek” bisa jadi memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang yang berpakaian “baik” bisa jadi memiliki kepribadian yang buruk. Bahasa kerennya: Don’t judge a book by its cover.

 

(Kisah Abu Nawas di atas disadur dari buku “Islam ‘Madzhab’ Fadhlullah” (2011) karya Habib Husein Ja’far al-Hadar).