Ini satu kisah yang terekam dalam Al-Qur’an tentang salah seorang yang hidup di zaman Nabi Musa bernama Ba’lam bin Ba’ura yang doanya mustajab.
Dalam “Silsilah Qishash min Al-Qur’an al-Karim: Qishshah Bal’am bin Ba’ura alladzi Syabbaha Allah Subhanahu wa Ta’ala bi al-Kalb” karya Abdurrahim Mardiny & Abdurrazaq Musthafa Kiylu disebutkan, Bal’am bin Ba’ura adalah lelaki Bani Israil yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT berupa doa-doanya dapat terkabul. Ia hidup pada masa Nabi Musa dan merupakan di antara orang yang paling dekat dengan Nabi Musa.
Karena kedekatannya dengan Nabi Musa maka Ba’lam bin Ba’ura dipercaya oleh Nabi Musa untuk mengemban sebuah misi penting, yaitu diperintahkan pergi ke kota Madyan. Kota Madyan saat itu sedang berada dalam kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah SWT dengan menyembah patung berhala dan ritual-ritual serta kebiasaan-kebiasaan menyimpang lainnya.
Bal’am bin Ba’ura oleh Nabi Musa disuruh menyampaikan kepada penguasa Madyan bahwa Nabi Musa dan orang-orangnya akan pergi masuk ke Madyan, seijin atau tanpa seijin penguasa Madyan. Sesampai di hadapan penguasa Madyan, ada hal berbeda pada diri Bal’am bin Ba’ura. Ia tampak terkesima oleh pesona Madyan dan keindahan istananya.
Penguasa Madyan menangkap rasa takjub pada diri Bal’am bin Ba’ura. Oleh karena itu penguasa Madyan menawarkan isi Madyan akan kemewahan dan kesenangan yang sangat menarik kepada Bal’am bin Ba’ura dari harta, wanita, dan tahta. Bal’am mantab menerima semua tawaran tersebut dan melupakan Nabi Musa.
Setelah menikmati berbagai kemewahan dan kesenangan Madyan, Bal’am bin Ba’ura diminta oleh penguasa untuk membendung dan mengusir Nabi Musa dan orang-orangnya yang hendak masuk ke Madyan.
Menurut sang penguasa kota, Nabi Musa masuk ke Madyan bertujuan memporak-porandakan segala kemewahan dan kemolekan Madyan serta menghancurkan kotanya. Sebagai pemilik doa-doa mustajab, maka dengan tanpa berpikir lama Bal’am bin Ba’ura mengiyakan perintah sang penguasa.
Malam hari saat penduduk Madyan tenggelam dalam lelap, Bal’am bin Ba’ura bangun dan menengadah kepada Tuhannya, Allah SWT. Malam itu ia berdoa serta memohon kepada Allah SWT supaya Nabi Musa dan orang-orangnya mengurungkan keinginannya pergi dan masuk ke kota Madyan. Bal’am bin Ba’ura sangat yakin akan terkabulnya permintaannya kali ini.
Sesaat setelah ia kembali dalam tidurnya, Allah SWT mewahyukan kepadanya bahwa doa-doa yang keluar darinya semenjak ia menerima tawaran penguasa Madyan sudah tidak lagi mustajab. Namun sebaliknya, jika ia tidak segera bertaubat dan kembali ke barisan Nabi Musa maka ia akan menjadi manusia terlaknat.
Pegi hari setelah menyadari kini dirinya sudah tidak lagi “laku” di hadapan Allah SWT, bukan malah insaf namun Bal’am bin Ba’ura semakin bertingkah. Ia kumpulkan penduduk Madyan dan berkhotbah, “Wahai penduduk Madyan, sesungguhnya kedatangan Nabi Musa tidak dapat dibendung. Tetapi jangan khuatir, biarkan saja mereka menuju ke kota ini dan kita akan menyambut mereka dengan kemewahan dan kenikmatan-kenikmatan kota ini”.
Pernyataan Bal’am bin Ba’ura tersebut bukan tanpa pertimbangan. Sebagai mantan dan orang dekat Nabi Musa ia sangat paham prilaku dan karakter orang-orang Nabi Musa. Menurutnya, orang-orang Nabi Musa adalah kaum yang loba dan rakus dan gemar berfoya-foya dan juga pemuja kesenangan dan kenikmatan.
Mengikuti arahan Bal’am bin Ba’ura, penduduk Madyan memoles kota mereka sedemikian rupawan. Harta dan perhiasan mereka ditata seapik dan menakjubkan. Wanita-wanita renum, seksi nan cantik jelita disiapkan menyambut rombongan Nabi Musa di pintu gerbang kota.
Karuan saja, sesampainya Nabi Musa dan orang-orangnya di Madyan, mereka terkesima dan benar-benar kagum akan keindahan dan keberlimpahan Madyan. Mereka terlena dengan desir nan lembut suara-suara wanita yang memanggil dan merayu. Pengikut Nabi Musa “bergelimpangan” jatuh dalam pelukan wanita-wanita cantik dan kenikmatan Madyan. Banyak orang-orang Nabi Musa yang menjauh dan meninggalkan Nabi Musa dan hanya sedikit saja yang tersisa dari pengikutnya.
Kota Madyan semakin liar dan sangat bebas. Manusia semakin lalai akan Tuhannya. Bal’am bin Ba’ura sukses “melumpuhkan” Nabi Musa dan pengikutnya. Seruan Nabi Musa supaya mereka kembali ke jalan Allah SWT dianggap angin lalu. Penduduk Madyan benar-benar tenggelam dalam kemaksiatan yang kian merajalela. Maka atas kedurhakaan penduduk Madyan ini Allah SWT kirim kepada mereka penyakit tho’un. Akibat penyakit ini penduduk Madyan berguguran dan hanya sedikit dari mereka yang selamat dan kembali kepada Nabi Musa.
Atas perbuatannya ini Bal’am bin Ba’ura dicatat dalam Al-Qur’an sebagai manusia laknat. Ia disebut seperti ajing yang menggonggong sebagaimana dalam surat al-A’raf 174-177. Hal ini tidak lain karena ia sudah disadarkan oleh Allah SWT dan diberi kesempatan untuk bertaubat melalui wahyu dalam mimpinya. Namun ia memilih menentang dan menolak hidayah-Nya. Bahkan memciptakan kerusakan yang lebih besar dengan memprovokasi orang-orang agar mengikuti jalannya. Bal’am bin Ba’ura akhirnya mati bersama penyakit tho’un yang melanda kota Madyan.
Wallahu a’lam.