Bertemu dengan orang yang kita cintai adalah hal yang paling indah dalam hidup kita. Hal ini karena, sebelum kita bertemu denganya, hati kita selalu bergejolak karena rindu dan ingin sekali bertemu. Setelah bertemu, apa yang diimpikan hati kita terbayar semua dengan meilhat langsung dirinya. Hal ini tentu sama jika kita ingin bertemu nabi.
Saat kita rindu baginda Rasulullah SAW, kita yang selalu bershalawat kepadanya dan membaca perjalanan hidupnya yang penuh suka dan duka, pasti berkeingan untuk bertemu nabi, bertemu dengan kekasih Allah ini. Tentunya, kita semua akan bertemu dengan Rasulullah SAW di akhirat kelak dengan izin dan rahmat Allah SWT. Akan tetapi, pada masa kita masih hidup seperti sekarang, apakah kita bisa bertemu dengan Rasulullah SAW?
Dalam buku Otensitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum Sufi, karya Usman Sya’roni disebutkan bahwa menurut kaum Sufi, bertemu dengan Rasulullah setelah wafatnya adalah hal yang benar dan bisa terjadi. Bertemu dalam hal ini bisa dalam mimpi ketika tertidur, atau dalam keadaan terbangun. Bagi orang yang tidak mengenal dunia tasawuf atau tiak pernah memasuki dunia tasawuf, tampaknya pengalaman tersebut irassional dan mungkin bertentangan dengan akidah mereka.
Kaum Sufi berpendapat, bahwa meninggalnya Rasululalh SAW pada tanggal 12 Rabi’ul Awwwal 11 H, bukan berarti beliau pergi untuk selama-lamanya, melainkan sebenarnya beliau ‘masih hidup’ dan terus meneurus mengawasi umatnya. Sehingga, pendapat kaum sufi bahwa Rasullah ‘masih hidup’, menjadi landasan mereka bahwa bertemu dengan Rasullah untuk saat ini adalah suatu hal yang mungkin.
Setidaknya, para kaum sufi menyodorkan dalil-dalil, bahwa Rasulullah SAW ‘masih hidup’, di antaranya pada surat al-Baqarah ayat 154:
وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ
Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Q.S al-Baqarah: 154).
pada ayat di atas menegaskan, bahwa orang-orang yang mati di jalan Allah SWT, pada hakikatnya tidak mati namun tetap ‘hidup’. Akan tetapi orang-orang di dunia tidak menyadarinya. Kalau para Syuhada saja dinyatakan oleh Al-Qur’an tidak meninggal, bagaimana dengan Rasulullah SAW yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dibandingkan dengan mereka?.
Dalil lain yang yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW masih ada dan kita bisa bertemu nabi, ialah hadis yang diriwayatakan oleh Ibnu Majah yang berbunyi:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ ، فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ , فَقَالَ رَجُلٌ : يَا رَسُولَ اللهِ ، كَيْفَ تُعْرَضُ صَلاَتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ ؟ يَعْنِي بَلِيتَ ، فَقَالَ : إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الأَنْبِيَاءِ
“Rasulullah SAW bersabda, “Seusungguhnya hari yang yang paling utama dari hari-hari kalian adalah hari Jumat, pada hari itu Adam diciptakan, sangkakala ditiup dan di hari itu datang hari kiamat. Maka perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari itu, sesungguhnya shalawat kalian akan sampai kepadaku.” Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami bisa sampai kepadamu, sementara engkau telah tiada dan jasadmu telah hancur?” Beliau menjawab, “Allah telah mengharamkan bagi bumi untuk makan jasad para Nabi.” (H.R Ibnu Majah)
Dalam hadis di atas, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya agar memperbanyak membaca shalawat, walaupun beliau sudah tiada, karena semua shalawat yang dibacakan kepadanya akan disampaikan kepada beliau, dan beliau akan menjawabnya.
Pada mulanya para sahabat merasa heran, mungkinkah orang yang sudah meninggal dunia dapat menjawab dan berinterkasi dengan orang yang masih hidup? Menanggapi hal ini, Rasulullah SAW mengatakan, bahwa jasad para Nabi tidak hancur oleh bumi. Hal ini mengisyaratkan bahwa Rasulullah itu ‘masih hidup’, dan tahu shalawat yang sampai kepadanya dari umatnya.
Dengan demikian , jelaslah bahwa para Nabi itu memang betul-betul masih ‘hidup’ di alam kubur mereka. Tapi muncul pertanyaan dari sini, kalau Rasulullah SAW dan para Nabi lainya betul-betul masih ‘hidup’, mengapa mereka tidak pernah terlihat berjalan-jalan di sekitar kita?
Jawabanya, tak lain karena kehidupan para Nabi di alam barzakh dan dunia ini berbeda. Hanya orang-orang suci yang telah mendapatkan kasyf (pengalaman keterbukaan) yang memungkinkan untuk dapat melihat para Nabi, dan hanya bagi mereka yang benar-benar mengikuti sunnah Rasul saja yang akan dapat bertema dengan beliau.
Sehingga, bisa diambil kesimpulan juga, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk bertemu Rasulullah SAW saat ini, yaitu memiliki pengalaman spritualitas yang tinggi, serta selalu konsisten dalam mengikuti jejak Rasulullah SAW. (AN)
Wallahu a’lam.