Dewasa ini, siapa yang tidak pernah mendengar nama Abu Hurairah, seorang sahabat Nabi yang namanya sangat familiar bagi kalangan para pengkaji hadis maupun di luar para pengkaji hadis. Hal tersebut dikarenakan banyaknya hadis yang diriwayatkan oleh beliau. Bahkan para ulama atau para pendakwah seringkali menyebut nama beliau dalam beberapa periwayatan suatu hadis.
Memiliki nama lengkap Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dausi Al Yamani, dilahirkan dari kabilah bani Daus, 21 tahun sebelum hijrah tepatnya pada tahun 598 M di daerah Yaman. Beliau kerap disapa dengan nama Abu Hurairah (bapak kucing kecil).
Konon, beliau adalah seseorang yang sangat menyayangi binatang, terutama kucing. Beliau memiliki seekor kucing kecil yang selalu diajaknya bermain-main pada siang hari atau saat menggembalakan kambing-kambing milik keluarga dan kerabatnya. Pada malam harinya, kucing tersebut ditempatkan di atas pohon. Oleh karenanya, beliau disebut Abu Hurairah karena kecintaannya terhadap kucing kecil.
Abu Hurairah adalah salah satu sahabat Nabi yang banyak meriwayatkan hadis. Bahkan, beliau dijuluki sebagai penghafal hadis terbesar sepanjang masa dengan jumlah hafalan sebanyak 5.374 hadis. Hal tersebut, beliau peroleh bukan karena pandai menulis, melainkan karena memiliki kemampuan menghafal yanh sangat baik.
Masa kecil Abu Hurairah sangatlah akrab dengan kemiskinan. Beliau bukan termasuk golongan awal yang masuk Islam karena beliau baru memeluk agama Islam pada tahun ke-7 H. Selama empat tahun, terhitung sejak memeluk agama Islam hingga Nabi wafat, beliau hampir tidak pernah terpisah dari Nabi, kecuali pada saat tidur. Beliau selalu mendengarkan perkataan Nabi dengan penuh kecintaan.
Pasca Nabi wafat, Abu Hurairah banyak meriwayatkan hadis. Hal tersebut, membuat banyak sahabat yang keheranan. Di antara sahabat ada yang curiga, bahkan meragukan hadis yang disampaikan oleh Abu Hurairah. Kemudian, Abu Hurairah mengatakan bahwa orang-orang Muhajirin yang lebih dahulu memeluk Islam tidak banyak menyampaikan hadis karena mereka sibuk berdagang di pasar. Sementara itu, orang-orang Anshar juga tidak banyak meriwayatkan hadis karena mereka sibuk menggarap lahan pertaniannya.
Abu Hurairah mengatakan bahwa dirinya adalah orang miskin sehingga memiliki banyak waktu untuk menemani Nabi. Beliau selalu hadir dan mengingat perkataan Nabi, sedangkan sahabat yang lain absen dari majelis Nabi atau lupa dengan perkataan Nabi karena kesibukan masing-masing.
Beliau menyampaikan hadis karena merasa bertanggung jawab kepada agamanya, yaitu menyampaikan kebaikan dan kebenaran. Selain itu, beliau tidak ingin digolongkan sebagai orang yang lalai menyampaikan kebenaran dan akan mendapat hukuman karenanya.
Suatu ketika, ada sorang sahabat bernama Marwan bin Hakam yang ingin menguji kemampuan Abu Hurairah dalam hal hafalan hadisnya. Beliau meminta Abu Hurairah untuk meriwayatkan beberapa hadis. Pada saat yang bersamaan, Marwan meminta seseorang menulis hadis-hadis tersebut tanpa diketahui oleh Abu Hurairah. Setelah satu tahun berlalu, Marwan kembali meminta Abu Hurairah meriwayatkan hadis yang sama. Ternyata, tidak ada satu kata pun dari hadis-hadis tersebut yang terlewat oleh Abu Hurairah.
Wallahu A’lam