Kejadian main hakim sendiri merupakan contoh bahwa masih banyak orang yang gagal mengendalikan kemarahan. Jika kita amati, banyak juga peristiwa yang merupakan konsekuensi sosial dan menyedihkan yang berawal dari kemarahan tidak terkendali.
Ibnul Qayyim r.a berkata, “Kemarahan itu membinasakan. Dia mampu merusak akal sebagaimana khamr mampu menghilangkan kesadaran.”
Kemampuan yang baik untuk mengendalikan emosi sangatlah penting dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Kegagalan mengendalikan emosi bisa berakibat sangat fatal dan berpotensi menimbulkan konsekuensi yang tidak ringan bahkan jangka panjang.
Allah SWT menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang mampu menahan emosi. Lalu bagaimana pengelolaan emosi menurut Rasulullah saw. Berikut beberapa tips mengatasi emosi dari Rasul SAW:
Pertama, memohon perlindungan kepada Allah dengan membaca ta’awudz
أعوذُ بالله مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجيمِ
A’uudzu billahi minas syaithanir rajiim
Saya berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Kedua, tenang dan diam
وَ إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad)
Ketiga, merubah posisi dan mengambil wudhu
Dari Abu Dzarr RA, Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud)
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud)
Keempat, mengingat janji Allah
Salah satu hadis yang menggambarkan pahala besar bagi yang mampu mengendalikan amarah antara lain:
« مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ »
“Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya.” [HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah]
Hadis ini bisa dijadikan pengingat akan janji Allah SWT kepada orang yang berhasil menahan amarahnya.
Kelima, mengingat Sunnah
Anas bin Malik RA. mengisahkan sebuah peristiwa dari kehidupan Rasulullah SAW.
“Aku menyertai Rasulullah SAW dalam sebuah perjalanan. Beliau mengenakan jubah buatan Najran yang ujung-ujungnya tebal. Tiba-tiba, seorang badui mendekatinya seraya menarik jubbah itu keras sekali. Aku sempat melihat kulit pundak Nabi tergores oleh ujung jubah yang ditarik dengan sangat keras itu. Laki-laki pedalaman Badui ini bertutur dengan nada yang kasar, “Wahai Muhammad, perintahkanlah orang-orangmu untuk memberikan harta Allah Ta’ala yang ada di tanganmu kepadaku!” Rasulullah SAW hanya melirik kepadanya dan tersenyum. Setelah itu, beliau pun menyuruh sahabatnya memberikan harta yang diminta oleh laki-laki Badui itu.”
Keenam, mengingat konsekuensi dari marah yang tidak terkendali.
Kemarahan seperti racun. Dalam beberapa menit itu dapat menghancurkan segala yang dimiliki oleh seorang manusia; pernikahan, persaudaraan, dan persahabatan. Bahkan dapat menyebabkan pertumpahan darah. Begitu banyak kejadian kriminal yang disebarluaskan oleh media, yang ternyata setelah diusut oleh pihak berwajib, bersumber dari kemarahan sesaat.
Ketujuh, mengingat bahwa Allah lebih kuat dari kita. Abu Mas’ud al-Badri RA. pernah mengisahkan:
“Aku pernah memukul budak lelakiku. Kemudian aku mendengar suara dari belakang yang berbunyi, “Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud,” aku tidak menyadari suara itu karena larut dalam emosi. Tatkala orang itu mendekat, ternyata suara itu adalah suara Rasulullah. Maka cambukku terjatuh dari tanganku karena kewibawaan beliau. Kemudian Beliau berkata:
اعْلَمْ أَبَا مَسْعُودٍ أَنَّ اللَّهَ أَقْدَرُ عَلَيْكَ مِنْكَ عَلَى هَذَا الْغُلَامِ
“Ketahuilah, wahai Abu Mas’ud. Sesungguhnya Allah lebih mampu menghukum-mu, daripada dirimu terhadap budak lelaki itu”. Ia kemudian berkata, “Setelah itu, aku tidak pernah memukul seorang budak pun”. (HR Muslim)
Kedelapan, berdoa.
Doa adalah senjata bagi Muslim, dan kita bisa menjumpai rangkaian doa-doa yang indah salah satunya untuk perlindungan dari kemarahan yang sia-sia.
Wallahu A’lam