“Umumnya, Soekarno dipandang sebagai seorang yang meremehkan peranan politik kaum perempuan. Karena itu betapa terkejutnya saya ketika saya mulai membaca Sarinah, karangan Soekarno. Dalam buku tersebut secara konsekuen Soekarno menguraikan peranan perempuan dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Tidak ada pemimpin politik Indonesia yang lain yang menaruh perhatian seserius Soekarno.” Colin Brown (Curtin Universitiy Australia). Bahkan Soekarno juga memiliki idola tiga tokoh perempuan aktivis.
Begitulah sebagian orang menganggap Soekarno dengan pandangan sebagai tokoh politik yang meremehkan peran perempuan di sektor publik. Dalam tulisannya, terjadi pergolakan pemikiran pada diri Soekarno akan realitas yang terjadi di tengah masyarakat yang kian hari semakin memburuk. Tokoh Sarinah yang dicerminkan sebagai objek hak milik membuat dirinya semakin menentang patriarkal liar yang dibungkus dengan ajaran agama.
Meskipun pada satu sisi, ia mengakui laki-laki dan perempuan memang tercipta tidak sama. Keduanya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing sektor. Akan tetapi, hak akan pendidikan, peran dalam sektor pemerintah, khususnya kemajuan negara, perempuan harus ikut andik di dalamnya. Soekarno merupakan salah satu tokoh feminis Indonesia yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.
Selain itu, melalui tulisan ” Sarinah”, ia banyak mengungkapkan kegumunan yang luar biasa akan kemajuan sebuah negara yang melibatkan peran perempuan di dalamnya. Kekagumannya terhadap para perempuan revolusioner barat menjadi semangat diri yang berkobar agar masyarakat Indonesia paham bahwa perempuan bisa menjadi ujung tombak perjuangan dalam proses kemajuan bangsa Indonesia.
Di antara berbagai tokoh feminis yang ditulis oleh Soekarno, setidak-tidaknya ada 3 tokoh perempuan feminis barat menurut penulis, yang mewakili pemikiran feminis Soekarno. Ketiga tokoh ini merupakan perempuan revolusioner yang pandai urusan domestik serta luar biasa dedikasinya terhadap negara.
Berikut tiga tokoh perempuan aktivis idola Soekarno,
- Madame Roland
Namanya tercatat sebagai anggota perserikatan –campuran “patriotes des dex defenseurs de la constitution”, serta menjadi perempuan paling berpengaruh di zaman revolusi. Ia adalah perempuan intelektual cemerlang yang menjadi pusat jiwa Gironde (Golongan politik masa revolusi Prancis yang berkuasa).
Dia lah yang menaikkan suaminya sehingga menjadi menteri dua kali serta menjadi penulis akte-akte diplomatik yang penting-penting dan sampai sekarang disimpan sebagai arsip. Dia juga perempuan berpengaruh dengan cara mengumpulkan pemimpin laki-laki, serta berpengaruh atas ideologi revolusi.
- Olympe de Gouges
Perempuan satu ini kurang lebih sama dengan semangat revolusioner yang dimiliki oleh Madame Roland. Ia adalah seorang Republikein, tidak ada keraguan tentang hal ini. Ia anti raja, ia anti monarki. Ia juga anti cara pemerintahan yang absolut dan feodal. Semangat revolusionernya semata-semata atas penolakan terhadap diskriminasi yang dialami perempuan. Baginya kemanusiaan merupakan paling utama yang harus di perjuangkan.
Olympe melakukan protes terhadap “hak-hak manusia” atas penindasan perempuan. Selanjutnya ia beri nama “keterangan hak-hak manusia”, ia umumkan kepada seluruh masyarakat dan disambut gembira gegap gempita di seluruh Prancis. Bagi Olympe, perempuan telah dipersempit jalannya untuk mengerjakan berbagai hal karena alasan kodrat. Padahal, kemerdekaan, kemajuan, keamanaan merupakan hak warga negara.
Meskipun demikian, ia tetaplah seorang perempuan, ia seorang ibu yang hatinya lembut, jiwa keibuannya tak diragukan. Dalam dunia publik, baginya bukan halangan seorang perempuan untuk menuntut atas ketidakadilan yang terjadi. Ia melakukan protes terang-terangan atas teror revolusi yang tidak manusiawi. Ia kemudian dipenggal oleh raja atas perjuangannya yang menentang pemerintah.
- Mary Woll Stone Craft
Mary Woll Stone Craft (1759-1797) merupakan gadis asal Inggris yang lahir dari keluarga yang memiliki ayah cerewet dengan kebiasaan mabuk, dan ibu kelahiran Irlandia yang serba membiarkan apa saja. Pada zamannya, ia merupakan gadis yang revolusioner dengan tulisan akan penentangan terhadap penindasan perempuan di lingkungannya.
Tulisannya yang berjudul A Vindication of the Rights of Woman (1792) bergema selama berabad-abad. Mary menyerukan hak pendidikan, pekerjaan, independen dan politik yang harus diberikan kepada perempuan.
Mary menyerukan persamaan pendidikan kepada kaum perempuan agar bisa memiliki hak memilih pekerjaan sesuai profesi. Ia adalah perempuan pemberani yang menbela perempuan, menyerang jiwa tentara, menggasak kaum bangsawan. Ia juga mengkritik keadaan ekonomi yang menjadi pokok asal kemudharatan dan kemiskinan di kalangan perempuan. (AN)