Ziarah kubur sudah menjadi tradisi yang melekat bagi masyarakat Indonesia. Dari kita kecil, kita sudah diajak untuk menziarahi para pendahulu kita, guna untuk memperkenalkan mereka kepada kita, dan membiasakan kegiatan yang sarat akan manfaat ini. Ziarah kubur di sini bukan hanya sebatas kita mendatangi kuburan saja, akan tetapi juga membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, zikir kepada Allah Swt, dan mendoakan ahli kubur di dalamnya.
Adapun hukum ziarah kubur, para ulama berpendapat bahwa amalan ini boleh dilakukan, hal ini berdasarkan hadis:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم :نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا فَإِنَّ فِى زِيَارَتِهَا تَذْكِرَةً
Rasullah Saw bersabda: “Aku telah melarang kalian menziarahi kuburan, sekarang berziaralah ke kuburan, karena dalam berziarah itu terdapat peringatan (mengingatkan kematian).”
Dalam kajian usul fikih, apabila perintah (perintah pada hadis di atas ialah perintah untuk berziarah) datang setelah larangan (larangan pada hadis di atas ialah larangan untuk berziarah), maka hal tersebut menunjukkan kebolehan untuk melakukaan amalan tersebut.
Ketika kita sudah mengetahui bahwa amalan ziarah kubur boleh, apakah kita sudah mengetahui tujuan dari ziarah kubur? Apakah kita hanya berziarah tanpa mengetahui tujuan di dalamnya?.
Abuya K.H Abdurrahman Nawi (W.2019) adalah satu ulama Indonesia yang menjelaskan tujuan dari ziarah kubur. Dalam bukunya Pedoman Ziarah Kubur, beliau menjelaskan setidaknya ada empat tujuan dalam ziarah, yaitu:
Pertama, kegiatan ziarah kubur sebagai sarana kita untuk mengingat akhirat. Hal ini berdasarkan hadis:
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ : زُورُوا الْقُبُورَ ؛ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الآخِرَةَ
“Rasullah Saw bersabda: “Ziarahilah kubur, sesungguhnya ia dapat mengingatkan kalian terhadap akhirat.” (H.R Ibnu Majah)
Kedua, ziarah kubur menjadi tempat bagi kita untuk berdoa bagi ahli kubur. Rasulullah Saw pun juga pernah melakukanya. Hal ini bisa diketahui melalui hadis:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ إِلَى الْمَقْبَرَةِ فَقَالَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ
“Rasulullah Saw keluar menuju sebuah kuburan kemudian mengucapkan: “Semoga keselamatan terlimpah kepada kalian wahai penghuni kampung kaum mukminin, sesungguhnya insya allah kami akan menyusul kalian.” (H.R Abu Daud)
Ketiga, apabila ahli kubur di dalamnya memiliki kerbekahan selama hidupnya, seperti orang-orang saleh dan para wali, maka tujuan ziarah di sini ialah mengambil keberkahan. Abuya KH Abdurrahman Nawi mengutip perkataan Imam al-Ghazali yang terdapat dalam kitab Ihya Ulumiddin yang berbunyi:
وَكُلُّ مَنْ يُتَبَّرك بِمُشَاهَدَتِهِ فِيْ حَيَاتِهِ يُتَبَّرَكُ بِزِيَارَتٍهِ بَعْدَ وَفَاتِهِ وَيَجُوْزُ شَدُّ الرِّحَالِ لَهَذَا الغَرَضِ
“Setiap orang yang diambil keberkahanya ketika hidup, maka juga bisa diambil keberkahanya setelah wafatnya dengan menziarahinya. Boleh juga bersegera untuk tujuan ini.”
Keempat, terkadang, ziarah kubur menjadi sarana untuk menyenangkan ahli kubur di dalamnya. Hal ini berdasarkan dalam hadis:
عَنِ النَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: آنَسُ مَا يَكُوْنُ المـَــيِّتِ فِي قَبِرِهِ إِذَا زَارَهُ مَنْ كَانَ يُحِبُّهُ فِيْ دَارِ الدُّنْيَا
“Dari nabi Saw bersabda: “Paling disenangi bagi mayit dalam kuburnya, ialah apabila ia dikunjugi oleh orang yang ia senangi di dunia.” (AN)
Wallahu a’lam.