Tafsir Surat Yusuf Ayat 3: Hikmah Kisah Umat Terdahulu yang Terdapat dalam Al-Qur’an

Tafsir Surat Yusuf Ayat 3: Hikmah Kisah Umat Terdahulu yang Terdapat dalam Al-Qur’an

Tafsir Surat Yusuf Ayat 3: Hikmah Kisah Umat Terdahulu yang Terdapat dalam Al-Qur’an
Kitab-kitab yang disusun rapi.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa al-Qur’an banyak mengungkap kisah-kisah kaum terdahulu. Mulai dari suatu kaum seperti kaum ‘Ad sampai satu sosok orang seperti sosok Nabi Khidir. Mulai dari yang paling baik seperti kisah sahabat Abu Bakar sampai yang paling buruk seperti kisah Fir’aun. Dan banyak dari kisah-kisah ini yang memberi kita tuntunan bagaimana menjalani hidup sesuai ajaran Islam seperti etika kepada orang tua, sikap seharusnya saat mengakui kesalahan, serta selainnya.

Allah berfirman dalam surat Yusuf ayat 3:

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَإِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِينَ

Nahnu naqushshu ‘alaika ahzanal qashashi bimaa ahhainaa ilaika hadzal qur’aana waing kunta ming qablihi laminal ghaafiliin.

 Artinya:

“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (QS: Yusuf ayat 3)

Dalam Surat Yusuf ayat 3, Allah menerangkan kisah-kisah yang disampaikan adalah kisah terbaik. Imam Ibnu ‘Asyur menjelaskan makna terbaik itu adalah, terbaik di antara kisah-kisah yang hampir sama di luar al-Qur’an. Bukan hendak menerangkan bahwa kisah Nabi Yusuf dalam Surat Yusuf, adalah kisah terbaik dari kisah-kisah yang dicantumkan dalam al-Qur’an.

Kisah tentang Nabi Yusuf semisal, tentu adalah kisah terbaik yang menceritakan lika-liku kehidupan manusia yang menjadi sasaran rasa iri oleh saudara tirinya, hidup tersia-sia, sampai memperoleh akhir kisah yang indah. Kisah ini menjadi yang terbaik sebab pemeran utamanya adalah seorang Nabi.

Andai kata pemeran utamanya bukan seorang Nabi, tentu banyak yang menyangsikan apakah perilaku-perilakunya dalam kisah tersebut dapat dijadikan suri tauladan atau tidak. Orang yang mengalami kejadian serupa pun tak bisa berkata, “Nabi Yusuf saja yang dikasihi Allah bisa mengalami hal seperti itu, mengapa yang bukan Nabi seperti aku tidak mungkin mengalaminya”.

Umat muslim juga dapat menjadikan Nabi Yusuf sebagai inspirasi serta motivasi dalam menjalani hidup. Mereka tidak perlu mencari publik figur dari para artis yang gaya hidupnya sering berubah-ubah, dalam memberikan baik atau buruk teladan kehidupan. Terlebih Allah sudah memberikan pembenaran pada sikap Nabi yusuf, berbeda pada sikap para artis.

Dalam ayat 3, Allah juga menerangkan kisah-kisah tersebut sudah banyak dilupakan oleh manusia. Ini artinya manusia tidak mewarisinya apalagi belajar darinya. Dan ini merupakan keistimewaan al-Qur’an yang menyampaikan apa yang tidak diketahui oleh banyak manusia.

Hikmah Kisah yang Terdapat dalam al-Qur’an

Membaca kisah-kisah dalam al-Qur’an tanpa usaha menyelami atau membayangkan apabila kita mengalami hal yang sama, banyak membuat para pembacanya kehilangan hikmah darinya. Kisah-kisah al-Qur’an hanya menjadi sebatas kisah yang penting diketahui serta dihafal, agar tak membuat malu saat orang muslim ditanyai kisah-kisah tentang para Nabi diyakininya.

Orang muslim menjadi tidak tahu, bahwa saat mereka mengalami dinamika kehidupan dengan saudara tiri serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari Nabi Yusuf. Saat tidak memperoleh dukungan dari istri dan anak dalam urusan agama serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari kisah Nabi Luth.

Saat mengalami keputusasaan dalam mengajak pada kebaikan serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari kisah Nabi Yunus. Saat terdesak di sebuah tempat atau terdesak oleh sebuah keadaan serta kebingungan mencari panutan dalam bersikap, mereka bisa belajar dari kisah Nabi Muhammad dan Abu Bakar tatkala di gua hira.

Berbagai hal di atas bisa kita peroleh dengan menyelami kisah dalam al-Qur’an dan membayangkan apabila kita mengalami hal sama atau setidaknya hampir mirip. Dengan ini kita bisa benar-benar menjadikan para kekasih Allah serta kisah-kisah Al-Qur’an menjadi teladan, tidak sekedar pengetahuan belaka.