Tafsir Surat Al-Qadr: Al-Qur’an Diturunkan Dua Kali

Tafsir Surat Al-Qadr: Al-Qur’an Diturunkan Dua Kali

Tafsir Surat Al-Qadr: Al-Qur’an Diturunkan Dua Kali

Ramadhan bulan penuh kemuliaan. Di antara alasannya karena di malam bulan Ramadhan, terdapat malam yang sangat mulia, yaitu lailatul qadar. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Qadr. Prof. Quraish Shihab mengatakan, surat al-Qadr berbicara tentang turunnya al-Qur’an dan malam mulia yang terdapat di dalam al-Qur’an. Surat ini bertujuan agar umat manusia, menyambut kehadiran al-Qur’an, memenuhi tuntunan-tuntunannya, mempersiapkan diri dan jiwa, supaya dapat menyambut malam qadr yang terdapat di bulan Ramadhan.

Allah SWT berfirman:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ

Artinya:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur’an) pada malam kemuliaan.

Dalam konteks turunnya al-Qur’an, menurut Prof. Quraish Shihab, al-Qur’an kadang menggunakan kata nazzala dan anzala. Kedua kata ini memiliki makna yang berbeda. Nazzala berati turun sedikit demi sedikit. Sementara kalau turun sekaligus disebut anzala. Para ulama memahami, dengan adanya dua kata ini menunjukkan bahwa al-Qur’an diturunkan dua kali.

“Pertama turun sekaligus, berikutnya turun sedikit demi sedikit,” Ujar Prof. Quraish Shihab.

Pertama kali al-Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfudz ke langit dunia. Setelah itu, diturunkan sedikit demi sedikit selama dua puluh dua tahun kurang lebih. Kadang turun satu ayat, sepuluh ayat, dan seterusnya.

“Jadi al-Qur’an turun dua kali,” Tegas penulis Tafsir Al-Misbah ini.

Maksud kata turun di sini adalah menampakkan. Sebetulnya al-Qur’an sudah ada sejak dulu, tetapi ia baru ditampak pada bulan Ramadhan.

Apa Makna al-Qadr?

Maksud dari al-Qadr dalam surat al-Qadr ada tiga: mulia, sempit, dan ketetapan. Dikatakan mulia karena memang ia bulan yang mulia, malam diturunkannya al-Qur’an. Disebut sempit sebab pada malam itu banyak sekali malaikat yang turun ke bumi. Menjadi sempit karena banyak malaikat yang turun. Al-Qadr juga diartikan ketetapan lantaran pada malam tersebut allah menetapkan sesuatu, boleh jadi untuk masyarakat luas atau bisa jadi untuk perorangan.

Ayat kedua diawali dengan kalimat, “wa ma adraka”, ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang tidak terjangkau oleh nalar manusia.

“Tidak bisa, terlalu hebat,” Tegas Prof. Quraish Shihab.

Kita bisa memahaminya bila diberi tahu oleh Rasulullah SAW. Itu pun hanya sedikit, seperti pada ayat berikutnya dikatakan, lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan. Maksud seribu bulan ini di sini untuk menunjukkan banyak, tidak ada batasan, saking luasnya.

Ayat berikutnya, kata Prof. Quraish Shihab, mengindikasikan tanda orang yang mendapatkan lailatul qadr adalah selalu termotivasi untuk melakukan kebaikan. Kenapa demikian? Pada malam itu malaikat turun kepadanya. Malaikat itu selalu menganjurkan orang untuk melakukan kebaikan.

“Kalau ada orang mengaku bertemu lailatul qadr, tetapi tidak menunjukkan sikap yang baik. Bohong itu. Dia selalu tertarik untuk kebaikan. Karena malaikat mendorong kebaikan,” Ungkap Prof. Quraish Shihab.

Terakhir, disebutkan pada ayat kelima, orang yang bertemu lailatul qadar, hatinya damai, tidak dengki. Semuanya dilihat dalam penuh kedamain. Paling tidak damai yang pasif.

“Saya memuji itu damai aktif, tapi kalau saya tidak mencela itu damai pasif,” Jelas Prof. Quraish Shihab.