Ayat 21 surah Ar-Rum sebelumnya menjelaskan tentang arti pasangan hidup dalam kehidupan berumah tangga. Pada ayat 22 ini Allah menjelaskan bukti kekuasaan-nya dengan bukti diciptakannya langit, bumi, dan berbagai macam bahasa serta warna kulit manusia. Allah berfirman:
وَمِنۡ ءَايَٰتِهِۦ خَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفُ أَلۡسِنَتِكُمۡ وَأَلۡوَٰنِكُمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَٰتٖ لِّلۡعَٰلِمِينَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit, bumi, berbagai macam bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada hal demikan, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”
Mari kita tela’ah penafsiran dari beberapa mufasir tentang ayat ini, apa hikmah yang terkandung di dalamnya.
Kenapa alam semesta berupa langit dan bumi dijadikan sebagai bukti kuasa Allah? Alam semesta merupakan fenomena yang tidak bisa kita bantah, bagaimana tidak! Langit luas yang terbentang demikian tanpa disanggah oleh tiang, juga bintang-bintang dan planet beserta garis edar. Belum lagi bumi beserta sekian lapisan, gunung, lembah, gurun dan laut yang membentang, juga termasuk sumber daya alam yang tersimpan di bumi, mulai emas, perak beserta tumbuhan dan hewan. Seluruhnya bisa kita buktikan dan dapat kita lihat secara kasat mata, seperti penjelasan Wahbah Zuhaili dalam al-Munir.
Fahrur Razi menambahkan dalam Mafatih al-Ghaib, ayat tersebut sebagai jawaban dari anggapan sebagian non-muslim. Bahwa semua alam semesta termasuk, langit dan bumi tidak lain hanya sekadar kumpulan komposisi-komposisi sekian komponen yang ada, bukan karena adanya Sang Pencipta.
Sya’rawi menambahkan berkaitan dengan fenomena langit dalam tafsir al-Sha’rawi, ada dua kemungkinan jika sesuatu berada di atas dan tidak bisa jatuh ke bawah. Adakalanya tiang untuk dapat menyangga perkara yang di atas, atau ada kekuatan yang dapat menahan terjatuh-nya perkara di atas, dengan mengutip surah Luqman ayat 10, Allah berfirman:
خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ بِغَيۡرِ عَمَدٖ تَرَوۡنَهَاۖ وَأَلۡقَىٰ فِي ٱلۡأَرۡضِ رَوَٰسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمۡ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٖۚ وَأَنزَلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ فَأَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجٖ كَرِيمٍ
Artinya: “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkanmu; dan segala macam jenis binatang dapat berkembang biak karena-Nya. Kami turunkan air hujan dari langit, kemudian kami tumbuhkan dari bumi segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.”
Melalui ayat di atas, menjelaskan adanya tiang-tiang yang tidak dapat dilihat secara kasat mata manusia. Pada surah lain, yaitu surah Fatir ayat 41 menjelaskan, bahwa Allah yang menahan langit dan bumi untuk tidak lenyap. Allah berfirman:
۞إِنَّ ٱللَّهَ يُمۡسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ أَن تَزُولَاۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنۡ أَمۡسَكَهُمَا مِنۡ أَحَدٖ مِّنۢ بَعۡدِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا
Artinya: “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.”
Secara sederhana, jika tidak ada tiang-tiang yang menahan langit luas yang membentang, hanya Allah sebagai Dzat pencipta yang dapat menahan langit, sedangkan manusia makhluk lemah yang tidak dapat menahan jatuhnya langit.
Mari kita amati burung-burung yang terbang, dengan hempasan kedua sayapnya burung dapat terbang di atas langit, terkadang saat di langit ia mengatupkan kedua sayapnya tapi masih dapat terbang, lantas faktor apa yang membuat burung dapat terbang di langit? Sya’rawi menukil ayat dari surah al-Mulk ayat 19. Allah berfirman:
أَوَ لَمۡ يَرَوۡاْ إِلَى ٱلطَّيۡرِ فَوۡقَهُمۡ صَٰٓفَّٰتٖ وَيَقۡبِضۡنَۚ مَا يُمۡسِكُهُنَّ إِلَّا ٱلرَّحۡمَٰنُۚ ٱلرَّحۡمَٰنُۚ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَيۡءِۢ بَصِيرٌ
Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” Pesan ayat ini, hanya Allah yang dapat menahan langit yang membentang luas dan burung-burung yang mengatupkan sayapnya saat di langit.
Bukan hanya bumi dan langit saja, Allah menunjukkan keagungan-Nya. Termasuk fenomena berbagai macam bahasa dan warna kulit manusia, kenapa demikian? Padahal bahasa pada mulanya hanya satu bahasa yang digunakan oleh Adam dan Hawa, bagaimana bisa menjadi bermacam-macam bahasa dan warna kulit? Bahkan bukan hanya karena berbeda bangsa, dalam satu bangsa dan negara pun masih banyak aksen dan bahasa yang berbeda. Misalnya, Negara Indonesia satu kenegaraan tapi memiliki banyak etnis dan bahasa. Betapa menakjubkan bukan?
Bukan sekadar bahasa. Lebih dari itu Wahbah Zuhaili menjelaskan, bahkan sampai sidik jari manusia tidak ada yang sama. Juga termasuk intonasi suara yang berbeda-beda. Nawawi al-Bantani mencontohkan dalam Marah Labid, dua orang yang saling mengenal dengan bahasa yang sama, walaupun ada penghalang diantara keduanya dan tidak saling bertemu, keduanya akan mudah mengenali pemilik suara.
Sugguh demikian bukti bagi orang-orang yang mengetahui, kenapa hanya sebagai bukti bagi orang-orang yang mengetahui? Karena dengan mengetahui ia dapat mengerti batasan akal dalam memahami fenomena alam. Siapakah orang-orang yang mengetahui dimaksud? Sya’rawi menjelaskan, orang-orang yang membahas gejala-gejala alam dan tidak berhenti pada gejala fenomena alam saja, melainkan mencoba untuk berangan-angan apa yang terkandung dari fenomena tersebut, juga dengan menganalisa secara dalam untuk mencapai hakikat kebenaran.
Terdapat banyak hikmah dari penciptaan alam semesta beserta isinya. Pertama, betapapun luas dan indahnya langit, ada kekuatan dan kekuasaan Allah dibalik itu semua. Kedua, Allah sangat teliti dalam setiap hal, betapa banyaknya ciptaan yang sejenis tetap memiliki perbedaan. Saking telitinya jari telapak tangan manusia diciptakan berbeda dari satu dengan yang lain. Ketiga, penting menjadi orang mengetahui serta dapat memahami sesuatu secara dalam. Wallahu a’lam.