Pesepak bola Muslim, Mohamed Salah tengah jadi sorotan pasca dirinya mengunggah postingan “Selamat Natal” di media sosial pribadinya.
Hari Raya Natal diperingati setiap tanggal 25 Desember setiap tahunnya. Meskipun ini merupakan perayaan bagi umat Kristiani, sebagian umat Muslim justru yang jadi kerepotan dengan perayaan tersebut. Hal itu disebabkan oleh perbedaan pandangan terkait bolehkah Muslim mengucapkan “Selamat Natal” kepada pemeluk Kristiani yang merayakan?
Hal ini mengalami perdebatan yang panjang dan terbilang cukup alot. Pasalnya, sebagaimana perayaan itu sendiri, perdebatan terkait hal ini selalu terjadi jelang akhir tahun.
Perdebatan ini tak mesti dilontarkan oleh pihak yang sama, lho. Nyatanya, di era media baru ini, banyak orang yang bersuara menyatakan ketidaksetujuannya dengan ucapan Selamat Hari Natal. Ironisnya, sebagiannya berasal dari anak muda yang makin konservatif.
Yang penting untuk disadari, perdebatan ini tak hanya terjadi di Indonesia melainkan dunia. Hal ini menjadi tampak lewat respon netizen global terhadap postingan pesepak bola ternama, Mohamed Salah.
Respon Fans Terhadap Unggahan Salah Soal Hari Natal
Saat Hari Natal kemarin (25/12/22), Mohamed Salah yang notabene beragama Islam mengunggah postingan mengucapkan “Selamat Hari Natal” dengan caption “Merry Christmas” lengkap dengan foto bersama dengan keluarganya di depan dekorasi Pohon Natal. Momen tersebut Salah bagikan di media sosial pribadinya, yaitu Instagram dan Twitter.
🌲 #MerryChristmas pic.twitter.com/nTFjuQyvRD
— Mohamed Salah (@MoSalah) December 24, 2022
Netizen menyoroti banyak hal dari postingan tersebut. Mulai dari komenan yang bercanda dengan melihat pakaian keluarga Salah yang mengenakan celana motif sarung, ataupun bermain kata dengan nama”Salah” dan kata “salah”, seperti “Perilaku Salah merayakan Natal” dan sebagainya.
Namun, yang membuat postingan pemain dari Liverpool tersebut menjadi trending ialah karena banyaknya fans atau penggemar yang mengkritik sikap Salah tersebut yang dianggap salah. Banyak muslim yang mendukung pemain asal Mesir itu disebabkan identitasnya sebagai muslim pula. Fans dengan kecenderungan konservatif pun kecewa dengan unggahan pemain asal Mesir tersebut.
Beragam tapi senada, para fans membanjiri unggahan Salah dengan rasa kekecewaannya. “Itu salah, Salah!”
Tak sedikit yang mengungkapkan kalau mereka akan berhenti mengidolai Salah akibat perbuatannya ini. Padahal, ini bukan kali pertama sang pesepak bola tersebut mengucapkan hal tersebut.
Akibat tidak setuju dengan sikap Salah, para fans meng-cancel sang pemain. Gejala ini makin kuat di era media baru di mana netizen berhak bersuara di ruang publik digital hingga membuat petisi untuk menggagalkan sesuatu.
Imam Besar al-Azhar pun Mengucapkan Selamat Natal
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa perdebatan kebolehan mengucapkan “Selamat Hari Natal” terjadi setiap tahunnya. Namun, era media baru membuat perdebatan ini menjadi makin ramai karena terjadi di ruang publik digital.
Memang yang konservatif begitu menunjukkan diri. Namun, yang moderat pun tak mau kalah. Justru tokoh publik malah bersikap lebih moderat seperti yang ditunjukkan oleh Mohamed Salah.
Dari kalangan ulama, kita bisa menjadikan sikap Grand Syekh al-Azhar, Ahmad al-Thayyib sebagai contoh baik. Pada Hari Natal kemarin, lewat akun Twitter miliknya, ia pun mengucapkan “Selamat Hari Natal” dan dikhususkan kepada tokoh agamawan dunia dari kalangan Kristiani.
أهنئ إخوتي وأصدقائي الأعزاء البابا فرنسيس، والبابا تواضروس، ورئيس أساقفة كانتربري د. جاستن ويلبي، وبطريرك القسطنطينية برثلماوس الأول، وقادة الكنائس، والإخوة المسيحيين في الشرق والغرب بأعياد الميلاد، وأدعو الله أن يعلو صوت الأخوَّة والسلام، ويسود الأمان والاستقرار في كل مكان.
— أحمد الطيب (@alimamaltayeb) December 25, 2022
Postingan ulama moderat tersebut memang tak absen dari komentar kalangan konservatif. Banyak dari mereka memiliki pemahaman yang berbeda terkait hubungan antara akidah dan batasan toleransi dan interaksi dengan non-muslim.
Inilah yang menjadi sebab kenapa perdebatannya tak pernah usai karena menganggap jika ucapan perayaan itu dapat membatalkan akidah. Segala ucapan hingga penggunaan atribut terkait perayaan tersebut dihukumi haram bagi umat Muslim.
Oleh sebab itu, sikap Imam Ahmad al-Thayyib sebagai ulama yang otoritatif dapat dijadikan rujukan mengenai dibolehkannya mengucapkan “Selamat Natal”. Sikap Mohamed Salah sebagai tokoh publik pun patut diacungi jempol karena dapat mengenalkan wajah Islam yang moderat. [NH]