Saya bermimpi Indonesia menjadi negara yang bersih, bebas dari korupsi. Aparat negara, dari Presiden sampai ASN rendahan bekerja untuk mengabdi, bukan sekedar pegawai gajian, apalagi “gila” ceperan.
Saya bermimpi orang-orang Indonesia tidak lagi ditanya “apa agamamu ?” “apa etnismu?”, “apa jenis kelaminmu?”, tetapi ditanya “apa yang telah kau perbuat untuk Indonesia ?”
Saya bermimpi pemeluk Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu, dan Penghayat duduk bercengkrama tanpa prasangka, saling berkelakar dan tertawa, merasa sebagai Indonesia yang satu.
Saya bermimpi orang Indonesia tidak dinilai apakah ia Melayu, Arab, Tionghoa, atau Bule ? Tetapi dinilai karena integritas dan karakternya sebagai manusia.
Saya bermimpi orang-orang Indonesia mencapai tingkat kejujuran sedemikian rupa sehingga dompet berisi uang 10 juta, yang tergeletak di alun-alun Kota tak ada yang berani memungut.
Saya bermimpi tradisi musyawarah dipraktikkan sampai level paling kecil, yaitu Rumah. Rumah menjadi “ruang dialog” untuk menyelesaikan masalah dan beda pendapat, tak ada pemaksaan pendapat dalam rumah. Demokrasi rahayu.
Saya bermimpi sekolah-sekolah merayakan pendidikan penuh suka-cita, penuh kegembiraan, sehingga anak didik menuntut ilmu tidak dengan wajah bermuram-durja penuh tekanan.
Saya bermimpi Universitas-universitas tidak hanya menghasilkan cerdik-pandai yang mumpuni, tetapi juga menghasilkan pribadi-pribadi bersahaja dan rendah-hati. Komunitas akademia yang intelek sekaligus menjadi sumber keteladanan.
Saya bermimpi orang-orang kaya dan super kaya tidak menggunakan kekayaannya untuk membangun kemewahan, tetapi kekayaannya itu didedikasikan untuk memuliakan nilai-nilai kemanusiaan. Menjadi makmur-bersahaja, kekayaan yang bisa dirasakan banyak orang.
Saya bermimpi Indonesia menjadi guru bangsa-bangsa tentang integritas dan nilai-nilai hidup. Orang-orang Indonesia disegani dan dihormati karena sanggup menjadi teladan kebajikan.
Saya bermimpi menjadi orang Indonesia yang mengabdi untuk Indonesia dengan cara Indonesia.