Refleksi Akhir Ramadhan: Pentingnya Menentukan Tujuan Berpuasa

Refleksi Akhir Ramadhan: Pentingnya Menentukan Tujuan Berpuasa

Saatnya kita melakukan refleksi bersama di akhir bulan suci Ramadhan. Sudah tepatkah tujuan kita berpuasa selama ini?

Refleksi Akhir Ramadhan: Pentingnya Menentukan Tujuan Berpuasa

Waktu sangat cepat meninggalkan kita, ia terus berganti dengan putaran yang baru. Kini, kita telah berada di akhir bulan Ramadhan. Meskipun tidak terlihat gegap gempita masyarakat untuk menyambut hiruk pikuk Idul Fitri karena pandemi yang belum berakhir, kita tetap akan mengalami perpisahan dengan bulan mulia ini dalam beberapa hari. Saatnya kita refleksi atas ibadah kita selama Ramadhan.

Mari kita lupakan terlebih dahulu segala hal material yang berkaitan dengan lebaran, silakan disimpan sejenak.

Coba kita bertanya pada diri sendiri, bulan Ramadhan adalah bulan ibadah, bulan pahala, bulan di mana Rabb dan ampunannya sangat dekat dengan kita. Dalam upaya memperbaiki rohani dan menemukan jati diri, seberapa besar Ramadhan memberikan dampak kepada kita, seberapa sukses amalan-amalan berhasil merubah kepribadian kita, sehingga bisa dikatakan kita berhasil melakukan Inner Journey. Dalam arti lain, kita telah menemukan kebaikan spiritual dalam diri kita.

Mari kita ilustrasi bersama, dan masing-masing dipersilahkan mencari jawabannya.

Berapa lama kita pernah belajar bahasa Inggris? Kita akan menjawab sejak SMP sampai SMA kita belajar bahasa Inggris. Berarti sudah pernah belajar kurang lebih selama 6 tahun. Belum lagi jika Sebagian kita melanjutkan ke kuliah, pasti di sana juga ada mata kuliah bahasa Inggris.

Kemudian, pertanyaan berikutnya, apakah kita sudah bisa bahasa Inggris dari hasil belajar selama 6 tahun tersebut?

Saya kok yakin jawaban kita “belum bisa”. Buktinya, kalau mau tes TOEFL masih harus ikut les bahasa Inggris secara intensif untuk meraih score kelulusan yang ditargetkan.

Jadi, apa hasil belajar bahasa Inggris selama 6 tahun tersebut? Jawabannya adalah, “lulus mata pelajaran saja, atau untuk lulus UN.” Yap, itu adalah jawaban formal dengan target formal yaitu hanya untuk menutupi nilai rapor saja.

Sekarang, kita coba kaitkan dengan Ramadhan yang telah kita jalanin selama ini. Berapa kali bulan Ramadhan sudah kita lewati? Jawabannya pasti berbeda-beda sesuai dengan usia kita masing-masing.

Kalau kita sudah pernah melewati Ramadhan berkali-kali, bahkan lebih dari 6 kali, mari kita bertanya kembali, Sudahkah kita raih hasil dari Ramadhan? yaitu predikat Takwa dan ampunan Allah Swt? Sebagian kita bisa tersenyum, namun sangat banyak lainnya yang mungkin hanya meratap kosong sembari terus bertanya-tanya.

Mari pelan-pelan kita bandingkan dengan analogi sebelumnya. Mengapa kita belum bisa bahasa Inggris dari hasil belajar di sekolah yang bertahun-tahun itu? Sedangkan kita bisa berhasil bila belajar di kursus secara intensif? Jawabannya adalah “tujuan”.

Tujuan atau visi sangatlah penting untuk ditentukan. Walaupun pekerjaannya sama, namun dengan tujuan yang berbeda, akan berbeda pula hasilnya. Ketika belajar bahasa Inggris di sekolah, tidak ada tujuan yang mau dicapai kecuali hanya agar lulus saja dengan nilai yang secukupnya. Namun, ketika belajar intensif di kursus, tujuannya adalah agar mahir bahasa Inggris dalam percakapan, bacaan maupun tulisan dan mendapatkan nilai tinggi yang sudah ditargetkan.

Tidak jauh berbeda dengan Ramadhan. Allah Swt. sudah menunjukkan tujuan Ramadhan yaitu membentuk diri menjadi manusia yang bertakwa. Namun, kalau visi tersebut tidak terpatri dalam hati kita; tidak terfokus di depan mata kita, maka Ramadhan akan berlalu begitu saja tanpa ada hasilnya. Kecuali hanya lapar dan dahaga saja.

Nabi Muhammad sudah pernah memprediksi fenomena seperti ini dalam hadisnya,

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الظَّمَأُ وَكَمْ مِنْ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ

“Betapa banyak orang yang shaum, tidaklah memperoleh  apa-apa baginya dari shaumnya selain lapar, dan betapa banyak orang yang mendirikan shalat, tidaklah memperoleh apa-apa baginya dari shalatnya kecuali lelah”. (H.R. Ad-Darimi dari Abu Hurairah)

Meskipun refleksi kita merasa hasil Ramadhan tahun ini tidak memuaskan, atau bahkan tidak berhasil  sama sekali. Bukan berarti sekarang kita menyerah. Masih ada kesempatan besar yang diberikan Allah Swt. selama nafas masih di tenggorokan, selama hayat masih di kandung badan, berarti masih ada harapan untuk melakukan perubahan. Pastinya, ke arah yang lebih baik.

Namun tentu setiap jengkal langkah kita harus diselingi dengan refleksi, termasuk di ujung Ramadhan ini. Maka silakan masing-masing menarik nafas dalam-dalam kemudian hembuskan perlahan-lahan, lalu tanyakan kembali, sudahkah kita menentukan tujuan? [rf]