R20 Sebagai Momentum Perkuat Kerukunan Antar-Umat Beragama

R20 Sebagai Momentum Perkuat Kerukunan Antar-Umat Beragama

R20 Sebagai Momentum Perkuat Kerukunan Antar-Umat Beragama

Forum Religion Twenty (R20) resmi dibuka di Nusa Dua Bali pada Rabu (2/11). R20 merupakan forum yang diinisiasi oleh NU berkolaborasi dengan Muslim World League. R20 mengundang 160 tokoh lintas agama dan kepercayaan di seluruh dunia. Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, mengajak para tokoh agama dunia untuk melihat dari dekat bagaimana praktik kehidupan antar umat beragama di Indonesia yang terjalin harmonis.

Dalam diskusi persiapan Forum Religion Twenty yang digelar FMB9 secara daring di Jakarta, seperti yang dikutip Republika, Gus Yahya berharap bahwa realitas kehidupan lintas agama yang harmonis di Indonesia bisa menjadi inspirasi bagi negara lain untuk mewujudkan perdamaian di tengah keragaman, sebuah kehidupan yang penuh cinta kasih.

R20 memang didesain sebagai wadah untuk diskusi dan merefleksikan berbagai problem agama. Beberapa nilai-nilai moral universal seperti kemanusiaan, merawat jagat, kepedulian lingkungan, keberlangsungan hidup, perdamaian, dan anti-kekerasan menjadi pokok bahasan dalam forum. Meski demikian, Gus Yahya mengatakan bahwa forum R20 tidak hanya sekadar sarana diskusi isu-isu agama. Lebih dari itu, R20 difungsikan untuk melahirkan sebuah gerakan untuk mengimplementasikan konsensus yang akan disepakati di forum tersebut.

Secara de jure, forum tersebut memang hanya melibatkan tokoh-tokoh agama beserta kurang lebih 400 tamu undangan dari seluruh dunia. Namun secara de facto, umat Muslim Indonesia, termasuk kita, sangat terlibat dalam mensukseskan forum R20 tersebut. Hal ini tercermin dari pernyataan Ketum PBNU bahwa Indonesia bisa menjadi inspirasi kehidupan beragama yang rukun.

Secara tidak langsung, Gus Yahya hendak mengatakan bahwa umat beragama di Indonesia haruslah menampilkan sikap beragama yang merangkul sehingga citra Indonesia sebagai negara plural yang harmonis tetap terjaga. Nama baik ini tentu, salah satunya, membutuhkan kesadaran kita sebagai umat Muslim untuk beragama secara inklusif, moderat, dan penuh cinta kasih.

Gus Yahya juga mengingatkan kita sebagai umat Muslim Indonesia bahwa sikap beragama kita sedang diperhatikan dunia. Dalam bahasa saya, Indonesia telah menemukan resep yang pas untuk menjaga pluralitas di Indonesia supaya tidak berkonflik. Dalam Forum R20 ini, para tokoh agama dari berbagai penjuru dunia sedang menggali resep itu sehingga bisa dibawa pulang dan dikontekstualisasikan di negara mereka masing-masing.

Bahwa masih ada beberapa tensi kecil, itu tidak lebih dari efek samping sifat manusia yang tidak luput dari khilaf. Namun secara umum, kehidupan lintas agama di Indonesia sedang mengalami trend yang positif.

Lokasi penempatan Forum R20 sebenarnya sudah menunjukkan trend ini. Pemilihan Bali, yang notabene pulau dengan mayoritas agama Hindu, sebagai venue acara Muslim Internasional sudah menyiratkan segalanya. Sikap inklusif Hindu Bali ini yang dimaksud Gus Yahya sebagai salah satu realitas praktik beragama yang bisa ditiru oleh negara-negara lain.

Di luar Bali, kita juga memiliki tanggung jawab untuk menampilkan wajah Islam yang ramah di Indonesia. Hal ini bukan karena urusan citra Indonesia yang plural semata, namun juga citra Muslim Indonesia di tengah keragaman Nusantara yang luar biasa. Perlu disadari, hadirnya para tokoh agama dunia bukan hanya untuk diskusi masalah keagamaan seperti yang dibincang Gus Yahya, namun juga untuk mengamati bagaimana umat Muslim di Indonesia mengawal keberagaman sehingga tidak terjadi konflik antar agama yang masif.

Forum R20 mengambil taglineRevealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solusions: an International Movement for Shared Moral and Spiritual Values.” Problem yang dibahas, diantaranya, adalah kemiskinan, kesenjangan global, polarisasi sosial politik, serta bangkit dari keterpurukan pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukrania yang mengancam krisis energi dan pangan global.

Terlihat bahwa semakin hari, Islam menjadi semakin tanggap dengan isu-isu internasional. Melalui R20, Islam pelan-pelan turut berkontribusi dan terlibat dalam perbincangan isu-isu global. Hal ini penting untuk menghapus sisa-sisa islamophobia yang melihat Islam sebagai sumber konflik, agama kekerasan, dan tidak peka terhadap perkembangan zaman alias konservatif.

Forum R20 idealnya harus berjalan secara simultan. Mereka yang di dalam akan mendiskusikan isu-isu tersebut dan berupaya merumuskan solusi atas isu-isu itu. Umat Muslim di luar forum bergerak dalam ranah yang lebih konkret, yaitu saling menjaga kerukunan, bertoleransi, dan menyebarkan cinta kasih kepada semua makhluk yang ada di Bumi.

Meskipun tidak bersinggungan dengan isu-isu di atas, kontribusi kita tetap relevan karena termasuk dari “Memelihara Agama sebagai Sumber Solusi Global” seperti yang menjadi tagline Forum. Bukan semua masalah akan bisa diseleseikan kalau kita hidup rukun dan bersatu?