Palestina terus berjuang untuk kemerdekaan, sedangkan Israel terus berusaha mendesak publik untuk mengakui Yerussalem sebagai ibukota mereka. Hal itu terjadi karena Donald Trump begitu pongah dalam memaksakan kebijakan luar negeri. Presiden Palestina pun tidak tinggal diam.
“Yerusalem dihilangkan dari meja oleh satu cuitan Trump,” kata Abbas sebagaimana dikutip dari Antara.
Abbas juga menambahkan bahwa status Yerussalem seperti halnya Mekkah, begitu penting. Hal ini ia utarakan dalam forum bersama anggota Dewan Pembebasan Palestina (PLO) di kota Ramallah, Tepi Barat Jordania.
Selain itu, Abbas juga menyatakan bahwa apa yang dilakukan Trump dan Amerika serikat atas Palestina merupakan tamparan besar di abad ini.
“Kami katakan Tidak pada apa yang bertentangan dengan nasib kita semua, masa depan atau alasan kita atau rakyat Palestina. Tidak dan ribuan Tidak dan sekarang kita katakan kepada Trump Tidak dan Tidak dan kita beritahu Trump ‘kesepakatan abad ini’ adalah ‘tamparan abad ini’,” terang Abbas sambil berkali-kali menegaskan kata ‘tidak’.
Tamparan dan kesekapatan abad ini seperti yang dikatakan oleh Abbas tentu saja begitu gamblang untuk dipahami mengingat abad ini dianggap sebagai abad yang penuh perdamaian. Tapi, apa yang dilakukan Trump membuat segalanya menjadi gaduh dan tentu saja membuat warga Palestina sengsara.
Dalam nota kesepahaman yang ditawarkan Israel berkeinginan menjadikan Yerussalem secara utuh sebagai ibukota mereka, padahal seharusnya tidak demikian. Palestina menganggap bahwa Yerussalem bagian timur yang diduduki Israel sejak 1967 dalam perang Arab-Israel adalah wilayah mereka. Sebuah ibukota negara.
Konflik kian meruncing dan bertahun-tahun tidak berada di titik kesepahaman antar negara. Korbannya, lagi-lagi adalah warga Palestina. Tentunya, ini adalah tamparan bagi semua orang, bagi kemanusiaan di abad yang katanya penuh perdamaian sepanjang sejarah manusia ini.