Imam Al-Ghazali mengibratkan hati manusia seperti halnya seorang raja. Ia menjadi acuan dari setiap gerak dan aktivitas yang dilakukan manusia. Kalau hatinya baik, maka seluruh aktivitas yang dilakukan manusia juga berujung pada kebaikan. Tapi kalau hatinya buruk, maka hasilnya juga akan buruk. Karena itulah, Rasulullah bersabda, “Dalam diri manusia terdapat satu kumpalan daging di mana kalau ia baik, maka seluruh tubuh manusia juga akan baik, ketahuilah bahwa kumpulan daging yang dimaksud adalah hati.”
Hati yang bersih akan mengarahkan manusia pada kebaikan. Ia akan dengan mudah mengerjakan dan mentaati perintah Allah. Sebaliknya, hati yang tidak bersih, pasti akan susah menerima kebenaran.
Lebih lanjut, Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin mencontohkan hati seperti cermin. Kalau cerminnya bersih, orang yang bercermin bisa melihat seluruh wajahnya dengan sempurna. Namun kalau cerminnya kotor, seseorang tidak bisa melihat wajahnya dalam cermin kecuali membersihkannya terlebih dahulu.
Karenanya, Imam Al-Ghazali menganjurkan manusia untuk tidak melakukan maksiat dan menaati perintah Allah SWT, karena kemaksiatan penyebab hati menjadi kotor.
Jelasnya, ada beberapa hal yang bisa menutup hati manusia. Di antaranya, menuruti perintah hawa nafsu dan syahwat. Seperti diterangkan sebelumnya, hati seperti halnya raja yang memerintahkan anggota tubuh. Raja yang diterangi dengan cahaya kebenaran, ia akan memutuskan sesuatu keputusan yang baik. Tapi kalau raja sudah dikuasai hawa nafsu dan syahwat, maka keburukannlah yang akan terjadi. Karena itu, kurangilah kemaksiatan, supaya hati tetap terjaga.
Perihal kemudian yang dapat menutup hati manusia adalah berpalingnya manusia dari kebenaran dan ketaatan. Perintah Allah mesti dilakukan, larangan-Nya juga harus dijauhkan. Kalau larangan Tuhan sering dilakukan, sementara perintah-Nya diabaikan, ini juga menjadi penyebab hati manusia tertutup.
Terakhir yang bisa menyebabkan hati manusia itu adanya hijab, atau penghalang, antara hati manusia dengan Allah SWT. Penyebab dari timbulnya penghalang tersebut karena keimanan sudah rusak.
Ringkasnya, mulailah membersihkan hati dengan cara mentaati perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Kalau sudah terlanjur berbuat maksiat, mintalah ampunan kepada Yang Maha Kuasa, semoga dengan cara itu, hati kita kembali menjadi bersih.