Yaqut al-Musta’simi (w. 1298) menyatakan, “Khat (kaligrafi) adalah teknik yang bersifat ruhaniyah yang (di)tampak(kan) dengan media yang bersifat visual.” Atau dengan kata lain, ia adalah roh di dalam tubuh tulisan.
Yaqut sendiri hidup pada masa kehancuran Baghdad (Abbasiyah).
Dia hidup sampai masa pemerintahan Ghazan, buyut Hulagu Khan, penguasa Dinasti Il-Khan yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang dikuasainya.
Tradisi klasik Ibnu Muqlah yang diperindah oleh Ali ibn Hilal, lebih dikenal sebagai al-Bawwab (w. 1022), menjadi sempurna di tangan Yaqut. Dialah yang menyesuaikan pena untuk menulis kaligrafi dengan potongan miring, seperti yang kita kenal sekarang.
Saat saya pertama belajar kaligrafi, para santri diwajibkan membeli pena khusus di syirkah (koperasi pondok).
Pena itu, yang biasa saya lihat di meja kerja ayah saya, lalu dipotong mengencong ujung lancipnya dengan menggunakan pemotong kuku yang tajam lalu diamplas. Salah memotong atau mengamplas mengakibatkan pena tak bisa dipakai, sehingga harus membeli pena baru lagi.
Kini, yang saya lihat di MTQ Kalteng yang lalu, alat yang digunakan berbahan bambu yang sudah diolah dengan beragam ukuran yang disebut Handam.
Dukungan Dinasti Il-Khan akhir, pada masa Uljaytu dan putranya, Abu Sa’id, terhadap perkembangan kaligrafi sangatlah besar. Bahkan dikatakan, meskipun secara politik pemerintahan Il-Khan semakin merosot kehidupan budaya (termasuk kaligrafi) malah semakin memuncak.
Kemajuan itu terutama karena jasa sebagian besar murid Yaqut, seperti Mubarak Syah al-Quthb, Sayyid Haydar, Abdullah as-Sayrafi, Mubarak Syah as-Suyufi, Abdullah Arghun, dan Yahya al-Jamali as-Sufi. Karya as-Sufi bertarikh 1345 M, berupa salinan al-Quran dalam tulisan Muhaqqaq berprada emas merupakan salah satu peninggalan yang masih bertahan hingga kini.
Dinasti Il-Khan berakhir pada abad ke-14 dan digantikan Dinasti Timuriyah yang didirikan oleh Tamerlane (Timur Leng yang agung) (w. 1405). Timur meski dikenal sebagai penguasa yang kejam, setelah masuk Islam menjadi pelindung seni yang berjasa besar pada penulisan kitab suci pada masanya. Dia sering mengumpulkan para seniman terbaik di istananya di Samarkand.
Sampai di sini dulu. Suara orang mengaji sudah bersahutan dari corong-corong langgar di dekat rumah saya.
Semoga kelima seri tulisan saya bermanfaat. Mohon dikoreksi jika ada kesalahan. Dan semoga dapat bersua kembali. Salam takdim (30 Juli 2017)