Muhammadiyah bagi NU adalah “saudara tua”, sedangkan NU bagi Muhammadiyah adalah “adik bongsor” yang usianya lebih muda.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Waketum PBNU) K.H Zulfa Mustofa, dan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Sekum PP Muhammadiyah) Prof. Abdul Mu’ti pada tayangan Mata Najwa dengan tema Muhammadiyah dan NU: Bicara Merawat Indonesia di Solo, diakses Rabu (16/11/2022).
“Muhammadiyah ini organisasi yang sangat keren. Bahwa KH Ahmad Dahlan maupun KH Hasyim Asy’ari itu pernah berguru pada dua ulama yang sama. Sama-sama belajar di Kyai Soleh Darat, Kyai Soleh Darat itu guru dari Kyai Hasyim Asy’ari, dan juga Kyai Ahmad Dahlan. Lalu keduanya sama-sama pernah belajar di Mekah, dari ulama besar kita di Mekah asal dari Banten bernama Syekh Nawawi Al-Bantani,” ujar KH Zulfa Mustofa.
Ia menyebutkan dalam kitab tentang biografi Syekh Nawawi Al-Bantani yang dirinya tulis, Kiai Zulfa membuat satu syair yaitu: “Muhammadiyatun bi dahlanan tasyar, wa nahdotun bi hasyimin qodistahar.”
“Muhammadiyah adalah organisasi yang didirikan oleh murid ulama besar, baik Kyai Soleh Darat maupun Syekh Nawawi yakni didirikan oleh Kyai Ahmad Dahlan. Wa nahdotun, dan dan Nahdaltul Ulama didirikan oleh murid dua ulama besar pula tadi yang bernama bi hasyimin, Kyai Hasyim Asy’ari,” imbuhnya.
Lebih lanjut Kyai Zulfa mengatakan bahwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merupakan dua organisasi terbesar di Indonesia. Hanya saja Muhammadiyah didirikan terlebih dahulu, yaitu 18 November 1912, Kemudian Nahdlatul Ulama 14 tahun berikutnya.
“Dua organisasi ini menjadi organisasi terbesar di negara ini. Hanya saja Muhammadiyah diidirikan lebih dulu, kita tahu 18 November 1912. Baru kemudian Nahdlatul Ulama kurang lebih 14 tahu berikutnya. Maka bagi kami Muhammadiyah itu adalah saudara tua, bagi Nahdlatul Ulama Muhammadiyah adalah saudara tua,” ungkapnya.
Sementara itu Sekeretaris Umum PP Muhammadiyah (Sekum PP Muhammadiyah) Prof Abdul Mu’ti menyebut bahwa NU merupakan adik bongsor, karena usianya 14 tahun lebih muda.
“Kalau NU itu adik bongsor, ya, karena usianya 14 tahun lebih muda. Tetapi anggotanya lebih banyak dari Muhammadiyah. Saya kira termasuk Mahasiswa UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta) ini mayoritas adalah dari NU. Karena itu Ahlan wa Sahlan ila Muhammadiyah. Yang menarik, kader-kader NU yang kuliah di Muhammadiyah itu masuk NU, lulus lebih kuat NU nya” ujar Prof Abdul Mu’ti.
Abdul Mu’ti juga menyebut ketika Muhammadiyah dan NU seolah dianggap bersaing, sebenarnya bukanlah sedang berseteru, melainkan hanya sekedar sibling rivalry, persaingan antar saudara untuk saling mengasihi.
“Kita saling sayang saling support. Maka NU ikhlas, kader-kadernya, anak-anaknya kuliah di Kampus Muhammadiyah,” ujar Kyai Zulfa menimpali. (AN)