Memaafkan adalah salah satu hal yang paling sulit dilakukan oleh manusia. Saking sulitnya, bahkan Rasulullah SAW menyebutkan dalam hadisnya bahwa Allah akan menambah kemuliaan bagi orang yang mampu melakukannya.
Dalam hadis riwayat Abu Hurairah disebutkan,
وما زاد الله عبدًا بعفو إلا عزًّا
Hamba yang memaafkan itu pasti akan ditambahkan kemuliaan. (H.R Muslim)
Hadis riwayat Anas bin Malik yang dikutip oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin juga menyebutkan,
إِنَّ الْعَفْوَ لا يَزِيدُ الْعَبْدَ إِلا عِزًّا ، فَاعْفُوا يَعِزَّكُمُ اللَّهُ
Sesungguhnya hamba yang memaafkan itu akan ditambahkan kemuliaan. Maka maafkanlah, Allah akan memberikanmu kemuliaan. (Ihya Ulumuddin)
Menurut Imam Qadhi Iyad, kemuliaan dalam hadis ini bisa dimaknai dua hal: Pertama, jarang ada orang yang mampu memaafkan, Mereka adalah orang-orang yang diberikan Allah kemuliaan dalam hatinya. Kedua, kemuliaan itu akan dilimpahkan pada saat hari pembalasan kelak di akhirat.
Suatu hari, Nabi Muhammad SAW didatangi seorang dan bertanya: “Berapa kali Nabi memaafkan orang lain dalam sehari.” Saat itu nabi tidak langsung menjawab, Nabi baru menjawab setelah laki-laki itu melempar pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali. Nabi menjawab, “Aku memaafkan orang lain sebanyak 70 kali dalam sehari.” (H.R Abu Dawud)
Cara mudah memaafkan orang lain
Quraish Shihab memberikan kiat khusus agar kita mampu memaafkan orang lain yang mungkin telah berbuat salah kepada kita. Hal ini disampaikan saat memberi kajian dalam acara berjudul Shihab dan Shihab.
Menurut mantan menteri agama ini, ada tiga cara agar kita mudah memaafkan orang lain.
- Sadari dulu bahwa semua orang bisa salah. Anda bisa melakukan kesalahan lebih besar dari kesalahan itu.
- Sadari bahwa bisa jadi ada faktor di luar kemampuan manusia yang bersalah itu, sehingga dia terjerumus ke dalam kesalahan.
- Jangan membenci orangnya, tapi bencilah keburukannya.
Quraish Shihab menyebutkan bahwa sebagai manusia kita diperbolehkan marah dan membalas orang lain, namun kita dilarang untuk memanifestasikannya dalam sebuah tindakan. Apalagi tindakan tersebut di luar batas keadilan. Oleh karena itu, letakkanlah kesalahan seseorang itu seperti penyakit yang ada pada diri orang tersebut. Saat ingin membasmi penyakit, maka sembuhkanlah penyakitnya, bukan dengan membunuh orangnya.
“Kita membasmi penyakit, bukan membasmi orang yang sakit,” tutur Quraish Shihab. (AN)