Ketika berpuasa, setiap muslim diharuskan menahan lapar dan haus hingga lebih dari 10 jam. Rutinitas mengonsumsi makanan yang dilakukan sehari-harinya seperti sarapan pagi dan makan siang, tidak dapat mereka lakukan saat berpuasa. Dampak yang dirasakan oleh setiap orang dari adanya perubahan rutinitas tersebut biasanya berbeda-beda.
Ada yang menjadi mudah merasa lemas, ada yang menjadi lebih sulit berkonsentrasi, dan sebagainya. Hal tersebut amatlah wajar, mengingat energi yang digunakan untuk beraktivitas didapatkan dari makanan yang kita konsumsi. Banyak pakar kesehatan yang telah memberikan berbagai tips agar tetap bugar selama berpuasa, seperti anjuran mengonsumsi makanan atau minuman tertentu.
Namun, bagi sebagian lainnya menahan lapar dan haus bukan hal yang sulit dilakukan, sehingga dampak yang ia rasakan tidak begitu signifikan. Hal ini bisa jadi karena mereka telah terbiasa berpuasa atau mereka menerapkan tips-tips yang mereka dapatkan. Di samping itu, bisa jadi mereka memiliki motivasi tertentu yang membuat mereka bisa tetap produktif saat berpuasa
Meski seringkali kondisi lapar dinilai membawa dampak ‘negatif’, sebenarnya banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kondisi lapar tersebut. Imam Al-Ghazali (w. 505 H) dalam Ihya` ‘Ulumiddin menyebutkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh ketika seseorang berada dalam kondisi lapar, antara lain:
Pertama, lapar dapat membersihkan hati dan meningkatkan kecerdasan. Menurut Al-Ghazali, rasa kenyang justru dapat membutakan hati dan mengepulkan ‘asap-asap’ di otak seseorang yang menyerupai mabuk sehingga memenuhi seluruh ruang dalam otak tersebut. Hal tersebut kemudian menyebabkan seseorang lambat dalam memahami sesuatu atau biasa dikenal dengan lola. (Ihya`, Jil. 3, h. 105)
Kedua, lapar dapat membuat hati menjadi lembut dan bersih yang dengan begitu menjadi lebih mudah untuk merasakan nikmatnya ketekunan dalam berzikir dan manfaatnya. Bagi Al-Ghazali, ini merupakan sebuah keistimewaan, mengingat betapa banyak orang yang lisannya berzikir namun hatinya tidak menghadirkan apa yang sedang diucapkan oleh lisan, yang mana hal ini bisa jadi disebabkan karena kerasnya hati. (Ihya`, Jil. 3, h. 106)
Ketiga, lapar dapat menyingkirkan kesombongan, perasaan bahagia, dan kekufuran yang menjadi awal dari perbuatan dzalim dan membuat seseorang melalaikan ketetapan-ketetapan Allah. Bagi Al-Ghazali, tidak ada hal yang lebih efektif yang membuat seseorang dapat menaklukan hal-hal negatif tersebut daripada rasa lapar. (Ihya`, Jil. 3, h. 106)
Keempat, lapar dapat membuat seseorang tidak melupakan cobaan dan azab Allah, serta tidak melupakan mereka yang menerima cobaan. Bagi Al-Ghazali, orang yang kenyang seringkali lupa terhadap nasib mereka yang diuji dengan kelaparan. Orang yang cerdas, ketika ia menyaksikan orang yang sedang diuji dengan kesusahan, ia menjadi ingat akan betapa susahnya nasib seseorang di akhirat, seperti rasa haus yang dialami saat di padang mahsyar atau laparnya penghuni neraka. (Ihya`, Jil. 3, h. 107)
Kelima, lapar dapat membuat seseorang mampu menaklukan syahwat maksiat dan mampu mengontrol nafsu ammarah (nafsu yang mendorong seseorang kepada hal negatif), dan inilah manfaat yang paling besar dari rasa lapar. Karena, bagi Al-Ghazali, akar dari perbuatan maksiat adalah syahwat dan kekuatan untuk memenuhinya, dan keduanya bersumber dari makanan. Sehingga, dengan mengurangi makan, otomatis seseorang sedang melemahkan syahwat dan kekuatan tersebut. (Ihya`, Jil. 3, h. 107)
Selain kelima hal tersebut, manfaat lain dari lapar adalah membuat seseorang tidak mudah mengantuk sehingga dapat ‘begadang’ untuk menghidupkan malam; menjadi lebih tekun beribadah; membuat badan lebih sehat dan terhindar dari penyakit baik fisik maupun hati; meminimalisir pengeluaran untuk bahan makanan; dan memungkinkan seseorang untuk dapat menyisihkan sebagian makanan yang kemudian disedekahkan kepada yang membutuhkan. (Ihya`, Jil. 3, h. 108-110)
Demikianlah sepuluh manfaat dari lapar menurut Al-Ghazali, semoga dengan mengetahui banyaknya manfaat yang didapatkan dari berlapar-lapar dapat memotivasi kita untuk semakin semangat dalam menjalankan ibadah puasa. Wallahu a’lam. (AN)