Dalam bukunya yang berjudul “Studies in Hadith Methodology and Literature” (1977), Syekh Muhammad Mustafa Azami (1932-2017) merekomendasikan tiga kitab syarah terbaik dari Shahih al-Bukhari. Ketiganya adalah Fath al-Bari karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H), Umdah al-Qari karya Imam Badr al-Din al-‘Aini (855 H), dan Irsyad al-Sari karya Imam al-Qasthalani (923 H). Tentunya, hal ini tanpa mengurangi rasa hormat kepada ratusan kitab syarah Shahih al-Bukhari lainnya. Ketiga kitab syarah di atas adalah salah satu rujukan yang biasa digunakan oleh mahasantri Ma’had Darus-Sunnah Ciputat dan menjadi koleksi perpustakaan. Lantas apa kaitannya dengan al-Azhar?
Ketiga judul kitab syarah di atas merupakan salah satu simbol sumbangan peran al-Azhar dalam bidang hadis. Tiga pengarangnya adalah tokoh ulama yang berasal dan tumbuh dari denyut nadi keilmuan al-Azhar. Hingga saat ini, makam ketiga ulama di atas berada di Kairo. Bahkan makam Imam Badr al-Din al-‘Aini dan Imam al-Qasthalani berada di belakang al-Azhar. Hanya butuh berapa langkah kaki saja. Keduanya dimakamkan berdampingan. Di komplek makam inilah kedua ulama itu mengabdikan usianya untuk menelaah, membacakan, dan menulis penjelasan-penjelasan matan hadis Nabi Muhammad SAW.
Lebih detailnya, untuk menelaah peran penting al-Azhar, kita dapat membaca kitab karya Dr. Usamah al-Sayyid Mahmud al-Azhari yang berjudul al-Hadits wa al-Muhadditsun fi al-Azhar al-Syarif (2014). Kitab ini fokus menjabarkan peran dan pergulatan panjang ulama al-Azhar dalam berkhidmah kepada hadis. Kitab setebal 48 halaman ini menyajikan paparan yang sistematis dan padat. Terkait hal ini, setidaknya ada dua alasan mengapa kitab ini menarik kita kaji.
Pertama, karya ini ditulis oleh salah satu ulama kontemporer al-Azhar. Oleh karenanya, kita akan mendapatkan analisis-deskriptif mutakhir terkait diskursus keilmuan hadis di universitas tertua di dunia itu. Kedua, buku ini secara rinci berhasil memetakan peran-peran kunci yang selama ini sudah tertradisikan di kalangan ulama al-Azhar, khususnya dalam upaya menghidupkan dan memperluas kajian-kajian hadis.
Menurut kitab yang diterbitkan oleh Khasheeda Publishing ini, setidaknya ada 8 peran penting yang dimiliki al-Azhar. Pertama, peran al-Azhar dalam menjabarkan (mensyarah) makna teks-teks kitab hadis induk, semisal Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab Sunan lainnya. Kedua, dalam bidang pengembangan metode kajian hadis (manahij al-muhadditsin). Ketiga, perumusan dan penelitian ilmu musthalah hadis (ulum al-ishthilah).
Keempat, kajian ilmu takhrij hadis. Kelima, mentradisikan majlis-majlis pembacaan dan pemberian ijazah sanad atas kitab-kitab hadis. Keenam, melakukan penelitian terus menerus dalam mengkaji kualitas periwayatan hadis. Ketujuh, menyusun kitab-kitab jami’ atau ensiklopedi hadis. Dan yang kedelapan ialah melakukan kajian filologi atas naskah-naskah kitab hadis yang masih berupa manuskrip.
Hingga tahun ini, al-Azhar Kairo genap berusia 1.080 tahun. Dengan berbagai dinamikanya, al-Azhar merupakan pusat keilmuan yang telah memberikan sumbangan peradaban kepada dunia, yang salah satunya adalah dalam bidang hadis. Semoga kita mendapatkan berkah pancaran keilmuannya.