Dalam shalat jamaah, etikanya seorang imam memimpin secara proporsional. Artinya, seorang imam shalat harus paham betul jamaahnya, apakah sedang kerepotan atau tidak dengan sebuah urusan. Sehingga, seorang imam tidak seenaknya sendiri memanjang-manjangkan shalatnya, tapi mengorbankan jamaah yang sebenarnya terburu-buru karena sebuah urusan.
Dalam sebuah kisah yang dituturkan oleh Gus Baha dalam pengajiannya, terdapat kisah yang melibatkan sahabat Muadz bin Jabal dan seorang badui penggembala unta. Sahabat Muadz bin Jabal shalat terlalu lama, sampai akhirnya ditegur oleh Rasulullah SAW. Kisah ini, menurut Gus Baha, adalah kisah yang masyhur pada zaman Nabi.
Begini ceritanya.
Suatu hari, terdapat seorang badui yang menjadi buruh untuk orang kaya, dan tugas badui itu menjadi penggembala unta. Si badui ini suatu ketika ikut shalat jamaah dan kebetulan yang menjadi imam adalah sahabat Muadz bin Jabal. Saat itu, sahabat Muadz bin Jabal selaku imam shalat jamaah, membaca surat al-Baqarah, yang terdiri dari 286 ayat. Lama sekali.
Si badui yang mendapati sang imam membaca surat panjang, jelas tidak khusyuk shalatnya. Sampai si badui ini bergumam dalam hati. “Ini kalau saya ikut si imam ini, bisa-bisa saya dipecat sama majikan.” Kira-kira begitu gumamnya.
Tidak sabar, kemudian akhirnya si badui ini mufaraqah (memisahkan diri dari shalat jamaah). Lalu dia membaca surat al-Ikhlas yang lebih pendek, sampai shalatnya selesai. Kemudian lari karena khawatir dengan unta gembalaannya.
Begitu selesai shalat jamaah, sahabat Muadz yang tadi menjadi imam jelas tersinggung: “itu makmum tadi orang munafik. Di tengah shalat berjamaah kok malah melarikan diri?!”
Singkat cerita, sahabat Muadz bin Jabal dan si badui ini mengadu kepada Rasulullah. Sahabat Muadz bin Jabal mengadu kepada Rasulullah karena si makmum ini lari dari shalat jamaah, sementara si badui ini mengadukan sahabat Muadz kepada Rasulullah karena shalatnya yang kelamaan.
“Wahai Rasulullah, Muadz ini tidak benar! Kami sibuk, dia main baca surat al-Baqarah!” Lapor si badui kepada Rasul.
Namun yang terjadi adalah, ternyata Rasulullah SAW justru menegur apa yang dilakukan oleh sahabat Muadz bin Jabal. Rasulullah tidak menyalahkan si badui yang makmum karena lari dari jamaah, Rasulullah justru menyalahkan Muadz bin Jabal sang imam yang kelamaan membaca surat al-Baqarah.
“Kamu jangan begitu, wahai Muadz! Nanti orang-orang akan jadi Munaffirin (orang yang lari), orang yang jera kepada shalat.” Teguran ini disampaikan karena shalat justru berpotensi jadi problem bagi orang lain. nanti justru orang bisa jera atau tidak suka dengan shalat. Demikian kisah Gus Baha.
Dari kisah ini, dapat kita simpulkan bahwa dalam beribadah juga perlu proporsional, dan sebagai imam yang memimpin shalat jamaah jangan sampai sewenang-wenang memaksakan standar shalatnya kepada jamaah. Jangan sampai ketika kita merasa terbiasa dengan standar shalat yang panjang, justru sampai mengganggu jamaah yang masih ada urusan atau pekerjaan lain.
Wallahu a’lam bisshawab.