Kisah Nabi Musa Protes ke Nabi Adam Karena Merasa Dirugikan

Kisah Nabi Musa Protes ke Nabi Adam Karena Merasa Dirugikan

Kisah Nabi Musa yang protes kepada Nabi Adam. Menurutnya, akibat Nabi Adam dikeluarkan dari surga, manusia menjalani hidup yang kepayahan.

Kisah Nabi Musa Protes ke Nabi Adam Karena Merasa Dirugikan

Alkisah, dalam hidupnya, Nabi Musa As selalu mendapatkan kesusahan dan kepayahan. Terlebih ketika berhadapan dengan kaumnya, termasuk ketika berhadapan dengan Fir’aun dan bala tentaranya. Ketika beliau diangkat menjadi Rasul untuk Bani Israil, kepayahan dan kelelahan yang dihadapinya semakin berat. Hal tersebut kemudian membuat beliau protes kepada Nabi Adam. Dalam kisah tersebut, beliau berpikir karena Nabi Adam lah dirinya dan umat manusia penuh dengan segala kepayahan dan kelelahan.

Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahihnya Kitabul Qadar Bab Dialog Adam dengan Musa. Pada suatu waktu, Nabi Musa As berfikir bahwa penyebab kesusahan yang dialami manusia termasuk dirinya karena kesalahan Nabi Adam As. Karena ulahnya, umat manusia harus dikeluarkan dari surga. Andai Nabi Adam As mematuhi perintah Allah Swt, tentu anak cucunya dan semua manusia tidak akan diturunkan ke bumi dan bisa hidup di surga tanpa menjalani kehidupan dunia.

Sebagaimana kita ketahui, setelah diciptakan oleh Allah Swt. Nabi Adam As diminta agar tinggal di Surga dan Allah Swt mengizinkan segala buah, sungai untuk dimakan oleh Nabi Adam As kecuali satu pohon. Bahkan Allah Swt menjamin Nabi Adam As tidak akan lapar dan telanjang, tidak akan haus dan tidak terkena sengatan matahari. Namun, Nabi Adam As membuat kesalahan dengan memakan pohon terlarang. Sehingga Allah Swt menurunkannya dari surga ke bumi.

Akibat hal tersebut, ketika Nabi Musa As bertemu dengan Nabi Adam As. Ia berbincang-bincang langsung dengan Nabi Adam As, kemudian menyalahkannya karena telah mengeluarkan dirinya dan anak cucunya dari Surga lantaran dosa yang dilakukannya. Akan tetapi pada saat itu, Nabi Adam As mengemukakan alasan yang membuat Musa As terdiam. Hal ini terjadi ketika Rasulullah Saw melaksanakan Isra’ Miraj, di mana beliau melihat hal tersebut.

Dalam kisah tersebut, terdapat perbincangan Nabi Musa As mengingatkan Nabi Adam As akan kemuliaan yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya. Di mana Allah Swt menciptakannya dengan tangan-Nya, sedangkan makhluk yang lain diciptakan dengan kata “Kun“. Allah Swt meniupkan ruh-Nya padanya, menyuruh para Malaikat bersujud kepadanya, mengizinkannya tinggal di Surga.  Dan barangsiapa diberi kemuliaan oleh Allah Swt, tidak sepantasnya ia mendurhakai-Nya. Sehingga Allah Swt tidak menurunkan dirinya dan anak cucunya dari Surga.

Nabi Adam As yang mendengar perkataan Nabi Musa tersebut, langsung membantahnya. Bagaimana sikap menyalahkan ini bisa keluar dari orang seperti Nabi Musa As. Nabi Adam As kemudian menyebutkan keutamaan Musa As yang diberikan Allah Swt kepadanya,

Kamu Musa yang telah diangkat oleh Allah dengan risalah dan Kalam-Nya. Dia memberimu Lauh yang berisi penjelasan tentang segala sesuatu. Dia mendekatkanmu kepada-Nya ketika kamu bermunajat. Berapa lama kamu mendapati Allah menulis Taurat sebelum aku diciptakan?” Nabi Musa As menjawab, “Empat puluh tahun.

Nabi Adam As lanjut bertanya, “Apakah kamu mendapati, Adam durhaka kepada Tuhannya maka dia sesat?” Nabi Musa As lalu menjawab, “Ya.” Nabi Adam As bertanya kembali, “Apakah kamu menyalahkanku, karena satu perbuatan yang aku lakukan yang telah ditakdirkan oleh Allah atasku, empat puluh tahun sebelum aku diciptakan?” lewat ucapan itulah, Rasulullah Saw kemudian menyatakan bahwa Adam As mengungguli ucapan Musa As.

Pertanyaannya kemudian, “Bagaimana bisa begitu? Bagaimana Adam unggul dalam argumennya?” Jawabannya adalah karena Musa As menyalahkan Adam As, yang telah membuat dirinya dan anak cucunya dikeluarkan dari Surga. Namun Adam As menjawab, “Saya tidak mengeluarkan kalian dari Surga, akan tetapi Allah lah yang menjadikan keluarnya diriku karena aku memakan pohon yang dilarangnya.

Pengeluaran Nabi Adam As bukanlah sesuatu yang lazim, jika ia tidak diinginkan oleh Allah Swt. Bisa jadi Allah Swt mengampuninya tanpa dikeluarkan dari surga. Bisa juga Allah Swt menghukum Nabi Adam As dengan hukuman lain. Namun Allah Swt mengeluarkannya dari surga karena adanya hikmah berupa kebaikan besar yang hanya diketahui oleh Allah Swt.

Oleh karena itulah, Nabi Adam As membalas protes Nabi Musa As dengan sebuah protes kembali. Karena satu perkara yang telah dikehendaki Allah Swt, teganya Nabi Musa As menyalahkan Nabi Adam As. Namun adu argumen tersebut, pada akhirnya dimenangi oleh Nabi Adam As, walaupun telah dituduh mengecewakan Nabi Musa As dan umat manusia.

Kehidupan dunia memang penuh dengan kelelahan dan kepayahan dalam segala urusan. Hal tersebut kadang membuat manusia mengeluh, bahkan sosok Nabi pun tidak terlepas dari hal tersebut. Akan tetapi, dibalik kelelahan dan kepayahan yang ada dalam dunia ini tentu terdapat sebuah hikmah. Sebagaimana ketika Nabi Adam as dikeluarkan dari surga. Sebab jika manusia sejak awal hidup di surga, tentu saja ia akan menjadi makhluk yang bermalas-malasan karena semuanya sudah dijamin oleh Allah Swt tanpa harus berbuat apa-apa.

Kisah di atas menunjukkan bahwa manusia harus beriman kepada para Nabiyullah dan juga perkara-perkara ghaib yang benar adanya, seperti kisah dialog antara Nabi Adam As dan Nabi Musa As. Bahkan Allah Swt telah memuji orang-orang mukmin yang mereka beriman kepada yang ghaib. Di antara perkara ghaib yang diberitakan oleh Rasulullah Saw adalah kisah percakapan yang terjadi antara Nabi Adam dan Nabi Musa. Di sisi lain, manusia dalam hidupnya juga harus siap menerima takdir kehidupan. Dalam artian, menerima apa yang dijalani saat ini. Dengan tetap berusaha dan berdoa, agar bisa menjalani takdir ke arah yang lebih baik, atau bahkan mengubah takdir itu sendiri.