Kisah Laki-Laki Masuk Surga Karena Memaafkan Temannya

Kisah Laki-Laki Masuk Surga Karena Memaafkan Temannya

Tuhan tidak mau kita bertengkar satu sama lain, kalaupun ada masalah selesaikan baik-baik, khususnya masalah yang berkaitan dengan hutang-piutang.

Kisah Laki-Laki Masuk Surga Karena Memaafkan Temannya

Berurusan dengan manusia dalam banyak hal lebih rumit ketimbang Allah SWT. Makanya, di dalam Islam, kalau kita berdosa kepada Allah, syarat taubatnya cukup hanya dengan menyesali, memohon ampun, dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan itu untuk kedua kalinya. Akan tetapi, kalau dosanya berkaitan dengan manusia, taubatnya tidak cukup dengan cara seperti itu, mesti disempurnakan dengan meminta maaf kepada yang bersangkutan.

Jika dalam pertemanan kita pernah menyinggung perasaan orang lain, sengaja atau tidak, kita harus meminta maaf, selain memohon ampun kepada Allah. Begitu juga dalam urusan hutang, hukumnya wajib dibayar sampai kapanpun. Bahkan kalau kita sudah meninggal, ahli waris bertanggung-jawab untuk melunasi keluarga yang sudah meninggal.

Bahkan, dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa orang yang berhutang dan belum sempat membayarnya semasa hidup di dunia, bisa dituntut di akhirat kelak. Seperti riwayat yang dikutip Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin disebutkan Rasulullah SAW pernah diperlihatkan Allah SWT tentang gambaran orang yang menuntut haknya di akhirat nanti. Ia memohon kepada Allah agar haknya dikembalikan, tetapi orang yang dituntut tidak mampu untuk mengembalikannya.

Kemudian ia menawarkan alternatif lain, supaya sebagian dosanya dibebankan kepada orang tersebut. Namun yang dituntut juga keberatan, menanggung dosa sendiri saja belum tentu mampu, apalagi dosa orang lain. Rasulullah yang awalnya tersenyum, akhirnya menangis melihat masalah ini, hingga Allah SWT memberikan solusi kepada orang yang menuntut hak tersebut.

“Angkatlah pandanganmu, lihatlah surga itu,” Kata Allah.

“Wahai Tuhan, saya melihat kota yang dihiasi emas, istana dari emas, dilapisi pertama. Untuk siapakah ini?

“Ini bagi siapa saja yang mampu membeli harganya.”

“Wahai Tuhan, siapakah kira-kira yang mampu membeli ini?”

“Kamu juga biasa.”

“Caranya?” Tanyanya penasaran.

“Maafkanlah saudaramu.”

“Baiklah, aku maafkan.”

“Gandenglah tangan saudaramu, kemudian masuklah ke dalam surga,” Kata Allah.

Setelah menjelaskan kisah ini, Rasulullah SAW membaca surat al-Anfal ayat 1:

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ، فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُصْلِحُ بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya:

“Karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah, dan perbaikilah hubungan di antara sesama kalian. Karena sesungguhnya Allah kelak di hari kiamat akan memperbaiki hubungan di antara sesama orang-orang mukmin.” (QS: Al-Anfal ayat 1)

Ayat ini menegaskan setiap muslim harus berbuat baik kepada sesamanya. Hubungan baik harus dipertahankan, diperkuat, dan diperbaiki kalau ada kesalahan. Apalagi umat Islam seringkali digambarkan sebagai saudara yang saling mendukung, pondasi yang saling menopang, dan seterusnya. Karena itu, Tuhan tidak mau kita bertengkar satu sama lain, kalaupun ada masalah selesaikan baik-baik, khususnya masalah yang berkaitan dengan hutang-piutang.