Hari Minggu, 7 Juli 2024 bertepatan dengan 1 Muharram 1446 H. Bulan Muharram awal yang baik untuk mengerjakan banyak ibadah sunnah, termasuk puasa dan sedekah. Berikut teks khutbah tentang amalan utama di bulan Muharram.
Khutbah Pertama: Amalan Utama di Bulan Muharram
ألْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى عِظَمِ نِعَمِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَخَلِيلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَسَلِّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أمَّا بَعْدُ: فَاتَّقُوا اللهَ – عِبَادَ اللهِ- حَقَّ التَّقْوَى. قال الله تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُوْنَ
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Merujuk kalender hijriah, sebentar lagi kita akan mamasuki tahun baru hijriah, atau 1 Muharram, yang jatuh pada hari Minggu, 7 Juli 2024. Seperti kata pepatah Arab, al-waqt ka al-saif, waktu ibarat pedang. Kalau tidak bisa memaksimalkannya, ia akan berlalu begitu saja. Hidup kita terasa sia-sia dan tidak berati. Semoga dengan kehadiran tahun baru ini, bisa menjadi semongat bagi kita untuk terus meningkatkan keimanan kepada Allah, dan momentum untuk intropeksi atas kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan.
Awal tahun hijriah dimulai dari bulan Muharram, salah satu bulan yang dihormati di dalam Islam. Bukan Muharram masuk dalam kategori syahrul haram. Ada empat bulan yang masuk dalam kategori ini: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muhaarram, dan Rajab. Dalam surat al-Taubah ayat 36, Allah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ
Artinya:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram…..” (QS: Al-Taubah ayat 36)
Kemudian, Rasulullah dalam banyak hadis menjelaskan lebih lanjut bulan apa saja di dalam Islam yang masuk dalam kategori bulan haram. Beliau bersabda:
إنَّ الزَّمانَ قد استدار كهيئتِه يومَ خَلَق اللهُ السَّمواتِ والأرضَ، السَّنةُ اثنا عَشَرَ شَهرًا، منها أربعةٌ حُرُمٌ، ثلاثٌ متوالياتٌ: ذو القَعْدةِ، وذو الحِجَّةِ، والمحَرَّمُ، ورَجَبُ مُضَرَ الذي بين جُمادى وشَعبانَ
Artinya:
“Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari di mana Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab, yang biasa diagungkan Bani Mudhar, antara bulan Jumadil Tsani dan Sya’ban.” (HR: Bukhari)
Dilihat dari sejarahnya, tradisi penghormatan terhadap bulan haram ini sudah ada sejak sebelum kedatangan Islam. Masyarakat Arab Jahiliyah misalnya, mereka mensakralkan empat bulan ini dengan membuat aturan tidak boleh berperang selama bulan haram. Islam memperkuat tradisi itu dengan tidak hanya melarang perang di bulan haram, tetapi juga mengajak untuk berbuat baik dan beramal shaleh.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Istilah bulan haram di dalam Islam sebetulnya untuk menunjukkan bahwa kita bulan itu memiliki keutamaan dan dianjurkan untuk memperbanyak berbuat baik di dalamnya. Seluruh bulan di dalam Islam sebenarnya sama, sama-sama baik, tidak ada yang buruk. Tapi karena Allah sayang terhadap hamba-Nya, Dia membuat bulan-bulan khusus di mana pada hari itu diberikan pahala yang lebih besar bagi orang yang berbuat baik. Karenanya, marilah kita jadikan bulan Muharram ini sebagai ajang untuk berbuat baik dan meningkatkan keimanan kepada Allah.
Di antara amalan yang dianjurkan di bulan Muharram adalah puasa. Rasulullah SAW bersabda:
أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم
“Puasa yang paling utama setelah ramadhan ialah puasa di bulan Allah, Muharram.” (HR: Muslim)
Sebagian ulama berpendapat bahwa puasa Muharram diangap utama karena menjadi penanda awal tahun. Ada baiknya, pada saat memulai tahun baru, kita mengerjakan dengan puasa. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Qurthuni dalam al-Dibaj ‘ala Shahih Muslim:
إنما كان صوم المحرم أفضل الصيام من أجل أنه أول السنة المستأنفة فكان استفتاحها بالصوم الذي هو أفضل الأعمال
“Puasa Muharram lebih utama dikarenakan awal tahun. Alangkah baiknya mengawali tahu baru dengan berpuasa, sebab puasa termasuk amalan yang paling utama.”
Karenanya, memperbanyak puasa di bulan Muharram disunnahkan karena ia merupakan pembuka tahun baru. Seyogyanya tahun baru dihiasi dengan amal shaleh dan puasa termasuk amalan yang paling utama, apalagi puasa pada 10 Muharram, di mana dalam banyak hadis, Rasulullah menganjurkan puasa di hari Asyura, atau 10 Muharram.
Kalaupun kita tidak mampu puasa beberapa hari di bulan Muharram, minimal kita usahakan puasa tanggal 10 Muharram, kalau bisa lebih dari itu tentu lebih baik. Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi menjelaskan ada tiga macam bentuk puasa di bulan Muharram, yaitu:
صَوْمِ الْمُحَرَّمِ ثَلَاثَةٌ الْأَفْضَلُ أَنْ يَصُومَ يَوْمَ الْعَاشِرِ وَيَوْمًا قَبْلَهُ وَيَوْمًا بَعْدَهُ وَقَدْ جَاءَ ذَلِكَ فِي حَدِيثِ أَحْمَدَ وَثَانِيهَا أَنْ يَصُومَ التَّاسِعَ وَالْعَاشِرَ وَثَالِثُهَا أَنْ يَصُومَ الْعَاشِرَ فَقَطْ
“Puasa muharram ada tiga bentuk; pertama, yang paling utama ialah puasa di hari kesepuluh beserta satu hari sebelum dan sesudahnya; kedua, puasa di hari kesembilan dan kesepuluh; ketiga, puasa di hari kesepuluh saja.”
Ada tiga waktu yang bisa kita gunakan untuk berpuasa di bulan muharram. Waktu yang paling utama ialah mengerjakan puasa selama tiga hari berturut-turut, mulai dari tanggal sembilan, sepuluh, dan sebelas muharram. Jika tidak bisa mengerjakan opsi pertama ini, puasa bisa dilakukan selama dua hari saja; hari kesembilan dan kesepuluh. Jika tidak mampu mengerjakan puasa selama dua hari berturut-turut, silahkan ambil opsi terakhir, yaitu puasa di hari kesepuluh saja.
Jamaah Jum’at yang Dirahmati Allah
Selain puasa, amalan berikutnya yang juga dianjurkan di bulan Muharram adalah berbagi rezeki, atau sedekah kepada keluarga terdekat, khususnya pada 10 Muharram. Rasulullah SAW bersabda:
من وسع على عياله في يوم عاشوراء وسع الله عليه في سنته كلها
Artinya:
“Orang yang melapangkan keluarganya pada hari Asyura’, maka Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun tersebut.” (HR At-Thabarani dan Al-Baihaqi).
Yang dimaksud melapangkan keluarga di sini ialah mencukupi kebutuhan hidup keluarga, yaitu kebutuhan makanan ataupun kebutuhan lain. Dalam hadis di atas dijanjikan bagi orang yang mencukupi kebutuhan keluarganya, kebutuhan hidupnya akan dilapangkan setahun.
Kebenaran hadis ini pernah dibuktikan oleh Sufyan As-Tsauri. Ia berusaha untuk melapangkan kehidupan keluarganya pada hari Asyura. Setelah itu, ia merasakan kalau kehidupannya dilapangkan sebagaimana dijanjikan dalam hadis di atas.
Meskipun berbagi di hari Asyura kepada keluarga itu baik dan diutamakan, tetapi harapannya, usahakan berbagi kepada siapapun, terutama keluarga terdekat, kapanpun dan di manapun, tanpa harus menunggu hari Asyura. Pada hari Asyura, kita usahakan melebihkan kebutuhan keluarga agar mendapat kesunahan
Semoga kita diberi kesehatan dan kesempatan untuk terus meningkatkan keimanan kepada Allah dan beramal shaleh sebanyak-banyaknya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلّهِ حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَر، وَأَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَر، وَاَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلإِنْسِ وَالْبَشَرِ.اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَر.أَمَّا بَعْدُ:فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالىَ، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوْا عَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِه، وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْــمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ، يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلىَ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَات، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات،
اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَن، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوااللهَ الْعَظِيْمِ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَر