Keajaiban Angka 19 dalam Al-Qur’an Dan Kontroversi Rashad Khalifa

Keajaiban Angka 19 dalam Al-Qur’an Dan Kontroversi Rashad Khalifa

Rashad Khalifa menemukan rumus keajaiban angka 19 dalam al-Qur’an. Namun pemikirannya yang ekstrem berujung pada kontroversi dan pembunuhan.

Keajaiban Angka 19 dalam Al-Qur’an Dan Kontroversi Rashad Khalifa

Berawal dari karyanya yang berjudul Miracle of the Quran: Significance of the Mysterious Alphabets (1973), Rashad Khalifa berhasil menggemparkan dunia Islam dengan temuan keajaiban tentang pola matematis dalam al-Qur’an. Khalifa mendasari semuanya dengan keajaiban rumus angka 19 dalam al-Qur’an, berangkat dari surat al-Muddatstsir [74] ayat 30:

عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ

Di atasnya ada sembilan belas

Ayat ini dijadikan basis untuk mengemukakan teori bahwa angka 19 yang disebut dalam ayat tersebut ternyata adalah simbol dari kata-kata kunci al-Qur’an. Setiap kata dan huruf dalam al-Qur’an akan sejalan dengan desain matematis yang dia buktikan melakukan hitungan komputerisasi.

Khalifa memulai penjelasannya dengan pemaparan bahwa jumlah ayat yang pertama kali diturunkan Allah SWT dalam surat al-‘Alaq [96] ayat 1-5, terdiri dari 19 kata. Jumlah hurufnya ada 76 yang merupakan kelipatan dari angka 19 (19 x 4). Adapun jika dihitung secara keseluruhan ayatnya, surat al-‘Alaq dari ayat 1-19 terdiri dari 285 kata yang masih merupakan kelipatan angka 19 (19 x 15). Ditambah lagi, surah al-‘Alaq baik dihitung dari bawah atau dari atas dalam susunan juz 30, tetap berada di urutan surat ke 19.

Jika dilihat lebih lanjut, wahyu yang turun kedua adalah surat al-Qalam [68] yang terdiri dari ayat 1 – 9, memiliki 38 kata sebagai kelipatan angka 19. Wahyu ketiga, surat al-Muzzammil [73] ayat 1-10 yang terdiri dari 57 kata juga kelipatan angka 19. Demikian pula wahyu yang terakhir turun, surat an-Nasr [110] yang terdiri dari 19 huruf. Adapula bagian paling tengah dari al-Qur’an juga terdapat pada ayat ke 19 dari surat al-Kahfi [18].

Bukti lain adalah terkait kalimat basmalah Bismillah al-Rahman al- Rahim yang terulang dalam al-Qur’an sebanyak 114 kali mengikuti jumlah suratnya. Meskipun surat al-Taubah [9] tidak mencantumkan basmallah, surat al-Naml [27] mendapati satu ayat tambahan dengan lafal basmallah sehingga menjadikannya utuh 114 yang juga merupakan kelipatan 19 (19 x 6).

Jumlah huruf dalam basmalah juga sebanyak 19 huruf; untuk lebih merinci terkait basmallah, dalam al-Qur’an, kata ism disebut 19 kali; kata Allah terulang sebanyak 2.698 kali yang merupakan kelipatan dari angka 19 (19 x 142); kata al-Rahman terulang sebanyak 57 kali yang juga kelipatan dari angka 19 (19 x 3); dan kata al-Rahim terulang sebanyak 114 kali dalam al-Qur’an yang juga kelipatan angka 19 (19 x 6).

Dalam penelitiannya, masih banyak lagi penemuan atas ayat, huruf, dan kalimat dalam al-Qur’an yang bersesuaian dengan angka 19 seperti perpaduan huruf-huruf muqata’ah, jumlah surat, dan kumpulan gabungan ayat-ayat tertentu yang berkelipatan 19 yang bisa dilihat dalam karyanya yang lain juga seperti Qur’an: Visual Presentation of the Miracle (1982) dan Computer Speaks: God’s Message To the World (1981).

Lantas, siapakah sebenarnya Rashad Khalifa? Khalifa merupakan seorang ahli Kimia berkebangsaan Mesir dan Amerika Serikat. Khalifa lahir pada 19 November 1935 di sebuah kota kecil di Mesir, Kafr el-Zayat. Setelah menyelesaikan gelar sarjana dari Ain Shams University di bidang pertanian, Khalifa melanjutkan studinya di Amerika Serikat pada 1959 dalam bidang master biokimia di Arizona State University dan meraih gelar PhD dari University of California. Khalifa menikahi seorang wanita Amerika yang menjadikannya kemudian dinaturalisasi menjadi warga Tucson, Arizona.

Pada awalnya Khalifa cukup aktif dalam kegiatan-kegiatan di Islamic Center Tucson dan sempat menjadi salah satu anggota board of committee dari Islamic Center Tucson, sebelum akhirnya dipecat dari keanggotaan dan jabatannya sebagai board of committee Islamic Center Tucson setelah mengeluarkan ajaran-ajaran yang menyimpang dari ajaran Islam pada umumnya. Puncaknya, ketika dia berani mengikrarkan diri sebagai “Messenger of the Covenant” (Rasul).

Khalifa mengakui fakta bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir menurut al-Qur’an tetapi bukan utusan terakhir. Khalifa menekankan bahwa Tuhan menunjukkan pada kita bahwa Nabi Muhammad adalah salah satu nabi yang mengambil perjanjian yang disebutkan dalam surat Ali-Imran [3]:81, sedangkan Nabi berbeda dengan Rasul sesuai surat al-Ahzab [33]:40.

Dalam tulisannya berudul The Final Testament (1989), Khalifa menyebut: “December 21, 1971, I, Rashad Khalifa, the soul, the real person, not the body, was taken to some place in the universe where I was introduced to all the prophets as God’s Messenger of the Covenant. I was not informed of the details and true significance of this event until Ramadhan 1408. What I witnessed, in sharp consciousness, was that I was sitting still, while the prophets, one by one, came towards me, looked at my face, then nodded their heads. God showed them to me as they had looked in this world, attired in their respective mode of dress. There was an atmosphere of great awe, joy, and respect.”

Pandangannya yang ekstrem ini menjadikannya mendapat banyak penolakan dan kecaman terutama dari kalangan ulama-ulama Muslim. Akhirnya, pada 31 Januari 1990, Khalifa ditemukan tewas ditikam di dalam Masjid Tucson Arizona. Pelaku penikaman baru terungkap 19 tahun pasca kejadian yakni pada 28 April 2009. Kepolisian Calgary Kanada menangkap Glen Cusford Francis, warga Trinidad and Tobago berusia 52 tahun yang menjadi murid dari Khalifa sejak 1990. Proses penyelidikan atas kematiannya sendiri masih memunculkan beragam misteri dan teori konspirasi terkait tudingan kelompok tertentu yang merencanakan pembunuhan atasnya.

Terlepas dari sisi kontroversialnya, Khalifa menunjukkan pada dunia bahwa al-Qur’an adalah kitab yang luar biasa. Seandainya terdapat ayat-ayat yang berkurang, berlebih, ataupun ditukar kata dan kalimatnya, maka rumus-rumus tersebut akan menjadi kacau. Ditambah lagi, pada masa pewahyuan al-Qur’an hingga beberapa abad setelah pembukuannya, belum ada teknologi secanggih saat ini sehingga temuan ini menjadi salah satu bukti sahih kemukjizatan al-Qur’an.

Wallahu a’lam bissawab